51 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Badan Meteorologi
Short Description
Download 51 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Badan Meteorologi...
Description
BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN
3.1
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 3.1.1
Sejarah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun
1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika. Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma. Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan komponen horisontal seismograf Wiechert di Jakarta, sedangkan pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928. Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi dengan menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk penerangan pada tahun 1930.
51
52
Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945, nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua. Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga. Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia , kedudukan instansi tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta. Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of Indonesia with WMO. Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya menjadi
Lembaga
Meteorologi
dan
Geofisika
di
bawah
Departemen
Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara.
53
Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika, kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan Udara. Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di bawah Departemen Perhubungan. Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika. Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen. Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagai organisasi yang bertugas diantaranya melakukan pengamatan cuaca, BBMKG mempunyai 5 Balai Wilayah, yakni BBMKG Wilayah I di Medan, BBMKG Wilayah II di Ciputat, BBMKG Wilayah III di Denpasar, BBMKG Wilayah IV di Ujung Pandang dan BBMKG Wilayah V di Jayapura.
54
3.1.2
Visi dan Misi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika a. Visi Terwujudnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang tanggap dan mampu memberikan pelayanan meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika yang handal, guna mendukung keselamatan dan keberhasilan pembangunan nasional serta berperan aktif di tingkat internasional.
a. Misi a. Mengamati dan memahami fenomena Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika. b. Menyediakan data dan informasi Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika yang handal dan terpercaya c. Melaksanakan dan mematuhi kewajiban internasional dalam bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika. d. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika.
3.1.3
Tugas dan Fungsi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), dipimpin oleh seorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas : melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
55
dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. b. Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. c. Koordinasi
kebijakan,
perencanaan
dan
program
di
bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika. d. Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. e. Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. f. Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim. g. Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena factor meteorologi, klimatologi, dan geofisika. h. Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. i. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
56
j. Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. k. Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. l. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. m. Pelaksanaan
pendidikan
profesional
di
bidang
meteorologi,
klimatologi, dan geofisika. n. Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. o. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan BMKG. p. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BMKG. q. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG. r. Penyampaian
laporan,
saran,
dan
pertimbangan
di
bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
Dalam
melaksanakan
tugas
dan
fungsinya
BMKG
dikoordinasikan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang perhubungan.
57
3.1.4
Struktur Organisasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Gambar 3.1 Sturktur organisasi BMKG
58
Gambar 3.2 Sturktur organisasi Bidang Geofisika
3.2
Analisis Sistem 3.2.1
Sistem yang sedang berjalan
Bidang Seismologi Teknik merupakan salah satu unit kerja dalam Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang berada dibawah naungan Bidang Geofisika. Bidang Seismologi Teknik menyediakan jasa di bidang data percepatan tanah akibat gempa besar dengan kedalaman pusat gempa yang dangkal.
59
Untuk memperoleh data percepatan tanah (PGA) tersebut dilakukan dengan cara perekaman guncangan permukaan tanah untuk mengukur percepatan permukaan tanah dengan menggunakan suatu alat sensor yang dinamakan Accelerograph. Pada umumnya Accelerograph dipasang pada daerah-daerah perkotaan yang populasinya lebih padat penduduk, dimana fungsi alat tersebut untuk investigasi varisasi terhadap respons guncangan / getaran karena struktur geologi setempat.
Accelerograph mengirimkan hasil rekaman tersebut dalam bentuk gelombang amplitudo, selanjutnya dilakukan pencarian nilai simpang terbesar dari amplitudo gelombang tersebut. Nilai simpang terbesar itulah yang dijadikan nilai percepatan tanah (PGA) disuatu daerah yang mengalami gempa bumi.
Dengan adanya informasi dari Accelerograph terhadap gempagempa kecil dan kuat dapat dicirikan karakteristik semua jenis permukaan tanah yang dapat digunakan untuk konstruksi bangunan. Daerah rawan gempabumi dirancang konstruksi bangunannya sebelum gempabumi besar terjadi. Rekaman getaran tanah akan sangat bermanfaat pada pembuatan Building Code untuk keamanan bangunan. Informasinya juga dapat dijadikan masukan / input terhadap pengambilan keputusan dalam rencana pengembangan tata ruang dan tata kota.
Sebaran alat sensor Accelerograph diseluruh Indonesia dapat dilihat dalam gambar berikut :
60
Gambar 3.3 Peta Jaringan Sensor Accelerograph di Indonesia
Diagram aliran data sistem yang sedang berjalan di BMKG :
Gambar 3.4 Diagram Konteks
61
Alat TEWS memberikan sinyal kepada alat Seismograph dan Accelerograph saat terjadi gempa bumi. Kemudian alat Seismograph mengirimkan parameter dari gempa bumi tersebut kepada alat Accelerograph. Dari parameter-parameter tersebut alat Accelerograph melakukan perhitungan percepatan gempa di permukaan tanah (PGA) dan menghasilkan nilai PGA dalam skala MMI. Nilai PGA tersebut kemudian dikirimkan kebagian pengolahan data SIG untuk kemudian diolah menjadi peta Isoseismal. Dari peta Isoseismal tersebut dapat diperoleh tingkat kerawanan suatu daerah terhadap gempa yang terjadi, sehingga dapat ditentukan daerah yang mengalami kerusakan teringan hingga daerah yang mengalami kerusakan terberat.
Contoh-contoh peta Isoseismal dari hasil pengolahan data dari alat Accelerograph dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
Gambar 3.5 Peta Isoseismal Tahun 2009
62
Gambar 3.6 Peta Isoseismal Tahun 2010
Gambar 3.7 Peta Isoseismal Tahun 2011
63
Tabel 3.1 Legenda Peta Skala Modified Mercally Intensity (MMI)
Besaran
Modified Mercally
Percepatan Permukaan
Radius Pengaruh
Skala
Intensity pada
Maksimum Pada Episentrum
Gempa (rata-rata)
Episentrum (MMI)
3.2.2
1
II-III
0,003 g
25 km
2
IV-V
0,01 g
50 km
3
VI
0,03 g
100 km
4
VII-VIII
0,01 g
200 km
5
IX
0,03 g
400 km
6
X-XII
1g
700 km
Permasalahan yang dihadapi Dengan penggunaan sistem yang sedang berjalan saat ini, terdapat
beberapa kelemahan diantaranya adalah sebagai berikut : a. Penentuan nilai PGA Dalam penentuan nilai PGA, hanya ditentukan dari nilai simpangan amplitudo terbesar dari sinyal yang dihasilkan oleh alat Accelerograph yang menangkap terjadinya gempa bumi di suatu wilayah. b. Pembuatan peta zonasi Setelah mendapatkan nilai PGA, dibutuhkan software yang berbeda untuk pembuatan peta zonasi.
64
c. Pengolahan data Dalam sistem tersebut pengolahan datanya masih dilakukan secara terpisah, sehingga membutuhkan lebih banyak waktu untuk membuat peta zonasi jika terjadi gempa bumi. 3.2.3
Usulan pemecahan masalah Berdasarkan masalah yang dihadapi tersebut, maka diusulkan untuk
pemecahan masalah sebagai berikut : a. Penentuan nilai PGA Untuk menentukan nilai PGA kami menggunakan fungsi atenuase Crouse. Pengguna cukup memasukkan koordinat garis bujur, koordinat garis lintang, besaran gempa dan kedalaman dari gempa yang baru terjadi dan sistem akan melakukan perhitungan nilai PGA secara otomatis. b. Pembuatan peta zonasi Setelah didapatkan nilai PGA tersebut maka sistem secara otomatis akan membuat peta zonasi tersebut menggunakan metode interpolasi menggunakan algoritma kriging tanpa harus menggunakan software yang berbeda. c. Pengolahan data Dalam sistem yang kami buat semua pengolahan data dilakukan secara otomatis dan bersifat historical. Jadi semua pengolahan data cukup dilakukan didalam satu software sehingga dapat mempersingkat waktu dalam pembuatan peta zonasi daerah rawan gempa dan semua data-data terdahulu dapat ditampilkan kembali apabila dibutuhkan.
65
3.3
Perancangan Sistem 3.3.1 Diagram Konteks
Gambar 3.8 Diagram Konteks User meminta data peta Indonesia yang dimiliki oleh BMKG Pusat yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sistem. User juga memasukan datadata non spasial dan data spasial sesuai dengan kebutuhan sistem. Kemudian data-data tersebut diolah dalam Sistem Informasi Geografis khususnya pengolahan PGA. Setelah data-data diolah maka user mendapatkan hasil permintaan informasi kegempaan berupa peta isoseismal atau peta zonasi daerah rawan gempa.
66
3.3.2
Diagram Nol
Gambar 3.9 Diagram Nol User mendapatkan data Peta Indonesia dari BMKG Pusat kemudian data Peta Indonesia bertipe spasial disimpan di data store. User memasukan data-data informasi gempa bertipe non spasial yang akan disimpan di data store. Lalu sistem akan mengambil data spasial dan non spasial dari data store untuk diolah di dalam pengolahan SIG yang akan menghasilkan informasi kegempaan berupa peta isoseismal atau peta zonasi daerah rawan gempa. 3.4
Perancangan Database 3.4.1
Kamus Data Berikut adalah kamus data dari table – table yang digunakan : a. MsTitikGempa(TitikGempaId, Latitude, Depth, Magnitude)
Date,
OriginTime,
Longitude,
67
b. MsTitikGrid(TitikGridId, TitikGempaId, PGA, Longitude, Latitude, Jarak) 3.4.2
Entity Relationship Diagram
Gambar 3.10 Entity Relationship Diagram (ERD)
3.4.3
Spesifikasi Tabel 1. Tabel TitikGempa Nama Tabel
= MsTitikGempa
Deskripsi
= Berisi informasi mengenai TitikGempa
Primary Key
= TitikGempaId
68
Tabel 3.2 Titik Gempa
Nama Field
Tipe
Panjang
Keterangan
TitikGempaId
Integer
4
Identitas TitikGempa
Date
Datetime
15
Tanggal
Origin Time
Datetime
10
Waktu Kejadian
Longitude
Double
15
Posisi Longitude
Latitude
Double
15
Posisi Latitude
Depth
Integer
4
Kedalaman Gempa
Magnitude
Double
2
Besaran Gempa
2. Tabel TitikGrid Nama Tabel
= MsTitikGrid
Deskripsi
= Berisi informasi mengenai TitikGrid
Primary Key
= TitikGridId
69
Tabel 3.3 Titik Grid
Nama Field
Tipe
Panjang
Keterangan
TitikGridId
Integer
4
Identitas TitikGrid
PGA
Double
15
Nilai PGA
Longitude
Double
15
Posisi Longitude
Longitude
Double
15
Posisi Longitude
Jarak
Double
10
Jarak dari Titik Grid ke Titik Grid Terdekat
70
3.5
Perancangan Menu
Layar Utama
File
View
Help
Save
Data View
Petunjuk Penggunaan
Save as
Layout View
Tentang ArcMap
Page and Print Setup
Tambah Titik Gempa
Print Preview
Lihat Tabel Atribut
Print
Hitung Jarak
Exit
Zonasi Peta
Tambah Data
Gambar 3.11 Rancangan Menu
71
3.6
Perancangan Layar 1. Rancangan Halaman Pembuka
PETA ZONASI PGA BANDA ACEH
BMKG MASUK
KELUAR
Gambar 3.12 Rancangan Halaman Pembuka
Layar awal saat aplikasi dijalankan, terdapat pilihan untuk Masuk ke aplikasi atau langsung Keluar (cancel/tidak jadi masuk aplikasi)
72
2. Layar Utama
FILE
|
VIEW
| HELP
Tombol Tambah data, tabel, zonasi peta
Peta Banda Aceh LAYER
Gambar 3.13 Rancangan Halaman Utama
73
3. Rancangan layar sub-menu File
FILE
|
VIEW
|
HELP
Save Save-as Page and Print Setup Print Preview Print Exit
Gambar 3.14 Rancangan Halaman Sub-menu File
74
4. Rancangan layar sub-menu view
FILE
|
VIEW
|
HELP
Data View LayOut View
Gambar 3.15 Rancangan Halaman Sub-menu View
75
5. Rancangan layar sub-menu Help
FILE
|
VIEW
|
HELP Petunjuk Penggunaan Tentang ArcMap
Gambar 3.16 Rancangan Halaman Sub-menu Help
76
6. Rancangan Layar Tambah Data
FILE
|
VIEW
|
HELP
Tombol Tambah data, tabel, zonasi peta Date Original Time Magnitude Depth
Tambah
Bersihkan
Keluar
Gambar 3.17 Rancangan Halaman Tambah Data
77
7. Rancangan Halaman Tabel
FILE
|
VIEW
|
HELP
Tombol Tambah data, tabel, zonasi peta
Tabel Atribut
Gambar 3.18 Rancangan Halaman Tabel
78
8. Rancangan Halaman Zonasi Peta
FILE
|
VIEW
|
HELP
Tombol Tambah data, tabel, zonasi peta
Peta Zonasi
Gambar 3.19 Rancangan Halaman Zonasi Peta
79
3.7
State Transition Diagram (STD)
Gambar 3.20 STD Main Menu
80
Gambar 3.21 STD Hitung Jarak
81
Gambar 3.22 STD Perhitungan Jarak
Gambar 3.23 STD Generate Map
82
Gambar 3.24 STD Help
3.8
Spesifikasi Proses Panggil Modul Utama Masuk Halaman Pembuka Panggil Halaman Pembuka Menampilkan Layar “PETA ZONASI PGA BANDA ACEH ” Tekan Tombol “Masuk” Akhiri Modul Lakukan Pilihan Pilih Tombol “Tambah Titik Gempa” Panggil Form Tambah Titik Gempa Tampilkan Form Tambah Titik Gempa Isi form Tambah Titik Gempa Masukkan Data Update Database Akhiri Pilihan Pilih “Keluar” Keluar Aplikasi secara keseluruhan
83
Pilih Menu “View” Tampilkan Submenu “Data View” Pilih “Data View” Panggil form DataView Tampilkan form Data View Pilih Dropdown “Editor” Pilih “Start Editing” Pilih Tombol “Lihat Tabel Taribut” Tampilkan Tabel Atribut Titik Grid Pilih kolom varA Klik Kanan pada kolom varA Pilih Field Calculator Tampilkan Form Field Calculator Tekan Tombol “Load” Tampilkan Menu Load Field Calculator Tekan Tombol “OK” Akhir Modul
View more...
Comments