1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik

January 8, 2018 | Author: Anonymous | Category: Seni & Humaniora, Musik
Share Embed Donate


Short Description

Download 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik...

Description

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Musik populer Korea (K-Pop) merupakan sebuah jenis musik yang memadukan berbagai jenis musik seperti pop, hip-hop, rap, rock, R&B, dan electronic music. Musik populer telah mengalami peningkatan popularitas yang begitu pesat (Leung, 2012: 3). Peningkatan popularitas musik populer Korea dapat dilihat dari semakin dikenalnya para penyanyi Korea hampir di seluruh belahan dunia. Lie (2012: 340) menyatakan bahwa musik populer Korea telah menyebar ke negara-negara tetangga di Asia seperti Jepang dan Taiwan, lebih jauh ke daratan Eropa, Amerika, dan Timur Tengah. Perkembangan musik populer Korea ternyata diiringi oleh munculnya sebuah fenomena kebahasaan berupa istilah-istilah. Istilah-istilah tersebut muncul dalam bahasa Korea, bahasa Inggris, atau gabungan antara bahasa Inggris dan Korea. Dalam penelitian ini, istilah-istilah yang dianalisis hanya istilah-istilah bahasa Inggris saja. Istilah-istilah dalam musik populer Korea yang dimaksud dalam penelitian ini adalah istilah-istilah dalam kehidupan musik populer Korea yang tidak hanya berhubungan dengan berbagai karya maupun kegiatan bermusik para penyanyi, tetapi istilah yang berhubungan pula dengan para penggemar musik populer Korea. Kemunculan istilah-istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea sendiri diasumsikan karena pengaruh bahasa Inggris sebagai bahasa internasional

1

2

yang digunakan oleh banyak orang di dunia. Crystal melalui Lauder (2008:10) memperkirakan bahwa pada tahun 2000an, rata-rata terdapat 1.500 juta penutur bahasa Inggris di seluruh dunia. Kondisi tersebut memungkinkan bahasa Inggris untuk digunakan sebagai media komunikasi bagi orang-orang yang terlibat dalam musik populer Korea, terutama para penggemar yang diperkirakan memiliki bahasa yang berbeda-beda. Para penggemar dikatakan memiliki bahasa yang berbeda-beda sebab mereka diperkirakan berasal dari berbagai negara yang berbeda. Menurut Oak & Woong (2013), penggemar K-Pop bukan hanya orang-orang Korea Selatan saja, tetapi orang-orang dari negera lain juga. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya lirik dari lagu-lagu K-Pop yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti bahasa Arab, Prancis, Vietnam, dll. Kondisi semacam ini yang peneliti asumsikan sebagai salah satu faktor pendorong munculnya istilah-istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea.PP Hal lain yang melatarbelakangi munculnya istilah-istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea adalah kedudukan bahasa Inggris di Korea Selatan. Menurut Chang, di Korea Selatan, bahasa Inggris digunakan dalam berbagai bidang seperti pendidikan, bisnis, media, dan pemerintahan. Cho (2014: 2) juga menyatakan bahwa sekarang ini penguasaan bahasa Inggris merupakan hal yang penting bagi orang-orang Korea Selatan yang berharap untuk sukses dalam menemukan pekerjaan yang bagus, meningkatkan status sosial, masuk perguruan tinggi ternama di Korea, membangun karir yang bagus, dll. Kondisi tersebut memungkinkan bahasa Inggris masuk pula pada musik populer Korea.

3

Selain itu, para penyanyi Korea yang secara umum menggunakan bahasa Korea seringkali menggunakan istilah-istilah bahasa Inggris dalam tuturannya. Hal tersebut agaknya dilatarbelakangi adanya unsur prestige. Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional memiliki nilai gengsi tersendiri. Peneliti sering kali melihat bahwa para penyanyi yang dapat berbahasa Inggris begitu dihargai. Dalam musik Populer Korea sendiri hampir seluruh grup penyanyi memiliki seorang anggota yang dapat berbahasa Inggris, sehingga dalam berbagai kesempatan internasional merekalah yang diminta untuk berbicara mewakili grupnya. Kondisi-kondisi di atas yang peneliti asumsikan sebagai hal-hal yang secara umum mendorong kemunculan istilah-istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea. Dalam penelitian ini, istilah-istilah tersebut dianalisis dari sudut pandang sosiolinguistik. Dalam kajian sosiolinguistik, istilah-istilah dalam suatu bidang atau komunitas tertentu merupakan salah satu karakteristik register berupa kosakata. Seperti yang dijelaskan Holmes (1992: 227) berikut ini: “Istilah seperti silly mid on, square leg, the covers, dan gully untuk menggambarkan posisi, dan off-break, googly, dan leg break untuk menggambarkan cara memukul bola, adalah contoh-contoh kosakata khas dari cricket.” Berdasarkan kutipan tersebut, jelaslah bahwa istilah dalam sebuah bidang pekerjaan adalah bagian dari kosakata khas bidang tersebut. Kosakata khas dalam sebuah bidang pekerjaan merupakan unsur atau karakteristik dari register. Seperti yang kembali diungkapkan Holmes (1992: 282) bahwa bahasa dalam bidang atau kelompok sosial tertentu (register) akan terus berkembang karakteristiknya, yaitu leksikal, sintaksis bahkan fonologi.

4

Istilah-istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea sendiri dipilih sebagai topik penelitian ini karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah cukup melimpahnya istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea. Sejauh penelusuran peneliti, sekurang-kurangnya ditemukan 105 istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea (daftar lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1). Alasan kedua adalah sulitnya pemahaman makna istilah hanya dengan melihat makna dalam kamus. Misalnya saja istilah ship, stan, dan uncle fan yang penggunaannya dapat dilihat pada data (1) s.d. (3) berikut ini. (1) Oh my god i just saw this! I can't say how happy I am right now! This song fits the moment so well. They're so cute, I ship them and I hope they will date for real someday. ‘Ya Tuhan, aku baru saja melihat ini! Aku tidak bisa berkata betapa bahagianya aku sekarang! Lagu tersebut sangat pas dengan momen itu. Mereka sangat lucu, aku ship mereka dan aku berharap mereka benar-benar berkencan suatu hari nanti.’ (Data di atas merupakan komentar salah satu penggemar musik populer Korea di situs YouTube. Komentar tersebut ditujukan untuk sebuah video yang merekam kebersamaan antara dua orang penyanyi Korea yang saat itu sedang dikabarkan memiliki kedekatan.) (2) I´m YG stan but i respect SM artist, why? Because they are totally different from each other, we just can´t compare them. ‘Aku adalah YG stan, tapi aku menghormati SM, kenapa? Karena mereka sepenuhnya berbeda satu sama lain, kita hanya tidak dapat membandingkan mereka’. (Data di atas merupakan sebuah komentar yang ditinggalkan oleh seorang penggemar di situs YouTube. Komentar tersebut ditujukan untuk sebuah video berisi ulasan mengenai agensi-agensi musik di Korea.) (3) Weekly Idol MCs Dony (Jung Hyung Don) and Cony (Defconn) revealed themselves to be uncle fans for singer IU. ‘Pembawa acara Weekly Idol, Dony (Jung Hyung Don) dan Cony (Defconn), menunjukkan diri mereka sebagai para uncle fan dari penyanyi IU’ (potongan berita di www.soompi.com)

5

Pada data (1) terdapat istilah ship yang bermakna ‘mendukung pasangan penyanyi atau seorang penyanyi pria dan seorang penyanyi wanita supaya menjadi pasangan dalam dunia nyata atau mendukung persahabatan antara dua orang penyanyi pria atau dua orang penyanyi wanita’. Bagi orang-orang yang tidak terlalu paham musik populer Korea, agaknya mereka akan kesulitan memahami makna kata ship pada data (1). Dalam kamus, ship bermakna ‘mengirim atau memindah seseorang atau barang dengan kapal atau alat transportasi lain’ (Hornby, 2010: 1363). Makna kamus akan menimbulkan kesulitan dalam memahami informasi yang sebenarnya. Dalam musik populer Korea, istilah ship sebenarnya diambil dari kata relationship dan friendship. Dalam kamus karya Hornby (2010), relationship bermakna ‘hubungan kasih atau seksual antara dua orang’, sedangkan friendship bermakna ‘hubungan antara teman’. Akhiran –ship yang berfungsi sebagai pembentuk nomina dalam kedua kata tersebut, justru digunakan menjadi sebuah verba dalam musik populer Korea, dan istilah tersebut memiliki makna yang sudah spesifik seperti yang dijelaskan di atas. Pada data (2) terdapat istilah stan. Kata stan sendiri belum terdaftar dalam kamus sebab kata tersebut sebenarnya merupakan gabungan dari kata stalker dan fan. Dalam kamus karya Hornby (2010), kata stalker bermakna ‘seseorang yang mengikuti orang lain dalam waktu yang lama dan dengan cara yang mengganggu atau menakutkan’, dan kata fan bermakna ‘seseorang yang sangat mengagumi seseorang / sesuatu atau menikmati menonton / mendengarkan seseorang / sesuatu’. Makna kamus menunjukkan bahwa stalker fan memiliki konotasi negatif.

6

Dalam musik populer Korea, istilah stan telah mengalami penyempitan sekaligus penghalusan makna. Istilah tersebut secara spesifik digunakan untuk menyebut ‘penggemar dari sebuah agensi musik di Korea sebab penggemar tersebut menyukai para penyanyi dari agensi tersebut’, dan istilah tersebut tidak memiliki konotasi negatif. Seperti yang tertera pada data (2), salah satu penggemar musik populer Korea menyatakan dirinya sebagai YG stan. YG sendiri merupakan salah satu agensi musik yang berpengaruh di Korea. Pada data (3) terdapat istilah uncle fan. Dalam kamus karya Hornby (2010), kata uncle bermakna ‘digunakan oleh anak-anak, dengan nama sebutan, untuk menyapa seorang pria yang merupakan teman dekat kedua orang tua mereka’, dan kata fan bermakna ‘seseorang yang sangat mengagumi seseorang / sesuatu atau menikmati menonton / mendengarkan seseorang / sesuatu’. Dapat disimpulkan bahwa uncle fan bermakna ‘penggemar paman’. Makna dalam kamus berpotensi menimbulkan kebingungan. Dalam musik populer Korea, istilah uncle fan telah mengalami penyempitan makna dari makna kamus sebab istilah tersebut secara spesifik bermakna ‘seorang penggemar pria dari penyanyi wanita Korea di mana usia penggemar tersebut jauh di atas penyanyi wanita yang disukai, sehingga ia lebih pantas disebut sebagai paman dari sang penyanyi’. Seperti yang tertera pada data (3), Dony (Jung Hyung Don) dan Cony (Defconn) disebut sebagai uncle fan dari IU (salah satu penyanyi wanita di Korea) karena usia mereka yang jauh lebih tua dari IU. Dari contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa makna istilah-istilah sulit diprediksi hanya dengan melihat penjelasan dalam kamus. Selain itu, dapat

7

dikatakan juga bahwa istilah-istilah tersebut seolah difungsikan untuk menunjukkan adanya hal-hal yang khusus dalam musik populer Korea. Orangorang yang terlibat di dalamnya ingin menunjukkan bahwa mereka berbeda dari yang lain. Keseluruhan penjelasan di atas menjadi latar belakang pemilihan istilahistilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea sebagai topik penelitian ini. Istilah-istilah bahasa Inggris tersebut dianalisis dari segi bentuk dan proses pembentukannya, makna istilah apabila dibandingkan dengan makna dalam kamus, dan fungsi-fungsi istilah. Dengan ulasan-ulasan tersebut, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis.

1.2 Rumusan Masalah Terdapat beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk dan proses pembentukan istilah-istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea? 2. Bagaimana makna istilah-istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea apabila dibandingkan dengan makna kamus? 3. Apa saja fungsi-fungsi istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea?

1.3 Batasan Masalah Terdapat beberapa pembatasan masalah yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan hasil penelitian ini. Pertama, penelitian ini hanya berfokus pada

8

salah satu karakteristik register, yaitu istilah-istilah bahasa Inggris dalam kehidupan musik populer Korea. Berdasarkan observasi peneliti, istilah menjadi satu-satunya karakteristik register yang sudah berkembang, sehingga memungkinkan untuk dianalisis. Pemfokusan pada istilah-istilah bahasa Inggris juga mempertimbangkan waktu dan kemampuan peneliti. Kedua, istilah-istilah yang dianalisis adalah istilah-istilah bahasa Inggris yang diambil dari dua tulisan karya Kikawai (2012) dan Acton (2013), serta hasil wawancara tidak langsung dengan tiga orang penggemar musik populer Korea. Ketiga, istilah-istilah yang dianalisis adalah istilah yang sudah dapat dibuktikan penggunaannya. Penggunaan masing-masing istilah diambil dari salah satu sumber data, yaitu wacana berita di www.soompi.com, komentar-komentar yang ditinggalkan penggemar di situs YouTube, atau percakapan antara para penggemar musik populer Korea melalui BlackBerry Messenger (BBM).

1.4 Tujuan Penelitian Terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan bentuk dan proses pembentukan istilah-istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea. 2. Mendeskripsikan makna istilah-istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea apabila dibandingkan dengan maknanya dalam kamus. 3. Medeskripsikan fungsi-fungsi istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea.

9

1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini memiliki beberapa manfaat. Pertama, penelitian ini akan memperkaya kajian sosiolinguistik terutama kajian mengenai register. Kedua, penelitian ini merupakan salah satu bukti bahwa bahasa merupakan sesuatu yang terus berkembang dan berubah seiring dengan perkembangan manusia sebagai penggunanya, dan sosiolinguistik dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena kebahasaan tersebut. Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai istilah-istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea kepada orangorang yang membutuhkan pemahaman mengenai hal tersebut. Misalnya saja para penggemar musik populer Korea dan peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji register musik populer Korea secara lebih luas.

1.6 Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa penelitian yang cukup relevan dengan penelitian mengenai istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea. Berikut ini penjelasan singkat mengenai penelitian-penelitian tersebut. Pertama adalah penelitian berupa tesis karya Widagsa (2011) yang berjudul Pemakaian Peristilahan Bahasa Inggris dalam Bidang Internet. Tesis tersebut membahas tiga hal, yaitu bentuk peristilahan bahasa Inggris dalam internet, makna dari istilah-istilah tersebut, dan padanan dari istilah-istilah tersebut dalam bahasa

10

Indonesia. Penelitian tersebut memberikan inspirasi mengenai teori-teori yang dapat digunakan untuk mengulas bentuk-bentuk istilah. Kedua adalah penelitian berupa tesis karya Rosmiati (2001) yang berjudul Istilah-Istilah dalam Register Perbengkelan Mobil (Studi Kasus di Wilayah Kartasura Kabupaten Sukoharjo). Tesis tersebut membahas mengenai bentukbentuk peristilahan dan perubahan makna, bentuk asal mula kata atau istilah-istilah perbengkelan mobil, dan fungsi sosial kemasyarakatan. Karena penelitian tersebut membahas mengenai fungsi-fungsi sosial dari register perbengkelan mobil, penelitian tersebut memberikan inspirasi mengenai bagaimana fungsi-fungsi register dapat dirumuskan. Selain kedua penelitian ilmiah di atas, peneliti menggunakan dua tulisan karya Kikawai (2012) dan Acton (2013) sebagai sumber data awal. Kedua tulisan tersebut berisi daftar istilah-istilah yang terkenal dalam musik populer Korea (baik istilah dalam bahasa Inggris, bahasa Korea, maupun campuran bahasa InggrisKorea) dan makna tiap istilah. Meskipun sudah membahas istilah-istilah yang terkenal dalam musik populer Korea, tulisan-tulisan tersebut belum termasuk kajian ilmiah karena belum dikaji dari sudut pandang keilmuan yang empiris. Secara keseluruhan, penelitian mengenai istilah-istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea ini berbeda dengan tulisan-tulisan yang telah disebutkan di atas. Objek yang diteliti dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian dari Widagsa (2011) dan Rosmiati (2001). Hal-hal yang dikaji juga berbeda. Kemudian, jika dibandingkan dengan tulisan Kikawai (2012) dan Acton

11

(2013), penelitian ini memiliki banyak perbedaan. Hal-hal yang membedakan adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini hanya membahas istilah-istilah bahasa Inggris, sehingga kajiannya diharapkan dapat lebih mendalam. 2. Hal yang dikaji dalam penelitian ini lebih luas, yaitu bentuk dan proses pembentukan, makna istilah, dan fungsi-fungsi istilah. 3. Sumber data yang digunakan lebih luas. Selain dari tulisan Kikawai (2012) dan Acton (2013) yang digunakan sebagai sumber data awal, peneliti melakukan wawancara tidak langsung dengan tiga orang penggemar musik populer Korea untuk mendaftar istilah-istilah lain yang muncul dalam musik populer Korea. 4. Istilah yang dianalisis adalah istilah-istilah yang penggunaannya dapat dilihat dari salah satu dari tiga sumber data, yaitu wacana berita mengenai musik populer Korea di www.soompi.com, komentar-komentar yang ditinggalkan para penggemar di situs YouTube, atau percakapan antara penggemar musik populer Korea melalui BlackBerry Messenger (BBM). Dengan dilihatnya penggunaan tiap-tiap istilah, data yang diperoleh diharapkan merupakan data yang empiris.

1.7 Landasan Teori 1.7.1

Register Menurut Holmes (1992: 276) register cenderung dihubungkan dengan

kelompok tertentu atau kadang-kadang penggunaan dari situasi yang spesifik. Bahasa surat-kabar, baby-talk, hukum, bahasa juru lelang, komentator balap, komentator olahraga, bahasa dari pilot pesawat terbang, pelaku kriminal, ahli

12

keuangan, politikus, dan DJ, bahasa di ruang sidang dan ruang kelas, semuanya dapat dianggap contoh dari register yang berbeda. Istilah register disini menggambarkan bahasa dari kelompok orang-orang dengan ketertarikan atau pekerjaan yang sama atau bahasa yang digunakan dalam situasi-situasi yang berhubungan dengan kelompok-kelompok yang telah disebutkan sebelumnya. Holmes (1992: 277) memberikan sebuah contoh register dari komentator olahraga. Disebutkan bahwa dalam register umumnya terdapat istilah-istilah yang merupakan kosakata khusus dari bidang pekerjaan tertentu, selain itu tata bahasa yang digunakan biasanya juga berbeda. Holmes (1992: 282) menjelaskan pula bahwa bahasa dari kelompok tertentu, seperti komentator olah raga, akan terus mengembangkan karakteristik tertentu –leksikal, sintaksis, bahkan fonologi. Hal serupa diungkapakan oleh Ferguson (1994: 20). Beliau menyatakan bahwa konsep register dihubungkan dengan sebuah situasi komunikasi yang berulang secara teratur dalam sebuah masyarakat (dalam hal partisipan, tempat, fungsi komunikatif, dll) yang akan cenderung mengembangkan penanda-penanda pengidentifikasian dengan struktur bahasa yang berbeda dengan bahasa untuk situasi komunikasi yang lainnya. Ferguson (1994: 20) menambahkan bahwa orangorang yang berpartisipasi dalam situasi komunikasi yang terus berulang cenderung mengembangkan kosa kata yang sama, ciri-ciri yang sama dari nada bicara, dan karakteristik sintaksis dan fonologi yang mereka gunakan dalam situasi semacam itu. Kemudian, terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa register adalah variasi bahasa berdasarkan penggunaannya atau konteks dimana bahasa tersebut

13

digunakan (Romaine, 1994: 20; Halliday, 1994: 56; Mesthrie dkk, 2000: 72). Sedangkan Chaer & Agustina (2010: 68) menyebutkan bahwa register berkenaan dengan bahasa yang digunakan untuk keperluan atau bidang tertentu. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Variasi pada bidang tertentu akan tampak dari sejumlah kosakata khusus atau dapat tampak pula pada tataran morfologi dan sintaksis. Chaer & Agustina (2010: 69) juga menjelaskan sekilas mengenai register dalam bidang jurnalistik. Menurut mereka, ragam bahasa jurnalistik memiliki ciri tertentu, yaitu sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah; komunikatif karena jurnalistik harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas karena keterbatasan ruang (dalam media cetak) dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Dalam bahasa Indonesia, ragam jurnalistik ini sering menanggalkan awalan me- dan ber- yang dalam bahasa baku harus digunakan. Misalnya kalimat “Gubernur tinjau daerah banjir” (dalam ragam baku “Gubernur meninjau daerah banjir”), contoh lain “Anaknya sekolah di Bandung” (dalam ragam baku “Anaknya bersekolah di Bandung”). Dari penjelasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, register adalah variasi bahasa yang timbul akibat penggunaan atau konteks atau bahasa pada bidang atau kelompok sosial tertentu. Kedua, register memiliki unsur atau karakteristik tertentu, mulai dari unsur dalam tataran leksikon, fonologi, morfologi, bahkan sintaksis. Penelitian ini sendiri menggunakan teori Holmes (1992) yang secara jelas sudah menyebutkan bahwa register adalah variasi bahasa yang timbul

14

pada kelompok atau situasi tertentu. Unsur yang paling umum timbul adalah kosakata khusus yang didalamnya ada istilah-istilah, namun tidak menutup kemungkinan dari tataran sintaksis bahkan fonologi juga memiliki kekhususan. Teori tersebut dijadikan dasar untuk memasukan kajian mengenai istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea sebagai bagian dari kajian mengenai register. 1.7.2

Bentuk Istilah Hornby (2010: 1541) menjelaskan bahwa istilah merupakan sebuah kata

atau frasa yang digunakan sebagai nama dari suatu hal, khususnya hal yang dikaitkan dengan tipe bahasa tertentu, misalnya: hal-hal teknis / hukum / sains, dll. Kridalaksana (2011: 97) menyatakan bahwa istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat menggunakan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Simpulanya, istilah dapat berbentuk kata maupun frasa yang menunjukkan kekhasan sebuah bidang tertentu. Hal tersebut sesuai dengan kata dan frasa yang muncul dalam bidang musik populer Korea di mana makna kata atau frasa tersebut telah mengalami kekhususan apabila dibandingkan dengan makna kamus. Kata sendiri adalah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas; satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (batu, rumah, datang, dsb.) atau gabungan morfem (Misalnya: pejuang, menggikuti, pancasila, mahakuasa, dsb.). Dalam beberapa bahasa, misalnya dalam bahasa Inggris, pola tekanan juga menandai kata; satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem yang telah mengalami proses morfologis (Kridalaksana, 2011: 110).

15

Berdasarkan jumlah morfemnya, kata dapat diklasifikasikan menjadi kata monomorfemik dan polimorfemik. Kata monomorfemik adalah kata yang terdiri dari satu morfem (Wijana, 2009: 33; Verhaar: 2010: 97). Kata polimorfemik adalah kata yang terdiri dari dua morfem atau lebih (Booij, 2007: 9; Wijana, 2009: 30; Verhaar, 2010: 97). Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, dapat pula renggang. Misalnya: gunung tinggi adalah frase karena merupakan konstruksi nonpredikatif; konstruksi ini berbeda dengan gunung itu tinggi yang bukan frase karena bersifat predikatif (Kridalaksana, 2011: 6). Menurut Wijana (2009: 46), frasa adalah gabungan kata yang tidak melampaui batas fungsi. 1.7.3

Proses Pembentukan Jackson (1988: 33) dan Booij (2007: 20) menyatakan bahwa kata dalam

bahasa Inggris dapat dibentuk melalui beberapa proses seperti blending, clipping, dan akronim. Blending berarti penggabungan dua kata yang masih menyisakan sebagian dari kedua kata tersebut. Misalnya: telegenic < television + photogenic; brunch < breakfast + lunch; stagflation < stagnation + inflation. Clipping adalah adalah penyingkatan dengan cara memotong sebuah kata menjadi satu atau lebih suku kata saja. Misalnya: fridge < refrigerator; exam < examination; mike < microphone; demo < demonstration. Akronim adalah penyingkatan dengan cara menggabungkan huruf pertama dari masing-masing komponen penyusunannya. Misalnya: UNESCO < United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization; NATO < North Atlantic Treaty Organization.

16

Selain tiga cara di atas, Jackson (1988: 33) menyebutkan bahwa pembentukan kata dapat pula dilakukan dengan formasi balik. Cara tersebut dapat berupa penghilangan imbuhan, misalnya babysitter (nomina) yang ada sebelum babysit (verba). Jackson (1988: 30-32) juga menyebutkan cara lain yang beliau anggap lebih produktif dari pada empat cara di atas. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut: Pertama adalah pemajemukan. Pemajemukan adalah penggabungan dua kata atau lebih untuk membentuk kata baru. Misalnya: nomina motorway dibentuk dari dua nomina motor dan way. Kebanyakan kata majemuk adalah nomina walaupun tidak semuanya. Misalnya: overcharge (verba), lacklustre (ajektiva), outside (adverbia), into (preposisi), yourself (pronomina). Kedua adalah derivasi. Derivasi adalah proses penambahan afiks (sufiks dan prefiks) pada kata yang sudah ada. Misalnya: kata location yang berasal dari verba locate ditambah dengan akhiran {–ion}. Dalam proses derivasi, selain makna berubah, kelas katanya juga berubah. Perubahan kelas kata yang terjadi pada proses derivasi tidak harus ekstrim dari satu kelas kata ke kelas kata yang lain, perubahan satu kelas kata ke kelas kata yang berbeda, tetapi masih satu bagianpun dapat disebut derivasi. Misalnya: kata chilhood yang berasal dari kata child (nomina konkret) ditambah akhiran {–hood} menjadi childhood (nomina abstrak). Hal serupa diungkapkan Brinton & Brinton (2010: 95) yang menyatakan bahwa derivasi adalah proses pembentukan kata dengan cara pelekatan afiks derivasi (prefiks maupun sufiks) pada bentuk dasar.

17

Proses lain yang masuk katagori derivasi adalah konversi. Konversi diartikan sebagai sebuah proses perubahan kelas kata yang terjadi pada sebuah kata tanpa merubah bentuknya. Misalnya: bottle dan skin yang diyakini sebagai sebuah nomina pada awalnya, kemudian dapat pula menjadi sebuah verba. Selain cara-cara di atas, Booij (2007: 20-22) menyebutkan bahwa kata-kata baru dapat juga dibentuk melalui alphabetism. Alphabetisms adalah kombinasi dari huruf pertama pada komponen pembentuknya dan diucapkan dengan nilai fonetis dari huruf-huruf tersebut pada abjad. Misalnya: CD > Compact Disc; SMS > Short Message Service, dll. 1.7.4

Perubahan Makna (Semantic Change) Teori mengenai perubahan makna atau semantic change digunakan untuk

mengklasifikasikan istilah-istilah yang maknanya berbeda dengan makna dalam kamus. Berikut tipe-tipe perubahan makna yang dimaksud. 1.7.4.1 Perluasan Makna Perluasan makna adalah suatu proses perubahan makna di mana makna sebuah kata menjadi lebih umum dibandingkan makna kata tersebut sebelumnya (Keraf, 1985: 97; Harley, 2006: 103; O’Grady, dkk., 2009: 272). Harley (2006: 103) memberikan sebuah contoh dalam bahasa Inggris, yaitu kata manage. Kata tersebut semula bermakna ‘mengurus kuda’, saat ini kata tersebut memiliki makna yang lebih luas, yaitu ‘berhasil mengurus hal apapun yang sulit’. 1.7.4.2 Penyempitan Makna Penyempitan makna adalah perubahan makna di mana makna sebuah kata menjadi lebih sempit atau spesifik dibandingkan makna terdahulu dari kata tersebut

18

(Keraf, 1985: 97; Harley, 2006: 103; O’Grady, dkk., 2009: 272). Harley (2006: 103) menambahkan bahwa terkadang penyempitan makna terjadi karena kemunculan kata baru dengan makna yang berbeda mengambil alih makna yang asli. Misalnya saja kata deer yang dalam bahasa Inggris kuno bermakna ‘hewan’, dalam bahasa Inggris pertengahan, kata tersebut bermakna ‘rusa’. Hal tersebut disebabkan oleh kata pinjaman dari bahasa Prancis, yaitu beast yang pada masa itu bermakna ‘hewan’. 1.7.4.3 Ameliorasi Ameliorasi adalah suatu proses perubahan makna di mana makna kata yang baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari makna yang lama (Keraf, 1985: 98; Harley, 2006: 104; O’Grady, dkk., 2009: 273). Misalnya saja kata nice yang dulunya berkonotasi negatif, yaitu ‘bodoh, sederhana’, saat ini kata tersebut bermakna ‘bagus’ (Harley, 2006: 104). 1.7.4.4 Peyorasi Menurut Keraf (1985: 98), peyorasi adalah suatu proses perubahan makna sebagai kebalikan dari ameliorasi. Dalam peyorasi makna yang baru dirasakan lebih rendah nilainya dari makna yang lama. Hal senada diungkapkan Harley (2006: 104) yang menyatakan bahwa peyorasi adalah apa yang terjadi ketika kata mengalami penurunan nilai secara sosial maupun emosional. Misalnya kata bully yang dulunya bermakna ‘kekasih hati, pecinta’, saat ini bermakna ‘penggertak atau orang yang mengganggu orang yang lemah’.

19

1.7.4.5 Metafora Menurut Keraf (1985: 98-99), metafora adalah perubahan makna karena persamaan sifat antara dua objek. Ia merupakan pengalihan semantik berdasarkan kemiripan persepsi makna. Salah satu sub-tipe dari metafora adalah sinestesia, yaitu perubahan makna berdasarkan pergeseran istilah antara dua indera, misalnya indra peraba ke indra penciuman. Kita mengatakan penciuman yang tajam, walaupun tajam sebenarnya menyangkut indera peraba. 1.7.4.6 Metonimi Menurut Keraf (1985: 99), metonimi adalah suatu proses perubahan makna yang terjadi karena hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu lingkungan makna yang sama, dan dapat diklasifikasikan menurut tempat atau waktu, menurut hubungan isi dengan kulit, hubungan antara sebab dan akibat. 1.7.4.7 Gabungan beberapa tipe Menurut Stockwell & Minkova (2003: 157), kebanyakan contoh perubahan makna pada kata dapat dilihat sebagai contoh dari dua atau lebih tipe perubahan sekaligus. Misalnya saja kata vixen yang jelas merupakan sebuah contoh dari penggunaan figuratif (analogi perluasan). Kata tersebut dulunya hanya bermakna ‘rubah betina’, dan sekarang bermakna rubah betina maupun jantan, dan anda boleh berkata “foxy female”; kata tersebut juga mengalami generalisasi makna (misalnya lingkup pengggunaan kata diperluas untuk mencakup tidak hanya rubah tetapi juga manusia).

20

1.7.4.8 Pergeseran Makna (Semantic Shift) Menurut O’Grady, dkk. (2009: 273), semantic shift adalah sebuah proses di mana sebuah kata kehilangan makna lamanya dan memiliki makna baru yang terkadang berhubungan. Misalnya saja kata bead yang dulunya bermakna ‘doa’, dan saat ini bermakna ‘tasbih, manik-manik’. Selain itu, semantic sift dapat juga didefinisikan sebagai proses di mana makna baru dari sebuah kata benar-benar tidak berhubungan dengan makna kata yang lama. Misalnya saja kata gay yang dulunya bermakna ‘bersemangat, bahagia’, dan sekarang bermakna ‘homoseksual’. 1.7.5

Fungsi Register Sebagai salah satu karakteristik register, istilah-istilah yang muncul dalam

musik populer Korea diasumsikan memiliki fungsi-fungsi tersendiri. Dalam penelitian ini, penarikan fungsi dilakukan dengan melihat penggunaan masingmasing

istilah

dalam

musik

populer

Korea,

namun

peneliti

tetap

mempertimbangkan teori mengenai fungsi register yang telah dirumuskan oleh Biber (1994: 44). Beliau mengemukakan bahwa tujuan register dapat dikategorikan berdasarkan empat parameter, yaitu membujuk (atau menjual), menyampaikan informasi, menghibur, dan menunjukkan diri yang meliputi pengekspresian diri, tingkah laku, atau upaya mendekatkan diri satu sama lain. Biber (1994: 44) menambahkan bahwa empat parameter tersebut masih membutuhkan kajian lebih lanjut. Dengan fakta semacam ini, peneliti menjadi semakin tertarik untuk melihat fungsi-fungsi istilah sebagai bagian dari register.

21

1.8 Metode Penelitian 1.8.1

Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan beberapa tahapan. Sumber

data awal dari penelitian ini adalah tulisan berupa daftar istilah-istilah yang populer dalam musik populer Korea yang ditulis oleh Kikawai (2012) dan Acton (2013). Untuk data tersebut metode yang digunakan adalah metode simak dengan teknik catat. Untuk menambah daftar istilah, peneliti menggunakan teknik cakap tak bertemu muka dengan tiga orang penggemar musik populer Korea. Teknik cakap tak bertemu muka dipilih karena bertemu mereka secara langsung sulit dilakukan, sehingga peneliti memutuskan untuk berkomunikasi dengan ketiga informan melalui facebook. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Sudaryanto melalui Kesuma (2007: 43) bahwa kegiatan menjaring data dengan percakapan dapat pula dilakukan dengan percakapan tidak langsung, tidak bertatap muka atau tidak bertemu muka, yaitu secara tertulis dengan bentuk kuestioner. Setelah istilah-istilah terkumpul, peneliti mencari penggunaan masingmasing istilah pada tiga sumber data. Sumber data yang utama adalah wacana berita mengenai musik populer Korea di www.soompi.com. Website tersebut dipilih karena beberapa alasan. Pertama, website tersebut merupakan website yang sudah paling lama memberitakan musik populer Korea (dimulai sejak 1998), sehingga peneliti berasumsi website tersebut juga menggunakan berbagai istilah yang muncul dalam musik populer Korea. Kedua, pencarian istilah melalui wacana berita pada website tersebut tergolong mudah dan cepat sebab website tersebut

22

menyediakan sebuah kotak pencarian. Peneliti hanya perlu mengetikan istilah yang ingin dicari, kemudian berbagai berita yang berhubungan dengan istilah tersebut akan muncul. Untuk istilah yang tidak dapat ditemukan penggunaannya dalam wacana berita, peneliti berusaha mencari sumber data lain, yaitu komentar-komentar yang ditinggalkan para penggemar di situs YouTube. Untuk sumber data ini, peneliti mencari video yang kira-kira berhubungan dengan istilah yang sedang dicari. Setelah video yang dicari muncul, berbagai komentar dari para penggemar mengenai video tersebut dapat langsung dilihat. Dengan cara semacam ini, istilahistilah yang dicari diharapkan dapat muncul dalam komentar para penggemar. Untuk kedua sumber data di atas, peneliti menggunakan metode simak dengan teknik catat. Mahsun (2012: 92-93) menyatakan bahwa metode simak adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak penggunaan bahas baik lisan maupun tulisan. Beliau menambahkan bahwa untuk bahasa tulisan teknik yang digunakan adalah teknik catat. Sumber data ketiga yang digunakan untuk melihat penggunaan istilah adalah percakapan antara peneliti dengan salah satu penggemar musik populer Korea. Peneliti melakukan percakapan dengan salah satu penggemar musik populer Korea melalui BlackBerry Messenger (BBM) guna memperoleh penggunaan istilah-istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea. Peneliti berusaha memancing mitra tutur agar menggunakan istilah-istilah tertentu. Menurut Sudaryanto melalui Kesuma (2007: 41), metode cakap dengan teknik pancing

23

berarti dengan segenap kecerdikan dan kemampuan memancing informan agar berbicara. 1.8.2

Metode Analisis Data Berikut ini peneliti uraikan cara penganalisisan data guna menjawab

rumusan masalah dalam penelitian ini. 1. Analisis mengenai rumusan masalah pertama, yaitu bentuk dan proses pembentukan dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai teori yang relevan mengenai bentuk dan proses pembentukan istilah. 2. Analisis mengenai makna istilah dilakukan dengan membandingkan makna istilah dengan makna kamus. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan kekhasan makan istilah. Teori mengenai perubahan makna juga digunakan untuk mengklasifikasikan tipe perubahan makna yang muncul. Kamus yang digunakan adalah kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary karya Hornby (2010) yang peneliti anggap sudah cukup lengkap apabila dibandingkan dengan kamuskamus lainnya. 3. Analisis mengenai fungsi-fungsi istilah dilakukan dengan mempertimbangkan penggunaan atau makna tiap istilah dan teori tentang fungsi register dari Biber (1994). 1.8.3

Metode Penyajian Hasil Analisis Hasil analisis disajikan melalui perumusan dengan menggunakan kata-kata

biasa. Cara semacam ini disebut metode informal (Sudaryanto melalui Mahsun, 2012: 123). Selain itu, metode formal dengan tabel juga digunakan. Kesuma (2007:

24

73) mengatakan bahwa kaidah penyajian hasil analisis data secara formal dapat berupa rumus, bagan / diagram, tabel, dan gambar. Untuk memperjelas tentang analisis data dalam penelitian ini, berikut peneliti paparkan sebuah analisis dari salah satu istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea, yaitu istilah leader. Penggunaan istilah tersebut dapat dilihat pada data (4) berikut ini. (4) On March 8 and 9, B.A.P leader Bang Yong Guk revealed his selfcomposed song “Q” at the group’s concert, “B.A.P Live on Earth Seoul 2014,” held at the SK Handball Stadium in Olympic Park. ‘Pada 8 dan 9 Maret, leader B.A.P Bang Yong Guk menunjukkan lagu gubahannya sendiri Q pada konser grupnya, B.A.P Live on Earth Seoul 2014, yang diselenggarakan di Stadium SK handball di Olympic Park.’ (potongan berita di www.soompi.com) Dilihat dari segi bentuk, istilah leader adalah sebuah kata polimorfemik yang masuk kategori kata berimbuhan. Istilah tersebut terdiri dari dua buah morfem, yaitu lead ‘memimpin’ dan akhiran {-er}. Istilah tersebut dibentuk dengan cara melekatkan akhiran {–er} pada verba lead ‘memimpin’. Kemudian dari segi makna, istilah leader telah mengalami penyempitan makna dari makna kamus. Dalam kamus karya Hornby (2010: 844), kata leader bermakna ‘seseorang yang memimpin sekelompok orang, khususnya kepala negara, organisasi, dll’. pada dasarnya, makna istilah sama dengan makna kamus, yaitu ‘pimpinan atau ketua’, tetapi dalam musik populer Korea, istilah leader secara spesifik merujuk pada ‘pimpinan dari sebuah grup penyanyi’. Hampir seluruh grup penyanyi memiliki seorang anggota yang ditunjuk menjadi seorang leader. Kebanyakan yang ditunjuk menjadi leader adalah mereka yang berusia paling tua atau yang dianggap mampu

25

memimpin anggota yang lain. Penunjukkan sorang leader umumnya dilakukan secara resmi oleh agensi musik yang menaungi grup tersebut. Agaknya konsep semacam ini tidak muncul dalam industri musik lain. Peneliti berasumsi bahwa istilah leader berfungsi untuk menunjukkan adanya hal yang berbeda dalam musik populer Korea.

1.9 Sistematika Penyajian Hasil penelitian disusun ke dalam lima bab. Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi deskripsi jawaban dari rumusan masalah yang pertama, yaitu bentuk dan proses pembentukan istilah-istialh bahasa Inggris dalam musik populer Korea. Bab III berisi deskripsi jawaban dari rumusan masalah yang kedua, yaitu makna istilah-istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea apabila dibandingkan dengan makna kamus. Bab IV berisi penjelasan mengenai rumusan masalah yang ketiga, yaitu fungsi-fungsi istilah bahasa Inggris dalam musik populer Korea. Bab V berisi kesimpulan dan saran.

View more...

Comments

Copyright � 2017 NANOPDF Inc.
SUPPORT NANOPDF