34. Peranan Gizi Pada Anemia Ibu Hamil

January 8, 2018 | Author: Anonymous | Category: Ilmu, Health Science, Obstetri
Share Embed Donate


Short Description

Download 34. Peranan Gizi Pada Anemia Ibu Hamil...

Description

PERANAN GIZI PADA ANEMIA IBU HAMIL

OLEH : Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

1

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................

i

SURAT KETERANGAN .................................................................................................

ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................

iii

A. Pendahuluan ........................................................................................................

1

B. Anemia pada Kehamilan .......................................................................................

4

C. Zat Besi

............................................................................................................

D. Interaksi Zat Besi, Asam Folat dan Seng ................................................................

9 14

E.. Kesimpulan ............................................................................................................ 18 DAFTAR PUSTAKA

2

Peranan Gizi Pada Anemia Ibu Hamil

A. Pendahuluan Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Pada tahun 2003, Republika Online memaparkan bahwa kematian ibu melahirkan dan bayi saat kelahiran di Indonesia dinilai masih tinggi. Angka kematian bayi pada saat kelahiran mencapai 39 per 1000 kelahiran. Sedangkan angka kematian ibu melahirkan mencapai 307 per 100.000 kelahiran. Seperti Negara berkembang lainnya, di Indonesia anemia disebabkan karena defisiensi zat gizi mikro (micronutrient) dengan penyebab terbanyak defisiensi zat besi. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di Negara sedang berkembang, ketimbang Negara yang sudah maju. 36% atau kira-kira 1400 juta orang dari perkiraan populasi 3800 juta orang di Negara sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di Negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang. (Arisman, 2010). Sedangkan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, prevalensi anemia gizi ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5%, dan di Sulawesi Selatan 46,7% . Hal ini masih sangat besar khususnya yang terjadi di Sulawesi Selatan. Selama ini diketahui bahwa defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia namun bila prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi

3

dianggap sebagai penyebab utama. Sebuah penelitian di Takalar, Sulawesi Selatan menyebutkan asupan Besi yang kurang pada ibu hamil anemia adalah 82,35% dan pada asupan Seng yang kurang yaitu 62%.(Tunny,2011). Intake mikronutrien yang lebih rendah dari jumlah yang dianjurkan bisa memperbesar risiko terhadap timbulnya defisiensi mikronutrien sehingga daerah yang memiliki prevalensi anemia gizi besi yang tinggi, prevalensi defisiensi Seng (Zn) dan Folat diperkirakan tinggi juga. Hal ini sangat erat kaitannya pada Negara berkembang yang kebanyakan makanan pokok berasal dari sumber nabati, sementara konsumsi produk hewaninya rendah, sehingga ketersediaan dan asupan Besi (Fe), Seng (Zn), sering rendah dan dapat menimbulkan anemia khususnya pada ibu hamil yang mengalami peningkatan kebutuhan akan zat-zat gizi. Penanggulangan anemia sudah cukup lama dilakukan namun prevalensinya masih tinggi. Di Indonesia penanggulangan anemia ibu hamil diprioritaskan pada pemberian suplementasi Tablet Besi Folat. Namun berbagai masalah diperkirakan mempengaruhi suplementasi ini, seperti distribusi, dosis yang tidak tepat, serta kepatuhannya. Sekarang berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia pada ibu hamil. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen multi zat gizimikro lebih efektif dalam menurunkan kejadian anemia dan pencegahan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR). Salah satu penelitian yang akan dilakukan adalah dengan suplementasi kapsul daun

kelor

(Moringa

oleivera).

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

4

mengembangkan tepung daun kelor menjadi herbal untuk ibu hamil, memberikannya kepada ibu hamil trimester I, membuktikan pengaruhnya terhadap status gizimikro dan kerusakan DNA ibu. Dengan memberikan kapsul tepung daun kelor

yang berisi 500 mg selama 90 hari. yang

mengandung Kalsium 10,203 mg, Tembaga 0,006 mg, Besi 0,14 mg, Kalium 6,92 mg, Magnesium 2,253 mg, Fosfor 4,483 mg, Mangan 0,042, Seng 0,127 mg, Vit.A 78,1 UI, Vit.C 3,865 mg. Sebelum dan sesudah intervensi akan dilakukan pengukuran kadar Hb, Folat, feritin plasma, kerusakan DNA. Kondisi status zat-zat gizi mikro pada kejadian anemia ibu hamil belum banyak diteliti,

terlebih lagi sebelum pemberian suplementasi.

Secara teori status salah satu zat gizimikro saling berinteraksi dengan zat gizimikro lainnya. Dalam interaksi antar zat gizimikro ini, ada dua hal yang mungkin terjadi, yaitu saling bersaing saat diabsorpsi atau defisiensi pada salah satu zat gizimikro akan mempengaruhi metabolisme zat gizimikro lainnya. Hasil penelitian di Cina menunjukkan bahwa 80% wanita menderita anemia hanya 17% yang penyebabnya defisiensi Besi dan 44% laiinya terjadi karena defisiensi satu atau lebih vitamin B. Sebuah penelitian di Jawa Tengah juga menunjukkan bahwa vitamin A dan Seng ibu hamil mempengaruhi menyebutkan

hasil bahwa

suplementasi konsentrasi

Besi asupan

Folat. Besi

Sebuah yang

pustaka

tinggi

akan

mempengaruhi absorpsi Tembaga dan Seng karena mempunyai bilangan valensi yang sama. Defisiensi Folat dan vitamin B 12 akan mempengaruhi

5

replikasi Deoxideribo Nucleic Acid (DNA) dan proses pembelahan sel yang pada gilirannya mengganggu pembentukan hemoglobin. B. Anemia Pada Kehamilan Ibu hamil merupakan salah satu kelompok penderita anemia. Angka anemia ibu hamil tetap saja masih tinggi meskipun sudah dilakukan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi 40,1% (Amiruddin, 2007). Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008), namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun 2007) menjadi 48,14% (tahun 2008) (Depkes, 2008). Menurut WHO (1972), anemia pada kehamilan terjadi jika kadar hemoglobin kurang dari 11 mg/dL (Basu,2010). Sedangkan menurut CDC (1998), anemia terjadi pada ibu hamil trimester 1 dan 3 jika kadar hemoglobin kurang dari 11 mg/dL sedangkan pada ibu hamil trimester 2 jika kadar Hb kurang dari 10,5 mg/dL (Lee,2004). Anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, terutama besi, vitamin B12, asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari berbagai kondisi seperti pendarahan, kelainan genetik penyakit kronik atau keracunan. Pada kehamilan, tubuh kekurangan beberapa zat

6

gizi maka akan terjadi anemia (Hoffbrand, 2005). Anemia sebagai akibat kekurangan gizi disebut anemia gizi, yang sebagian besar disebabkan kekurangan besi yang lazim disebut anemia gizi besi (Narins, 1992). Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi menjadi 4 kategori yaitu ; Hb > 11 gr%Tidak anemia (normal), Hb 9-10 gr% Anemia ringan, Hb 7-8 gr% Anemia sedang dan Hb
View more...

Comments

Copyright � 2017 NANOPDF Inc.
SUPPORT NANOPDF