majalah isi ke-3.cdr

January 9, 2018 | Author: Anonymous | Category: Ilmu, Ilmu kebumian, Seismologi
Share Embed Donate


Short Description

Download majalah isi ke-3.cdr...

Description

G E O R E S O N A N S I

E d i s i

3

/

A P R I L

2 0 1 4

G O

www.hagi.or.id

Resonansi MAJALAH PROFESI HIMPUNAN AHLI GEOFISIKA INDONESIA

Dr. Armi Susandi, MT: "Kita Hanya Punya Satu Atmosfer"

LAPORAN UTAMA: Menyoal Tatakelola Bencana Kita

INDUSTRI: OPTIMALISASI GAS NASIONAL HAGI NEWS:

Diseminasi Geofisika bersama HMGI

SINERGI TATAKELOLA

DAFTAR ISI

4

15

HAGI NEWS

LAPORAN UTAMA

32

29

WAWANCARA

SALAM REDAKSI Surat Pembaca

23

INDUSTRI

36

PROFIL

KOLOM AHLI

2

LAPORAN UTAMA 4 Pesona yang Menebar Bencana Penanganan Bencana Belum Konsisten! Ya Ahli, Ya Peduli Pengurangan Risiko Bencana Lulus dengan Predikat Kurang Memuaskan HAGI NEWS Regular Course 2014 Sinergi untuk Diseminasi Geofisika di Indonesia GEO PHOTO HAGI - IAGI

15

INDUSTRI Optimalisasi Gas Nasional Adu Cepat Produksi dan Konsumsi

23

38

OPINI

WAWANCARA Dr. Armi Susandi, MT "Kita Hanya Punya Satu Atmosfer"

29

KOLOM AHLI Struktur 3-D Kecepatan Gelombang Seismik dan Implikasi Tektoniknya di Wilayah Jawa Tengah

32

PROFIL Surono : Zero Tolerance For A Safe Life Mari Asteria : Cumlaude dan Korban Bencana

36

OPINI Posisi Rawan Batas Maritim Indonesia

38

REFLEKSI Milling Process

40

Majalah dwi bulanan masyarakat kebumian Indonesia. Berkhidmat untuk menjembatani komunikasi dan informasi antar praktisi bisnis, keilmuan dan komunitas ahli kebumian pada umumnya. Diterbitkan oleh Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI). Dewan Redaksi : Wawan G.A. Kadir, Eko Widianto, Abdul Muthalib Masdar, Elan Biantoro, Yosi Hirosiadi, Sri Widiyantoro Arii Ardjuna, Awali Priyono, Edwin Trisnohadi, Susilo Hadi, Irwan Meilano Pemimpin Umum/ Pemimpin Perusahaan : Mailendra Tibri | Pemimpin Redaksi : Widya Utama Sidang Redaksi : Dijan Soebromo (ketua) | Redaktur Pelaksana : Jidan Abshari, Saeful Millah, ARR Vaujie Markish, Arifin W. , Syahrul Mawardi | Pengembangan Usaha : Khairul Rizal , Dodi I. Fajar Riset dan Pengembangan : Andri D. Nugraha, Zulfakriza Zulhan | Keuangan : Rusalida Raguwanti, Andi M. Adiwiarta Sekretariat Redaksi : Nindy H. Madjid | Iklan dan Promosi : Yully Suryawan, Arida Chyntia Andriani, Ganesha Putra | Distribusi : Joko Andi Wibowo Alamat Tata Usaha dan Iklan : Patra Office Tower Suite 2045, Jl. Jend . Gatot Subroto KAV 32 - 34 Jakarta Selatan 12950, T/F . 021-5250040 Email : [email protected]

SALAM

REDAKSI Bencana Kabut ASAP: ASAP dalam bahasa Inggris kependekan dari As Soon As Possible. Artinya, bencana asap memang harus ditangani S-E-G-E-R-A!

SURAT PEMBACA :

Migas dan Pendulum Politik Laporan Utama Georesonansi Edisi II/2013 benarbenar memberikan potret terbuka mengenai apa yang terjadi di dalam industri migas kita. Sejauh laporan yang disajikan dalam berbagai perspektif, dari pengamat, praktisi dan pengambil kebijakan, sudah tampak jelas bahwa pengelolaan migas di Tanah Air belum bergerak jauh dari pendulum politik kita. Kebijakan migas bergerak seiring dengan dengan dinamika politik, yang, sayangnya tak kunjung lempang untuk diikuti. Bagi kita, gambaran yang disajikan di Georesonansi memang bukan sekadar wacana. Salut, redaksi telah mengupas posisi makro dari para pakar dan perspektif histori yang cukup baik yang menyajikan gambaran yang bisa dijadikan rujukan. Bila mengingat kentalnya kendala politik dalam transparansi pengelolaan migas, kepada siapakah kita berharap adanya perubahan? Semoga para pakar kebijakan dan pemain industri hulu cukup cerdas menyambut ajakan redaksi: Yang mengemuka adalah tantangan profesionalitas. Kalau politik dijadikan panglima, mau dibawa ke mana profesionalitas yang diidamkan itu?

MNA Yaqin Alumnus Geofisika ITB, ISEE Foundation, Bandung.

HAGI, Keanggotaan dan Kontak Mutual Melalui Georesonansi, saya ingin menanyakan bagaimana mekanisme keanggotaan dan pembaruan keanggotaan di dalam kepesertaan HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia). Saya mencoba untuk melakukan kontak ke secretariat untuk memperbarui data diri saya sebagai anggota HAGI, sampai saat ini belum mendapatkan

balasan yang memuaskan. Sudikah para pihak yang menggawangi keanggotaan menjelaskan mekanisme yang ada? Selain itu, melalui apakah HAGI mempunyai network yang dapat mempertemukan antara pihak yang – katakanlah memenangkan tender pekerjaan, dan pakar yang memiliki keahlian untuk terlibat. Apabila mekanisme 'kontak-mutual' ini dibangun melalui program HAGI, saya rasa HAGI akan menjadi organisasi yang sangat diidamkan untuk bergabungnya sinergi antara pasar dan ahli. A.Jaelani Geophysicist [email protected] HAGI Secretariat: Silakan mengontak secretariat dan mengakses kami di 021-5250040 atau email: [email protected]. Semoga HAGI bisa memfasilitasi sinergi tersebut ke depannya. Terimakasih saran dan masukannya.

Terima Kasih HAGI - Georesonansi Kami committee dan team satgas Majalah Himpunan Mahasiswa Geofisika Indonesia(HMGI) mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bp. Mailendra Tibri (Sekjen HAGI) dan Bp. Dijan Soebromo (Georesonansi) atas waktu dan sharing knowledge-nya dalam acara "Geophysics in journalism & Launching 1-st Edition of HMGZINE" (23/3) di Yogyakarta. Sesuatu yang sangat langka dan berharga bagi kami mahasiswa geofisika, di mana secara basic bisa mengenal jurnalistik serta termotivasi untuk mengaplikasikan kegiatan jurnalistik di kalangan mahasiswa kebumian untuk mendukung pengembangan Geofisika pada umumnya. Semoga di kemudian hari terdapat tindaklanjut yang dapat dikembangkan dari sinergi penerbitan di lingkungan HAGI dan HMGI. Best regards, Hendra Kurniawan Putra CEO of HMGZINE Ph. 0857 010 44485

Surat Kepada Redaksi : Anda dipersilakan mengirim surat pembaca atau artikel mengenai berbagai topik kebumian dan topik umum yang terkait dengan visi media ini. Surat pembaca atau artikel dapat dikirim ke redaksi Georesonansi dengan alamat: [email protected] atau ke alamat Redaksi : MAJALAH GEO RESONANSI Patra Office Tower Suite 2045, Jl. Jend . Gatot Subroto KAV 32 - 34 Jakarta Selatan 12950, T/F . 021-5250040 Email : [email protected] dengan menuliskan nama lengkap beserta alamat, momor telepon yang bisa dihubungi disertai fotokopi/scan identitas diri.

2

Edisi 3/April 2014

PRESIDENTIAL NOTE

FOCUS POSITIONING ! Salam, Pembaca Georesonansi yang mulia. Belakangan ini bencana alam terasa bertubi-tubi menerpa wilayah tanah air kita. Letusan Gunung Sinabung yang belum lagi usai, kini telah disusul oleh letusan Gunung Kelud dengan skala lebih besar. Tidak hanya bencana geologi, Indonesia juga rawan bencana hidro-meteorologi, seperti banjir dan kekeringan. Berbagai bencana alam itu menimbulkan ancaman yang meningkat bagi masyarakat.

DI KOMUNITAS INDUSTRI & AHLI KEBUMIAN INDONESIA

Meskipun pengetahuan kita tentang mitigasi bencana terus ditingkatkan, namun seiring dengan itu jumlah kerusakan akibat bencana alam tampaknya juga meningkat. Oleh karena itu, strategi manajemen resiko yang komprehensif diperlukan untuk mengurangi risiko bencana. Dalam pengelolaan risiko bencana, instalasi sistem peringatan dini untuk upaya mitigasi risiko bencana sangatlah diperlukan. Pembaca budiman, Georesonansi, selain sebagai media komunikasi dan sebagai salah satu media untuk diseminasi keilmuan geofisika, juga hadir di tengah Anda dengan harapan agar para pakar Himpunan Ahli Geofisika Indonesia dapat berbagi pengetahuan dari akumulasi pengalaman di dunia kerjanya. Terbitan kali ini akan mengupas berbagai isu terbaru mengenai dunia geofisika dan lingkungannya. Dan, secara khusus terbitan ini memuat hasil riset tentang tomografi seismik untuk Jawa Tengah oleh S. Rohadi dkk. Melalui studi ini kita dapat mengenali kejadian gempa Yogya 2006 dan mengapa Merapi memunyai periode letusan yang relatif pendek. Fenomena ini dapat dipotret melalui tomogram seismik hasil penelitian ini. Akhirul kalam, selamat menikmati sajian penerbitan Georesonansi edisi awal tahun 2014 ini. Salam sukses selalu. Himpuan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)

Sri Widiyantoro Presiden MAJALAH GEO RESONANSI Patra Office Tower Suite 2045 Jl. Jend . Gatot Subroto KAV 32 - 34 Jakarta Selatan 12950 T/F . 021-5250040 Email : [email protected] IKLAN DAN PROMOSI : Arida Chyntia Andriani ( 081288924225) Ganesha Putra (082122727088)

Edisi 3/April 2014

3

LAPORAN UTAMA Saeful Millah

PESONA YANG MENEBAR BENCANA K

amis malam awal Februari silam, keheningan warga Kediri dan sekitarnya di Jawa Timur tiba-tiba terusik. Beberapa dentuman keras yang mengejutkan warga. Saat semua warga dalam kepanikan, muncul kabar suara tersebut berasal letusan Gunung Kelud yang tak jauh lokasinya. Letusan gunung berapi itu ditandai dengan keluarnya pijaran lava beserta asap tebal. Peristiwa tersebut menjadi pertanda Gunung Kelud bangun dari tidur panjangnya selama ini. Sesungguhnya, ancaman meletusnya Gunung kelud sudah diprediksi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Sekitar pukul 21.15 waktu setempat, beberapa jam sebelum meletus, PVMBG menyatakan status gunung dengan ketinggian 1.731 meter tersebut naik dari Siaga menjadi status Awas (level IV). Selang satu setengah jam kemudian, asap tebal dengan ketinggian mencapai tiga kilometer terpantau membumbung di atas puncak Kelud dari jarak pandang 20 km di pos pengawas. Berdasar pemantauan itu, PVMBG pun segera meminta pihak berwenang mengevakuasi ratusan ribu warga yang bermukim pada radius 10 km dari titik semburan abu dan bebatuan vulkanik. Permintaan mengungsi dengan segera itu dianggap perlu dilakukan. Belajar dari sejarah letusan Kelud pada Mei 1919. Kalau itu peningkatan aktivitas Kelud terlambat diantisipasi, akibatnya sedikitnya lima ribu warga menjadi korban. Kala itu, mayoritas korban tersapu oleh lahar panas yang mengalir cepat dari gunung yang berada di antara tiga kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kediri, Blitar dan Malang.

4

Secara geologis, Kelud merupakan salah satu dari gunung berapi sangat aktif dalam rangkaian gunung berapi yang mengelilingi Indonesia. Rangkaian gunung api itu dikenal luas dengan sebutan The Pacific Ring of Fire atau cincin api Pasifik. Sampai saat ini, Gunung Kelud setidaknya telah mengalami lebih dari 30 kali erupsi sejak tahun 1000 Masehi, dengan letusan terakhir terjadi pada 2007 silam. Meski dampaknya tidak memakan korban jiwa yang signifikan, namun letusan awal Februari lalu dianggap sebagai yang terdahsyat. Kelud, saat itu mengeluarkan material batu dan abu vulkanik hingga 105 juta meter kubik.

Tak hanya memiliki pesona yang memikat, gunung juga memiliki memiliki banyak manfaat bagi lingkungan sekitar. Namun selain keindahan dan manfaat yang dikandungnya tersimpan ancaman yang sewaktu-waktu mampu menghancurkan mahluk di sekitarnya.

Tak hanya itu, erupsi yang terjadi juga dianggap istimewa. Kelud melontarkan semburan awan panas dan pasir hingga ketinggian 17 kilometer yang kemudian disapu angin ke arah barat. Dampaknya, beberapa daerah di bagian barat Kediri hingga Kota Bandung Jawa Barat diterpa abu vulkanik. Bahkan Kota Yogyakarta sempat lumpuh karena diselimuti abu dengan ketebalan hingga lebih dari lima centimeter.

Edisi 3/April 2014

LAPORAN UTAMA Semburan awan panas disertai abu vulkanik juga menyebabkan kerusakan pada belasan ribu rumah, ribuan hektar lahan pertanian dan sejenak lumpuh lalu lintas udara karena ditutupnya sejumlah bandar udara. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman mengatakan, ancaman gunung api tak lepas dari posisi Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik. Keempatnya adalah lempeng benua Asia, lempeng benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. “Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Adapun sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawarawa,” katanya. Dengan kondisi demikian, diyakini Zamrud Khatulistiwa ini memiliki potensi rawan bencana. Mulai dari letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Semuanya bisa terjadi karena pergerakan bumi di wilayah Indonesia terus berjalan. “Jika intensitas pergerakannya besar, tentunya akan menimbulkan bencana yang dampaknya besar juga,” imbuhnya.

Jika melihat pembagian posisi gunung dan potensi ancamannya, Pulau Jawa memiliki banyak gunung berapi aktif yang berbahaya dibanding dengan pulau lainnya. Meski dari segi ukuran, Jawa memang relatif kecil jika dibandingkan dengan Sumatera, tetapi pulau ini memiliki konsentrasi gunung berapi aktif yang lebih tinggi. Ada 45 gunung berapi aktif di pulau Jawa, tidak termasuk 20 kawah dan kerucut kecil di kompleks vulkanik Dieng dan kerucut muda di kompleks kaldera Tengger. Beberapa gunung berapi tersebut sangat berbahaya bagi lingkungan sekitar karena lokasinya yang berdekatan. Jika mengerucut pada intensitas keaktivannya, muncul nama besar yaitu Semeru, Kelud, Merapi dan Anak Krakatau. Namun, dua nama gunung di antaranya yakni Kelud dan Merapi merupakan gunung api yang paling aktif dibanding dengan gunung api lainnya di Jawa termasuk di Indonesia. Sementara masih ada belasan gunung lainnya yang berstatus waspada atau level II yang kini tengah menunjukkan keaktivannya. Fakta ini seolah memunculkan adanya ancaman atau teror bagi warga seputar kedua gunung api teraktif itu yang sewaktu-waktu bisa meletus kembali. Apakah keaktivan gunung berapi dapat ''bereferensi''

Hal senada diungkapkan oleh Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono. Menurutnya, Indonesia sebagai bagian dari rangkaian 'lingkaran api atau cincin api' Pasifik. Ini merupakan daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung. “Cakupan wilayah cincin api ini memiliki panjang 40.000 km dengan bentuk seperti tapal kuda. Karenanya, ia tak menampik 81 persen gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang wilayah tersebut. Sedangkan 17 persen gempa terbesar lainnya terjadi pada sabuk Alpide yang membentang dari Jawa, Sumatera, Himalaya, Mediterania hingga Atlantika,” papar Surono.

SUMATERA DAN JAWA PALING BAHAYA Indonesia merupakan negara dengan jumlah gunung api aktif terbanyak di dunia. Hal itu diperkuat dengan data pada 2012 lalu yang menyebutkan ada sekitar 127 gunung api yang masih aktif dengan kurang lebih 5 juta penduduk yang berdiam di sekitarnya.

Edisi 3/April 2014

Erupsi Sinabung

5

LAPORAN UTAMA dengan yang lainnya sebagaimana awam memahami hal ini. Surono, meluruskan pengertian ini dengan menyebut masing-masing gunung api memiliki karakteristik khas dan mandiri dalam masalah erupsi. Akan tetapi wajar bagi para pemukim di seputar kawasan gunung berapi untuk selalu waspada pada sinyal yang dihasilkan dalam rangkaian aktivitas sebelum letusan. Sebagai contoh kasus adalah pengamatan Merapi yang sistemik. Menurut Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandrio, hingga beberapa hari ini dalam catatan seismograf yang dipasang di Gunung Merapi belum teramati adanya peningkatan aktivitas di salah satu gunung teraktif di dunia tersebut. Sebagai laboratorium hidup termodern, saat ini BPPTK Yogya telah mengerahkan alat pantau beragam dan selalu memberikan informasi berkala dan real time yang mampu diakses publik. Karena itu, kabar atau isu seputar keaktivan gunung serentak, tidak berkorelasi dengan fakta yang ada. Masyarakat pun diminta untuk tidak panik karena info yang tidak berdasar itu. “Sejauh ini, dari pengamatan kami melalui alat pengamatan maupun analisa, Gunung Merapi tidak terpengaruh terhadap erupsi Gunung Kelud. Masyarakat sekitar lereng Gunung Merapi bisa beraktivitas normal seperti biasanya,” kata Subandrio. Lebih jauh, Subandrio menilai, selama ini masyarakat sekitar lereng Gunung Merapi telah memiliki pengetahuan dan kesadaran menyikapi ancaman letusan Merapi. Hal itu terjadi, lanjutnya, karena pihaknya selalu memberikan informasi terbaru aktivitas Gunung Merapi, baik melalui petugas pemantau di lapangan maupun informasi resmi melalui media dan komunitas sekitar Merapi. Sebagai negara yang berada di kawasan Ring of Fire, penduduk Indonesia sedini mungkin harus memiliki kepekaan terhadap ancaman letusan gunung api. “Segala potensi ancaman harus ditanggapi dengan bijaksana. Kesiapsiagaan dan kesadaran setiap saat harus disadari masyarakat yang hidup di sekitar gunung berapi,” pungkasnya.

BEDA KONDISI, BEDA PENANGANAN

6

Sejarah mencatat, sejumlah letusan gunung api kolosal dunia terjadi di Indonesia. Yang terbesar dalam kurun waktu dua juta tahun usia bumi terjadi pada 74.000 tahun lalu: Gunung Toba. Letusan dahsyat ''Super volcano”” Toba menyisakan kawah seluas 50 kilometer, yang kini dikenang sebagai kawasan Geopark Danau Toba. Kala meletus, Gunung Toba memuntahkan 2.500 kilometer kubik lava. Setara dua kali volume Gunung Everest. Erupsinya 5.000 kali lebih mengerikan dari letusan Gunung St. Helens pada 1980 di Amerika Serikat. Situs Live Science mencatat, Indonesia memiliki 129 gunung berapi aktif. Dua yang paling aktif adalah Kelud dan Gunung Merapi di Jawa. Banyaknya gunung berapi di Indonesia tak lepas dari posisi nusantara yang bertopang di atas zona tektonik sangat aktif, pertemuan tiga lempeng besar dunia - Pasifik, Australia, dan Eurasia, dan sejumlah lempeng kecil lain. Indonesia berada di lingkaran 'cincin api Pasifik' atau Pacific Ring of Fire dan daerah kedua yang paling aktif di dunia - sabuk Alpide. Terjepit di antara lempeng benua dan samudra yang melahirkan wilayah kegempaan superaktif , Indonesia menjadi lokasi sejumlah letusan gunung berapi dan gempa terdahsyat yang pernah terjadi di muka Bumi. Rangkaian aktivitas gempa yang melahirkan bencana dahsyat juga terus tercatat dalam sejarah kebencanaan kita hingga awal 2014 ini.Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebut, Pacific Ring of Fire atau yang secara teknis disebut sebagai sabuk Circum-Pacific adalah sabuk gempa terhebat di dunia. Ini adalah serial garis patahan yang membentang 40 ribu kilometer dari Chile di Belahan Bumi Barat (Western Hemisphere) lalu ke Jepang dan Asia Tenggara. Kira-kira 90 persen dari semua gempa bumi di dunia dan 80 persen dari gempa bumi terbesar di dunia, terjadi di sepanjang Ring of Fire. Sementara, 7 persen dari gempa bumi terbesar di dunia dan 5-6 persen dari seluruh gempa terjadi di sepanjang sabuk Alpide. Saat ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merilis gunung-gunung berstatus waspada. Berdasarkan pantauan PVMBG gununggunung yang perlu diwaspadai itu adalah Gunung Kelud, Raung, Ibu, Lewotobi Perempuan, Ijen, Gamkonora, Soputan, Sangeangapi, Papandayan, Dieng, Seulewah Agam, Gamalama, Bromo, Semeru, Talang, Anak Krakatau, Marapi, Dukono, dan Kerinci.

Edisi 3/April 2014

LAPORAN UTAMA Selain itu, PVMBG juga menyebutkan ada tiga gunung berstatus Siaga yakni, Gunung Karangetang, Lokon, dan Rokatenda. Sedangkan satu gunung yang saat ini berstatus awas dan sampai saat ini terus menunjukkan keaktivannya adalah Sinabung. Namun demikian, masyarakat diminta tidak perlu panik dan cemas. Karena bencana di seputar gunung api bersifat slow in set. “Artinya, tidak akan tiba-tiba meletus. Ada tanda-tandanya,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho. Dari sekian banyak gunung berapi yang masih aktif, sifat statusnya dibagi menjadi empat level, sesuai dengan ancamannya. Empat status itu yakni, Normal (level IV), Waspada (III), Siaga (II), dan Awas (I). BNPB dan para pengamat kegunungapian kemudian memetakan wilayah-wilayah seputar kawasan tersebut untuk koordinasi sosialiasi kebencanaan bagi warga seputar gunung. Status Normal bermakna level aktivitas dasar dan tidak ada gejala aktivitas tekanan magma. Waspada berarti ada aktivitas, apapun bentuknya. Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya. Gunung berstatus Waspada artinya, ada sedikit perubahan yang mengarah ke aktivitas erupsi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal. “Status Siaga bermakna ada peningkatan intensif kegiatan seismik, gunung sedang bergerak ke arah letusan. Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu dua minggu. Sedangkan status Awas berarti gunung berapi segera atau sedang meletus,” kata Sutopo. Dalam menghadapi setiap

tingkatan status gunung berapi, lanjut Sutopo, tindakan yang harus dilakukan juga berbeda. BNPB dalam hal ini sebagai pusat koordinasi penanganan bencana mengambil peran koordinasi pada setiap status kegawatan yang ada. Pada status Normal, tindakan yang dilakukan berupa pengamatan rutin, survei dan penyelidikan. Pada status Waspada, tindakan yang diambil adalah dengan melakukan penyuluhan, penilaian bahaya, pengecekan sarana, serta pelaksanaan piket atau amatan terbatas. Status Siaga, tindakan yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi di wilayah terancam, penyiapan sarana darurat, serta melakukan koordinasi harian dan piket penuh. Sedangkan status Awas, tindakan yang harus diambil adalah merekomendasikan wilayah terancam bahaya untuk segera dikosongkan. Pihak-pihak terkait harus melakukan koordinasi secara harian dan melaksanakan piket penuh. “Pada status ini, jangan sampai daerah yang ada di luar zona berbahaya menjadi sepi karena dikira masuk area bahaya,” pungkas Sutopo. Pendek kata, hidup di kawasan yang rentan bencana membutuhkan pihak-pihak yang senantiasa ''awas'' (alert). Saat ini, dengan kemajuan teknologi pengamatan kegunungapian dan komunikasi kebencanaan yang sudah dilengkapi aneka alert system, sudah bukan jamannya lagi telat memberikan informasi kewaspadaan saat gunung terlihat peningkatan keaktivannya. Kinerja para pihak pengaman bencana dari Pusat hingga daerah, dengan kondisi Indonesia yang rawan bencana, musti terus disempurnakan. Masyarakat, dengan demikian merasakan aman bermukim di setiap jengkal tanah rawan di Cincin Api nan elok ini.

Warga seputar gunung

Edisi 3/April 2014

7

LAPORAN UTAMA

PENANGANAN BENCANA BELUM KONSISTEN! Penanganan bencana di Indonesia dinilai sejumlah pengamat ahli belum proporsional sehingga belum efektif. ''Sistem penanggulangan bencana tidak dijalankan secara konsisten'', ujar Koordinator Bidang Advokasi Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana Ivan Valentina Ageng.

S

elain erupsi Gunung Kelud, Gunung Sinabung, banjir Jakarta, dan banjir bandang Manado dan Fakfak, hingga Februari 2014 BNPB mencatat total lebih dari 147 kejadian bencana yang perlu diverifikasi awal tahun ini. Jumlahnya besar, namun data-data itu masih perlu verifikasi antara lembaga satu dan lainnya, juga lead sector seperti Kementerian PU, Kesehatan, ESDM dan lainnya. Cukup beragam dan masih dominan kejadian bencana alam di berbagai lokasi di Indonesia sampai saat ini. Masing-masing memiliki karakteristik risiko yang berbeda, baik dilihat dari konteks ancaman, kerentanan, maupun kapasitasnya. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) saat ini dituntuk sebagai lembaga coordinator yang membawahkan kelembagaan aksi di tingkat sektor (kementerian) dan lembaga terkait baik formal di daerah (BPBD) sampai LSM di seluruh wilayah Indonesia. Karena wewenang yang demikian luas, tampaknya, BNPB belum secara menyelusuh mampu mewujudkan proses penanggulangan bencana secara efektif, walaupun nyatanya telah memiliki pranata hukum dan kebijakan yang mengatur persoalan kebencanaan. Ivan Valentinus Ageng menilai, penanganan bencana di Indonesia belum proporsional. BNPB, menurut Ivan bahkan cenderung reaktif merespon berbagai kejadian bencana di Indonesia, dan terkesan tidak terstruktur dan terukur. Misalnya, respon cepat dialamatkan bagi banjir Jakarta, namun sangat lambat dalam menanggulangi dampak erupsi Sinabung. “Kini, kita malah kebobolan dengan terjadinya banjir bandang di Menado, dan kejadian bencana lainnya di depan mata,” sesal Ivan. Untuk erupsi gunung Sinabung Sumatera Utara misalnya, hingga meletusnya Gunung Sinabung pada November 2012, Pemerintah Kabupaten Karo masih belum memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

8

Pemerintah sebenarnya memiliki kesempatan untuk menata sistem dan kelembagaan penanggulangan bencana dengan segera karena aturan dan kebijakannya tersedia. Sayangnya, kesempatan itu tidak direspon dengan cepat dan sigap sesuai kebutuhan masyarakat. Akibatnya, koordinasi penanggulangan bencana menjadi tidak responsif, tidak terencana dan tergambar kemudian kurang efektif dan malah, abai. Seperti diketahui, setelah tidur panjang selama 400 tahun, Gunung Sinabung pertama kali meletus pada Agustus 2010 dan terus berlangsung hingga September 2010. Gunung Sinabung sempat terdiam selama kurang lebih tiga tahun, hingga kemudian meletus kembali pada November 2013 dan terus berlangsung hingga saat ini. Namun, meski ancaman cukup riil, namun tidak ada inisiatif dari pemerintah setempat untuk segera mengisi gap kapasitasnya melalui upaya sistemik atau kelembagaan. Dalam jangka pendek misalnya melakukan koordinasi intensif dengan pusat untuk mendapatkan perhatian pada masa tanggap darurat, atau melalui perangkat setara BPBD yang bekerja sigap di tengah aktivitas pengungsian yang masif. Celaka, ketika Sinabung menyalak November 2013, korban jiwa pun mengemuka

Edisi 3/April 2014

LAPORAN UTAMA Koordinasi penanggulangan bencana dilakukan melalui Satkorlak yang sifatnya ad hoc dan hanya fokus pada kegiatan tanggap darurat, semestinya sudah harus ditinggalkan. Kegiatan-kegiatan elementer dalam hal penguatan kapasitas kesiapsiagaan, khususnya bagi masyarakat yang berada di garis depan ancaman erupsi, tidak terkelola dengan baik, dengan kelembagaan seadanya. Pada saat jumlah penyintas (sebutan bagi pengungsi) melonjak hingga lebih dari 26 ribu jiwa, penanganan dampak terlihat semakin amburadul.

penanggulangan bencana secara modern dan komprehensif,” tegas Ivan. Akibatnya, kini saling lepas tangan, di tengah ribuan pengungsi yang memerlukan respon penanganan segera. Kondisi yang berbeda justru terjadi di Jakarta. Banjir yang merendam 33 kelurahan pada 13-14 Januari 2014 justru disikapi secara reaktif. Jika dibandingkan dengan kejadian banjir Jakarta awal 2013, yang merendam 124 kelurahan, banjir di Jakarta sebenarnya masih bisa ditanggulangi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Untuk diketahui, banjir 2013 merendam 17% wilayah DKI, sementara banjir 2014 baru merendam 7% dari wilayah DKI. Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebenarnya telah memiliki konsep rencana kontijensi banjir Jakarta yang disusun secara partisipatif dengan melibatkan berbagai stakeholder penanggulangan bencana yang ada di Jakarta. Rencana kontijensi adalah salah-satu ciri pendekatan modern dan komprehensif dalam penanggulangan bencana. Artinya, jika dilihat dari segi ancaman, banjir Jakarta 2014 masih lebih kecil dari skala ancaman banjir 2013. Kemudian dari segi kapasitas, keberadaan dokumen rencana kontijensi menjadi indikator kesiapan kapasitas Pemprov dan masyarakat DKI dalam menghadapi ancaman bencana banjir. “Kehadiran dalam tanda petik, BNPB dalam urusan banjir Jakarta 2014 justru menutup kesempatan pemerintah DKI untuk melakukan exercise atas kapasitas yang tengah dibangunnya,” jelas Ivan. Padahal sudah jelas dalam UndangUndang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah daerah adalah ujung tombak penanggulangan bencana.

Antara Sumut dan Jakarta : Beda

Abai pada pranata kelembagaan, mungkin memang sifat birokrasi kita. Namun tentu hal itu tidak bisa dibenarkan. Dalam kasus Sinabung, Pemerintah Pusat dan pemerintah provinsi Sumatera Utara sepertinya abai terhadap urgensi kelembagaan BPBD di Kabupaten Karo sebagai permasalahan utama. “Padahal, keberadaan BPBD Kabupaten akan sangat bermanfaat untuk mengoordinasikan upaya-upaya

Edisi 3/April 2014

Kedua kasus Sinabung dan banjir Jakarta ini memotret kondisi penanganan kebencanaan kita yang sungguh memrihatinkan. Padahal, pranata perundangan, rencana aksi dan penyiapan SDM di atas kertas sudah cukup baik karena merujuk pada dokumen strategis yang telah banyak dipraktekkan lembaga-lembaga kelas dunia. Namun perhatikan bahwa, ada semacam lack of leadership, atau secara umum kelembaman pranata birokrasi dalam mengantisipasi dengan jitu kejadian bencana di Indonesia yang sering masif, serempak dan berada di sejumlah lokasi berbeda. Tanpa tangan-tangan yang cergas, baik di Pusat dan di wilayah, serta komunikasi yang efektif terbangun, niscaya penyempurnaan kelembagaan saja belumlah cukup menjawab kebutuhan ''sigap bencana'' kita.

9

LAPORAN UTAMA

YA AHLI, YA PEDULI ! Semua pihak diminta memberikan kontribusi penanganan bencana yang langsung membawa manfaat bagi korban. Kalangan ahli diminta lebih peduli. Ahli tanpa batas. Bisa di coba?

S

ebuah biro penilai independent asal Inggris Maplecroft menilai bahwa negara-negara dengan frekuensi kejadian bencana tinggi seperti Indonesia, Bangladesh, Filipina, India merupakan negara yang sampai saat ini menjadi negara yang ''paling tinggi resikonya'' (high risk) dalam melakukan investasi. Pada 2010 lalu sebuah riset yang dikenakan kepada 197 negara, Indonesia mendapatkan indeks nomor 2 paling beresiko terhadap bencana sesudah Bangladesh. Pada 2014 ini, Indonesia masih masuk dalam urutan 10 besar negara-negara beresiko kejadian bencana. Hal itu menjadi semakin nyata dilihat manakala kita memamerkan suatu pengelolaan bencana yang sangat minim perhatian pada berbagai kejadian bencana yang menyebar di 21 provinsi di Indonesia. Pertanyaannya, kepada siapakah kita bergantung guna mendapatkan perbaikan suatu pengelolaan kebencanaan yang terukur dengan baik dan dengan tatakelola yang hebat pula di lapangan. ''Kita semua tentunya harus turut mengambil peran dalam masalah kebencanaan yang terjadi di tanah air dengan kapasitas keilmuan kita'',tegas Sri Widiyantoro, professor geofisika ITB di Bandung. Dengan tidak menuding kelemahan sistem dan koordinasi, para ahli sebenarnya juga cukup aktif memberikan masukan, presentasi dan malahan menjadi bagian dari tim penasihat presiden dalam pengelolaan kebencanaan secara umum. ''Kita semua bergerak ke arah yang lebih baik, dan universitas menyambut baik serta berinisiatif untuk tercapainya koordinasi yang lebih baik di masa mendatang'', tegas ketua Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) ini.

10

Aktivisme, mungkin menjadi salah satu jawaban dari kerangka formal yang coba dibangun di aras kebijakan. Hendra Grandis, dosen Teknik Geofisika ITB yang pernah menempuh pendidikan di Prancis menuturkan, di dunia ada kelompok-kelompok ahli yang sangat peduli pada kebencanaan dan patut kita tiru. Ia menyebut, ''Medicine Sans Frontieres''/ MSF (dokter tanpa batas) - di Prancis misalnya, merupakan organisasi dokter yang kuat berkontribusi sebagai relawan ahli dalam penanggulangan bencana di seluruh dunia. ''Mereka ahli, memiliki kepedulian dan bergerak sendiri – tentu dengan organisasi yang kuat, memberikan kontribusi langsung pada penanganan bencana di mana saja di penjuru dunia'', tegasnya. Menurut ahli dan salah satu penulis buku rujukan kebencanaan ini, hal yang sama bahkan bisa dilakukan lebih luas di kalangan ahli di Indonesia. Bila dokter-dokter yang kini berkoordinasi di 60 negara seperti MSF saja bisa, kita pun tentunya bisa berkolaborasi untuk Indonesia, menurut Grandis.

Edisi 3/April 2014

LAPORAN UTAMA Mailendra Tibri dari HAGI menyetujui hal itu dan HAGI disebutnya sudah mulai merintis dari sisi sosialisasi dan aktivitas kepedulian terkait kebencanaan yang berkorelasi dengan pembelajaran masyarakat dan keberpihakan ahli dalam bidang kebencanaan tersebut. ''Kami sudah mulai melakukan terobosan pembelajaran atau yang kita sebut sosialisasi dan diseminasi keilmuan hingga ke kampus dan sekolah antara lain untuk membekali generasi

Pemerintah ingin menyelenggarakan kelembagaan yang formal, dan juga tak kunjung beres. Di pihak lain para ahli yang ingin berkontribusi tidak tahu harus ke mana. Memang, nyatanya kejadian bencana bukanlah sebuah event yang mudah untuk diantisipasi, ditanggulangi secara holistik. Namun bukannya tak mungkin. Apalagi mengingat anggaran resmi untuk memperbaiki dan membangun infrastruktur saja sudah kesempitan.

Dokter Tanpa Batas, Bisakah Ahli yang lain memberikan kontribusi tanpa batas pula. Geofisikawan Tanpa Batas ?

muda tentang ilmu kebumian dan kebencanaan'', tegasnya. Nampaknya, organisasi relawan ahli ini memang memerlukan wadah dan juga gerakan yang terukur untuk bisa turut serta memperkuat tatakelola penanganan bencana secara umum. Untuk tidak dikatakan sporadis, sebetulnya Pemerintah dan Universitas penting untuk menjembatani suatu ikhtiar kreatif guna membantu bekerjanya tatakelola kebencanaan yang berhasil. Hal itu bukan saja dimulai komunikasi dalam penyampaian gagasan dan konsep, tapi juga di tingkat implementasi. Kepesertaan para ahli ini masih minim sekali terlihat, baik di tingkat konsep apalagi dalam tingkat operasional di lapangan, sebagaimana sering kita lihat. Mungkin ada semacam hambatan komunikasi yang mengemuka di sana.

Edisi 3/April 2014

Atau, hal itu memang sebenarnya hanya asumsi. Coba libatkan lebih banyak tenaga ahli dari semua saja bidang (mis.perencanaan, kebumian, teknik,kesehatan, sosial-ekonomi, psikologi dll.), yang bisa bekerja sukarela ikut membangun suatu konsep penanganan bencana yang cepat, tanggap dan berhasil guna. Negara seharusnya memberikan peluang dan penghargaan pada banyak ahli yang mau dan peduli. ''Yang ahli dan peduli itu tentu banyak sekali. Tapi mereka tidak tahu, bagaimana melakukannya''. Nah, sudah ahli, peduli. Siapa yang akan mengorganisirnya? Himpunan lintas Ahli untuk Kebencanaan? Silakan Pak Presiden diresmikan dan digerakkan, jelang Pemilu 2014. Jangan berpretensi politik lagi tentunya.. Jelas-jelas, memang kita butuh dan perlu organisasi para Ahli yang peduli seperti itu. Bencana, untuk kesekian kali, tidak untuk dipolitisir!.

11

LAPORAN UTAMA

PENGURANGAN RISIKO BENCANA

"LULUS DENGAN PREDIKAT KURANG MEMUASKAN'' Sampai dengan awal tahun 2014, kejadian bencana di Indonesia masih cukup menonjol dan membawa korban baik korban jiwa, harta benda, aset daerah dan warga. Kegiatan penanganan bencana yang cukup padat dikoordinatori Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) beserta lead sector lainnya masih berkutat di persoalan koordinasi dan kelembagaan. Bagaimana kondisi kesiagaan umum kita menghadapi bencana? Seberapa tanggap kita, dengan pengalaman yang ada, agar bisa ''lulus dengan predikat baik'' dalam manajemen penanganan bencana?

P

eristiwa bencana tahun 2013, yang terdiri atas berbagai peristiwa yaitu gunung meletus, banjir, longsor, hingga kabut asap di awal 2014 ini masih menyisakan berbagai pekerjaan rumah yang belum lagi rampung. Permasalah koordinasi dan pengelolaan umum manajemen kebencanaan yang kurang terukur dan terimplementasikan dengan baik menjadi catatan banyak pihak. Hal itu tentu menjadi catatan tebal bagi kita semua untuk memberikah perhatian lebih guna penyempurnaan serangkaian aksi penanggulangan bencana menyeluruh yang, sudah diundangkan dan diatur cukup rinci di ranah kebijakan. Sayang apabila nyatanya, menghadapi berbagai bencana yang mengemuka kita bertindak dan berpola kerja laiknya belum memiliki kerangka aksi dan koordinasi yang baik. Sepanjang tahun 2013, jumlah kejadian bencana yang terjadi di Indonesia sebanyak 1.387 kejadian. Data tersebut adalah menurut pencatatan

Koordinasi : Kata Sakti

12

BNPB serta belum diverifikasi oleh Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Daerah. Sementara tahun 2012 mencapai 1.842 kejadian. Uniknya, jumlah korban dan kerugian harta benda akibat bencana justru mengalami peningkatan. Jumlah korban meninggal dan hilang meningkat dari 483 jiwa menjadi 690 jiwa. Jumlah penyintas yang mengungsi juga mengalami peningkatan dari 956.455 menjadi 3.168.775 jiwa. Kerusakan rumah juga mengalami peningkatan dari 54,626 menjadi 74,246. Sampai awal 2014, bencana hidrometeorologi masih menjadi bencana paling kerap terjadi di Indonesia. Sebagaimana diketahui kebencanaan memiliki spektrum luas baik bencana akibat kejadian alam, industri ataupun ekskalasi aktivitas konflik sosial. Setidaknya meminimalisir catatan kejadian bencana industry dan sosial yang relative kecil, hampir semua bencana sepanjang 2013-2014 didominasi bencana alam terkait cuaca (hidrometeorologi), dan bencana alam kegunungapian . Bencana banjir dan ikutannya hingga Desember 2013 mencapai 85 kejadian, menyebar di 21 provinsi. BNPB yang rajin memberikan data statistik menyebut awal tahun hingga Februari 2014, dominasi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, angin ribut/puting beliung, kekeringan dan kabut asap masih dominan di Indonesia. Satu kejadian bencana gunung api tambahan, selain aktivitas Sinabung di Sumut adalah erupsi Kelud di Jatim yang fenomenal di awal Februari lalu.

Edisi 3/April 2014

LAPORAN UTAMA dan kota dan peningkatan kapasitas aparaturnya. Sementara masyarakat yang berada di “garis depan” dan berhadapan langsung dengan ancaman bencana belum banyak tersentuh oleh programprogram penguatan kapasitas yang dilakukan pemerintah. Harus diakui, terobosan kebijakan, seperti “desa tangguh” masih belum berdampak pada peningkatan kapasitas masyarakat. Selain alokasi anggaran yang belum efektif, meningkatnya kerentanan masyarakat bisa jadi disebabkan oleh semakin buruknya daya dukung sosial-ekonomi dan lingkungan masyarakat. Investasi ekonomi yang tidak memperhatikan aspek-aspek keberlanjutan, khususnya di sektor perkebunan dan industri ekstraktif, telah turut memperburuk kerentanan masyarakat.

Data statistik itu bukan hanya catatan angka kejadian belaka. Kita membaca bahwa kejadian bencana yang demikian deras di Indonesia menunjukkan tingkat kerentanan masyarakat menghadapi bencana yang cukup tinggi. Padahal investasi anggaran secara serentak nasional sampai daerah, dalam konteks peningkatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat telah mengalami peningkatan. Pada tahun anggaran 2013, alokasi anggaran untuk kebencanaan yang dikelola langsung oleh BNPB mencapai Rp 1,3 triliun. Angka ini belum memasukkan data kebencanaan yang dikelola oleh kementerian atau lembaga lain selain pemerintah. Sementara masing-masing wilayah kini juga telah menyiapkan anggaran daerah (yang bervariasi) melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

I nve s t a s i ya n g t i d a k m e m p e r h a t i k a n keberlanjutan tidak hanya memperburuk kondisi lingkungan, melainkan juga meningkatkan kerentanan sosial dalam bentuk konflik dan kekerasan. Menurut Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), kekerasan berlatarkan sengketa agraria pada tahun 2013 telah mengakibatkan 21 jiwa tewas, 30 tertembak, 130 luka akibat penganiayaan, dan 239 warga ditahan. Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana mencatat setidaknya terdapat lima rekomendasi umum untuk pembenahan penanggulangan bencana di Indonesia. Pertama, meningkatkan efektivitas penganggaran PB dari pemerintah. Meningkatnya jumlah korban jiwa pada tahun 2013 pada saat kejadian bencana yang justru menurun menunjukkan pentingnya mengakselerasi perbaikan kapasitas respon dari aparatur pemerintah di bidang PB.

Menurut Syamsul Ardiansyah dari Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana (Planas PRB), “kondisi ini menggambarkan peningkatan alokasi anggaran untuk kebencanaan, belum secara signifikan berkontribusi pada peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana'', tegasnya. Syamsul menjelaskan, konsentrasi anggaran kebencanaan saat ini baru pada upaya penguatan kelembagaan pemerintah dalam penanggulangan bencana, belum menyasar pada upaya peningkatan kesiapsiagaan masyarakat untuk menghadapi ancaman bencana. Pemerintah masih berkonsentrasi pada pendirian BPBD, khususnya di tingkat kabupaten

Edisi 3/April 2014

13

LAPORAN UTAMA Kedua, di samping program Desa Tangguh yang disponsori BNPB, pemerintah sebenarnya memiliki program-program sejenis yang berorientasi pada peningkatan ketangguhan masyarakat. Hanya saja, program tersebut terkesan berjalan sendirisendiri secara sektoral dan tidak terhubung. Kohesi antar program pemerintah untuk ketangguhan masyarakat akan memberikan kontribusi signifikan dalam pengurangan kerentanan masyarakat. Ketiga, investasi pengurangan risiko bencana hendaknya secara konkret diarahkan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat di garis depan (frontline) ancaman bencana. Upaya-upaya mitigasi struktur maupun non-struktur dalam bentuk peningkatan kesiapsiagaan masyarakat di garis depan ancaman harus mendapatkan perhatian dan

lingkungan terhadap seluruh proyek-proyek investasi disektor perkebunan dan pertambangan. Kedua, secara konsisten menerapkan prinsip-prinsip free prior informed consent (FPIC) terhadap seluruh proyek investasi yang akan dilaksanakan di Indonesia. Kelima, tahun 2014 adalah tahun politik. Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana (Planas PRB) mendorong agar isu kebencanaan menjadi salah-satu agenda politik nasional. Investasi pengurangan risiko bencana perlu ditingkatkan sebagai upaya untuk mengurangi kerentanan di masa yang akan datang. Nah, saat ini perlu bagi kita semua untuk memberi perhatian sepenuhnya suatu upaya semesta penanggulangan bencana nasional. Sudah waktunya kita tidak sibuk mengurus perundangan dan

Pengurangan Resiko Bencana harus diarusutamakan !

dukungan dari pemerintah. Keempat, pembangunan ekonomi yang memperhatikan keberlanjutan sosial ekonomi dan lingkungan serta hak asasi manusia. Pada saat ini, sebagian wilayah di Indonesia sudah mulai menuai dampak buruk dari praktik-praktik pembangunan yang tidak memperhatikan keberlanjutan dan hak asasi manusia. Di masa yang akan datang, konflik yang disertai dengan kekerasan dan bencana akibat kerusakan lingkungan akan semakin mengalami peningkatan. Oleh karena itu, hal yang paling penting dilakukan sekarang adalah; pertama, melakukan audit

14

kelembagaan yang tak kunjung beres. Namun semua potensi baik koordinator nasional, lead sector, universitas, juga masyarakat harus bahu membahu mendaraskan kesiagaan bencana bagi semua kita. Itu bukan lagi menjadi teori yang nampak panjang dan teratur. Sudah waktunya implementasi dalam manajemen kebencanaan yang solid didemonstrasikan! Kita semua diminta untuk 'lulus dengan baik' setiap kali panggilan kewaspadaan bencana mengemuka. Jangan sampai, hanya 'lulus rata-rata', atau bahkan 'lulus tidak terpuji'.

Edisi 3/April 2014

HAGI REGULAR COURSE 2014 17 - 21 Feb 2014

10 - 14 March 2014

Courses : Tectonics and Structural Geology For Petroleum Exploration & Production: Theory and Application For Indonesia Instructor : Awang Harun Satyana (SKKMigas) Courses : 3D Seismic Acquisition TZ/OBC Instructor : Jean Jacques Chameau (Consultant)

17 - 21 March 2014

Courses : Pore Pressure Prediction & Wellbore Stability Instructor : Agus Mochamad Ramdhan, Ph.D. (ITB)

24 - 28 March 2014

Courses : Seismic Data Analysis for Exploration and Development Instructor : Sonny Winardhie, Ph. D & Wahyu Triyoso Ph. D (ITB)

21 - 25 April 2014

Courses : Quantitative Characterization of Complex Reservoir: Carbonate, Stratigraphic, Fracture Basement Instructor : Dr. Eng. Bagus Endar Bachtiar Nurhandoko (ITB)

21 - 25 April 2014

Courses : How to Solve Coordinate System and Datum Problem Using Navigation GPS Receiver (energy sector common problem in consession, well, seismic and others spatial data) Instructor : Hafzal Hanief (Pertamina) & Prof. Dr. Ir. Hassanudin Z. A (ITB)

5 - 9 May 2014

19 - 23 May 2014

Courses : Fundamental Seismic Methods Instructor : Supriyono (BP Indonesia) & Prof. Dr. Rer. nat. Awali Priyono (ITB)

Courses : Geostatistical Application in Static Modeling of Carbonate Environment Instructor : Abdul Latif Setyadi, ME (SGS-Horizon)

9 - 13 June 2014

Courses : Carbonate Sedimentology and Reservoir for Exploration and Development; Field Trip to Eocene Tonasa Limestone and Snorkling for Modern Carbonate in Spermonde Island Instructor : Ngakan Alit Ascaria, Ph.D. (Talisman Energy)

9 - 13 June 2014

Courses : Flow Simulation Geomodeller Instructor : Dr. Asnul Bahar (Kelkar Associates)

16 - 20 June 2014

Courses : Petroleum Geochemistry Instructor : Awang Harun Satyana (SKKMigas)

1 - 5 Sept 2014

8 - 12 Sept 2014

15 - 19 Sept 2014

Courses : Rock Physics for Seismic Reservoir Characterization Instructor : Dr. Tapan Mukerji (Stanford University)

Courses : Seismic Parameter, Design and Operation Quality Control Instructor : Dr. Alpius Dwi Guntara (Pertamina)

Courses : Microseismic Monitoring for Exploration and Exploitation Instructor : Dr. Andri Dian Nugraha (ITB)

27 - 31 Oct Courses : 2014 Petroleum Geology and Petroleum Systems: Current Knowledge Instructor : Awang Harun Satyana (SKKMigas) 8 - 12 Dec Courses : 2014 Static 3D Modelling: An Advanced and Practical Techniques to Model Transitional Depositional Environments Instructor : Abdul Latif Setyadi, ME (SGS-Horizon) Notes: This schedule may change with notice prior! *TBA : To Be Announce

19 - 23 May 2014

Courses : Well Test Design & Analysis Instructor : Dr. Nengah Suabdi (Pertamina)

Edisi 3/April 2014

Registration and Information: HAGI Training Center Patra Office Tower 20th Floor, Suite 2045 | Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 32-34 | Jakarta Selatan 129450 - Indonesia Phone/Fax: +6221.5250040 | Email: [email protected]; [email protected] | Website: www.hagi.or.id Contact Person: Arida Chyntia Andriani & Nindy Husnul Majid

15

HAGI NEWS REGULAR COURSE

Salah satu program penting bagi peningkatan kapasitas anggota dan komunitas ahli yang berasal dari berbagai bidang aktivitas, khususnya di dunia industri, adalah reguler course yang diminati banyak peserta. Selama 2013 berbagai kursus terkait persoalan teknis di industri hulu telah digelar dalam puluhan seri kursus yang menyebar di berbagai kota di Indonesia. Peserta kursus yang umumnya praktisi industri perminyakan dan pengambil kebijakan di sektor migas menjadi bagian penting dari tradisi peningkatan kapasitas ini. Para ahli yang bereputasi baik dari kalangan kampus maupun mereka yang menekuni bidang khusus di dunia industri telah menjadikan kegiatan ini sebagai salah satu pilihan terbaik yang diminati peserta. Umumnya para peserta puas dengan metoda dan materi pelatihan yang memungkinkan mereka mendalami suatu bidang kajian dan melakukan uji serta praktik dalam workshop yang disajikan menarik di berbagai lokasi laboratorium alam serta pemodelan yang disusun terukur dalam pelatihan tersebut.

pemodelan seismik industri migas, kali ini membawakan materi menarik yakni “Seismic Parameter Design and Operation Quality Control”. Engineer PT. Pertamina UTC ini menekankan dalam studi singkat selama 5 hari sejak 4-8 November 2013 bahwa salah satu aspek penting dalam pengelolaan data seismik untuk migas adalah pemikiran yang komprehensif sejak penyiapan parameter disain hingga perolehan metoda terbaik untuk QC (kontrol kualitas) dari metoda pemodelan dari lapangan yang memiliki spektrum dan pendekatan yang luas. Melalui metoda modeling yang tepat, simulasi pra-survei dan penguasaan metoda pemodelan yang efektif, hasil-hasil yang dicapai dalam menafsirkan profil bawah permukaan suatu kawasan yang disurvei akan dapat lebih mewakili. Guntara, yang telah berpengalaman di dunia model baik dalam simulasi maupun praktik lebih dari 20 tahun di Pertamina UTC, kali ini Guntara memaparkan hasil pengalaman dan temuannya pada peserta kursus yang dilakukan di Hotel Tentrem Yogyakarta. Kursus diikuti oleh 24 peserta antara lain dari industri migas seperti Chevron, PT Pertamina EP, PT Pertamina UTC, PT. Medco E&P, Salamander Energy dan dari pengambil kebijakan, SKK Migas.

Seismic Parameter Design And Operation Quality Control

Dalam workshop 5 hari yang didisain khusus untuk penajaman kapasitas geosaintis (geologi dan geofisikawan, perminyakan) ini peserta mendapatkan paparan komprehensif mengenai pengelolaan data seismik bagi mereka yang berlatarbelakang geofisika dan non-geofisika. Bukan bermaksud mendikotomi keilmuan, justru pemahaman yang komprehensif terhadap materi dengan spectrum yang luas, peserta dapat melakukan pengambilan keputusan yang tepat dan dibutuhkan di bidang kerjanya menyangkut pengelolaan data seismik.

Dr. Alpius Dwi Guntara, doktor Geofisika Padat dari ITB yang telah malang-melintang di dunia

Selama kursus peserta mendapatkan beberapa materi penting seperti pemahaman dasar prinsip perambatan gelombang hingga penerapan metoda seisimik yang dikenal luas di dunia eksplorasi maupun produksi migas. Selain memahami prinsipnya peserta juga mengenali kuantifikasi, sampling identifikasi dan teknik terbaru dari metoda seismik. Dalam kursus ini peserta juga diberikan simulasi menangani kasus-kasus pengelolaan pemodelan seismik, perencanaan dan pengelolaan QC yang berhasil, sehingga secara keseluruhan peserta memahami persoalan utuh survei seismik dengan menggunakan data dan metoda terbaru yang sering dipergunakan di lapangan.

Seusai menggelar JCM di Medan bersama Ikatan Ahli Geologi (IAGI), HAGI menyelenggarakan seri akhir kursus reguler yang tetap diminati peserta hingga penutupan tahun 2013.

16

Edisi 3/April 2014

HAGI NEWS Petroleum Geology and Petroleum System of Indonesia : Current Knowledge

betul, memang merupakan kajian yang menarik di mana peserta memahami konsep struktur, stratigrafi dan sekaligus geologi minyak bumi melalui gambaran histori dan proses pembentukan cekungan yang rupanya merupakan lokus dari cebakan hidrokarbon bernilai ekonomi penting ini.

3 D Static Modeling “An Advanced and Practical Techniques to Model Transitional Depositional Environments”

Indonesia merupakan negara dengan 'wajah' geologi bawah permukaan paling kompleks di dunia, demikian Awang Harun Satyana, VP Management Repesentative SKK Migas untuk Pertamina. Pengajar kawakan lulusan Unpad Geologi dan penerima dua penghargaan HAGI dan IAGI ini kali ini membawakan kursus yang sangat menarik yakni mengenai kondisi geologi struktur Indonesia dalam kursus yang bertajuk, “Petroleum Geology and Petroleum System of Indonesia : Current Knowledge”. Kursus berlangsung di Hotel Arya Duta Manado pada tanggal 11-15 November 2013 yang diikuti oleh 20 peserta dari berbagai kalangan. Peserta umumnya merupakan anggota HAGI dan praktisi dari berbagai instansi seperti dari Chevron Indonesia Company, Chevron Pasific Indonesia, Petrochina, PT Hexindo Gemilang Jaya, –Lemang PSC (Ramba), PT. Medco E&P Indonesia, PT. Pertamina (Persero), PT. Pertamina (UTC), dan SKK Migas. Memaparkan asal-muasal cekungan bawah permukaan yang terjadi dalam ribuan tahun yang akhirnya membentuk suatu struktur cebakan migas yang telah dieksplorasi dan diproduksi lebih dari 140 tahun oleh investor migas dalam dan luar negeri, Indonesia memang merupakan fenomena. Dengan sejarah dan fenomena khas dari masing-masing daerah (regional basins) antara lain cekungan di Sumatera, Jawa, Sunda, Kalimantan, Maluku hingga Papua, Awang menjelaskan bahwa proses pembentukan cekungan yang khas baik karena suatu proses sedimentasi ataupun pergeseran lempeng tektonik, merupakan satu keuntungan khas Indonesia yang sampai kini masih menjadi wilayah yang menawarkan blok potensial migas yang laik eksplorasi dan produksi.

Menjelang tutup tahun 2013, HAGI kembali menyelenggarakan kursus dasar mengenai pemodelan seismik. Kali ini kursus mengambil tema ,''3D Static Modeling - An Advanced and Practical Techniques to Model Transitional Depositional Environments”. Pembicara pada kursus ini adalah praktisi dan konsultan modelling Abdul Latif Setyadi, ME dari SGS Horizon. Acara ini dilaksanakan pada 1620 Desember 2013 di Hotel Melia Purosani Yogyakarta, dan diikuti 19 peserta yang bervariasi dari kalangan profesional dan perwakilan akademisi yang diundang khusus HAGI. Dari 19 peserta yang mengikuti kursus ini, 14 di antaranya dari SKK Migas, PT. Pertamina EP, Petrochina, Petronas, BOB Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu, HESS Indonesia. Tamu undangan dari Universitan Sebelas Maret (Solo), Universitas Brawijaya (Malang), Universitas Tadulako (Palu), Universitas Negeri Lampung (Lampung) dan Universitas Cendrawasih (Papua). Sebagai kajian pemodelan, 3D modeling mengetengahkan sebuah review pemodelan static dan geostatistik yang merupakan senjata analisis gambaran bawah permukaan yang terproses melalui sebuah survei seismik di suatu wilayah yang dipelajari. Cukup kompleks apa yang dipelajari peserta baik mengenai statistika, metoda estimasi, simulasi basic hingga pemodelan tingkat lanjut seperti penerapan model Facies dalam seismik, model channel dalam konsep geologi dan lainnya.

Para peserta workshop dalam 5 hari ini mendiskusikan karakteristik khas dari masing-masing struktur yang ada pada regional yang dipelajari dan Edisi 3/April 2014

17

HAGI NEWS Peserta juga mempelajari berbagai model yang dikembangkan dalam penelaahan data seismic seperti penelitian mengenai porositas, permeabilitas, distribusi facies, efek dari distribusi data dan pengelolaan data seismic. Dari forum ini peserta belajar, bahwa teknik dalam keseluruhan pemilihan elemen modeling yang tepat akan menentukan efektivitas pemodelan secara umum.

gelombang seismik. Kepada para peserta diperkenalkan metoda nterpretasi dari litologi, tektur dan kekompakan batuan dalam kerangka fisika batuan. Dengan pendekatan teknik-teknik umum dan metoda interpretasi kuantitatif, peserta dapat melakukan pengenalan karakteristik batuan yang terpampang dalam pemodelan data seismik yang diambil di lapangan eksplorasi.

Walaupun konten materi kursus cukup berat, namun kursus berjalan cukup rileks dan dijalani dengan antusias seluruh peserta dengan suasana training yang menunjang di Westlake Resto Jogja yang adem.

Menarik dari Hendar - yang banyak membantu pemodelan dan pengolahan data perusahaan migas nasional maupun multinasional ini, peserta diberikan kiat suatu tindakan kerja (workflow) dan petunjuk teknis dalam pentahapan pengelolaan data seismik untuk penelitian karakteristik cebakan migas. Selain membicarakan teknik yang umum, hendar juga memberikan pemahaman tingkat lanjut untuk mengetahui berbagai karakteristik stratigrafi reservoir, carbonate reservoir, serta pengkarakteran hard-rock (basement) reservoir.

Quantitative Complex Reservoir Characterization based on Rock Physics and Statistics

Rock Physics for Seismic Reservoir Characterization. HAGI menutup acara kursus reguler di tahun 2013 dengan menyelenggarakan kursus bertajuk “Rock Physics for Seismic Reservoir Characterization”, dengan instruktur yang ditunggu-tunggu banyak peserta yaitu Mr. Tapan Mukerji dari Stanford University - AS. Kursus mengenai fisika batuan ini diselenggarakan di Swiss Bel Harbour Bay Hotel, Batam pada 16-20 Desember 2013. Asisten profesor dari Fisika Sistem Kompleks ITB, yang cukup banyak dikenal di dunia perminyakan, Dr. Bagus Endar Bachtiar Nurhandoko, menjadi pengampu kursus bertajuk,'' Quantitative Complex Reservoir Characterization based on Rock Physics and Statistics”, pada 12-13 Desember 2013 di Bandung. Acara kursus HAGI mengenai karakteristik pemodelan batuan (rock physics) ini berlangsung di Holiday Inn Hotel Bandung. Kursus tersebut diikuti 11 peserta dari Genting Oil, INPEX Corporation, Kangean Energy, PT. Lapindo, PT. Patra Nusa Data, PT. Putindo Bintech, TAC Pertamina Tanjung Miring Timur, Universitas Hasanudin (UNHAS) Makassar, dan Institut Teknologi Surabaya (ITS).

Kursus tersebut merupakan salah satu kursus rutin HAGI yang diadakan tiap tahun dengan peserta yang bisa dipastikan selalu membludak. Subjek yang menarik dan cara penyampaian yang efektif menjadikan kursus ini sangat ditunggu para praktisi dunia perminyakan terutama yang berurusan dengan analisis mengenai potensi batuan terkait data seismik dan data log, untuk penentuan karakteristik cadangan yang dikenali khas sebagai ''carrier'' kandungan migas.

Kali ini Hendar menyajikan berbagai pemodelan khas dalam analisis seismik dari posisi fisika kompleks, satu studi mengenai aspek matematis-fisis dari fenomena karakteristik batuan yang dipapar

18

Edisi 3/April 2014

HAGI NEWS Kursus kali ini diikuti 28 peserta dari PT Hexindo Gemilang – Lemang PSC (Ramba), CNOOC SES Ltd, Husky – CNOOC, Hampson Russel - A CGG Company, PT. Pertamina EP, RWE Dea AG, SKK Migas, PT. Medco E & P Indonesia, PT. Geraldo Energy, PT. Pertamina Hulu Energy Randugunting, HESS (Indonesia Pangkah), dan HESS E&P B.V M'Sia. Yang paling menarik dari Mukerji adalah tipstips praktis yang merepresentasikan suatu kondisi batuan yang mengikat migas manakala dikenali melalui pendekatan metoda kualitatif dan kuantitatif yang umumnya dikenal di dunia pemodelan seismik. Dari analisis kondisi fisis batuan akan tercermin parameter lithology batuan, tipe porositas, saturasi, tekanan dan temperatur sehingga berpengaruh pada kecepatan gelombang seismik yang terpapar padanya. Berbagai analisis karakteristik batuan dibahas dan didiskusikan untuk diaplikasikan pada pemodelan interpretasi yang efektif guna mengenali cebakan hidrokarbon yang khas dalam penampang seismik. Pada proses relasi pemodelan ini peserta juga diperkenalkan dengan berbagai teknik yang bisa dipilih dalam penanganan kasus-kasus seismisitas batuan, utamanya penggunaan metoda dispersi kecepatan, statistik fisika batuan, interpretasi menggunakan template fisika batuan sampai dengan kasus studi menggunakan AVO dan impedansi seismik.

Edisi 3/April 2014

Tectonics and Structural Geology for Petroleum Exploration & Production: Theory and Application for Indonesia” Mengawali kegiatan kursus regular HAGI tahun 2014, Pada tanggal tengah Februari 2014 telah dilaksanakan kursus dengan tema “Tectonics and Structural Geology for Petroleum Exploration & Production: Theory and Application for Indonesia”. Awang Harun Satyana dari SKK Migas sebagai pengampu andal dalam program kali ini mengetengahkan spesialisasi bidang penelitian dan pengalamannya di dunia migas dalam amatan geologi struktural dan tektonika khas Indonesia yang dapat menjadi objek kajian praktisi eksplorasi. Kursus berlangsung di Grand Clarion Hotel Makassar, selama 5 hari dari 17 - 22 Februari 2014 yang lalu dan diikuti pemantapan fieldtrip sehari penuh di daerah Bantimala. Daerah yang terletak diperbatasan Bantimurung dan Malaka ini memiliki kekhasan struktur geologi dengan proses tektonika khas yang dapat diamati peserta sebagai bahan kajian lapangan. Peserta kali ini berjumlah 15 orang yang berasal dari Pertamina EP, Pertamina Persero, SKK Migas, Medco E&P, CNOOC SES Ltd, serta 2 orang perwakilan dari Universitas Hasanuddin. (Laporan : Nindy dan Rida)

19

HAGI NEWS

SEPUTAR HAGI

S

emangat para kader geofisikawan kita memang luar biasa. Lihatlah organisasi kemahasiswaan yang dihimpun dengan rapi dan penuh semangat dalam wadah HMGI (Himpunan Mahasiswa Geofisika Indonesia). Sadar bahwa ilmu geofisika memang lagi dicari orang, maka secara sadar pula rekan muda kader geofisikawan ini menggenjot sejumlah kegiatan berbasis kampus yang menghimpun aktivitas ilmiah di sejumlah kampus sejak kepemimpinan Yudist Admiral Nugraha dari Teknik Geofisika FTTM ITB. ''Kabinet Yudist memang merupakan salah satu kabinet terbaik dengan aktivitas yang boleh dibilang jaman keemasan organisasi HMGI'', tegas Salim Muhammad, mahasiswa Geofisika Unpad yang membidangi komunikasi dan informasi.

SINERGI UNTUK DISEMINASI GEOFISIKA DI INDONESIA

Pada 7-9 Maret lalu, kabinet Yudist mengakhiri masa baktinya dengan sempurna, dengan menggelar event akbar munas (Musyawarah Nasional) disertai rangkaian acara ilmiah yang diberi judul “Exploring Future Geophysics World & MUNAS HMGI 2014”. ''Tema yang kita angkat adalah Mengembangkan Geofisika, Membangun Indonesia yang disponsori oleh SKK Migas, Pertamina Hulu Energi dan Pukesmigas Universitas Trisakti serta Kerjasama dengan HAGI. Sinergi ini luar biasa dan patut untuk dikembangkan lebih jauh ke depannya'', tegas Yudist. Rangkaian Seminar yang bekerjasama dengan sponsor pendukung termasuk HAGI diselenggarakan menutup acara munas sekaligus serah terima jabatan di lingkungan organisasi HMGI. Seminar “Uncoventional Energy” dengan pembicara Agus Guntoro (Pukesmigas) dan Brahmantyo (SKK Migas) digelar di awal acara dilanjutkan dengan arahan karir bagi calon geofisikawan dalam Seminar “Geophysics Career Path” yang diampu oleh Indro Purwaman (SKK Migas), Ahmad Ihsan (Exxonmobil) dan Mailendra (Sekjen HAGI). Yang menarik dari aksi para mahasiswa ini kinerja organisasi yang ditunjukkan dalam rangkaian acara yang tak putus-putus di lingkungan kampus dan antar kampus dari 25 himpunan mahasiswa yang berada di universitas negeri dan swasta di Indonesia. Sebagai sebuah gambaran, bila beberapa tahun lalu pendidikan geofisika hanya diajarkan di beberapa universitas negeri,

20

Edisi 3/April 2014

HAGI NEWS kini dengan melihat sepak terjang HMGI setidaknya kita saksikan bahwa peminatan dan jurusan geofisika telah diselenggarakan di 25 universitas di Indonesia dari Unsyiah di ujung Aceh hingga Unhas di Ujung Pandang. Rangkaian kegiatan yang digalang HMGI cukup bervariasi dan hampir serentak berjalan di dalam 5 wilayah perumpunan organisasi yang mereka bangun. Sejak mereka menyatakan diri bekerja bersama dan membangun organisasi keilmiahan, berbagai event ilmiah kampus, studi ekskursi, pelatihan dan workshop serta pengenalan studi geofisika di sekolahsekolah mereka laksanakan. ''Kami melihat fenomena yang ditunjukkan oleh HMGI yang mampu bersinergi dengan HAGI dan menunjukkan keaktivan di lingkungan kampus dan antar mereka ini suatu prestasi yang dapat diacungi jempol'', kata Mailendra Tibri di Jogjakarta setelah mengikuti rangkaian acara workshop jurnalisme. Jurnalisme? Ya, atas inisiatif kepengurusan kreatif ini pula mereka sadar bahwa salah satu hal terpenting dalam menggalang keberlanjutan aktivitas adalah keberadaan suatu media yang dapat mengawal langkah organisasi mereka dalam melakukan aktivitas komunikasi yang teratur dan terencana. Bukan main, didukung oleh sejumlah pihak sebagai sponsor, termasuk HAGI, kepengurusan HMGI pada 23 Februari lalu telah menelorkan satu media professional yang mereka namai dengan HMGZine. ''Membangun media merupakan cita-cita sekaligus komitmen kami dalam ikut membangun organisasi secara berkelanjutan'', tegas Hendra Kurniawan Putra , CEO HMGZine dari UPN Jogja. Semangat yang menyala itu rupanya memang menjadi tekad bersama mereka dalam mengurus organisasi keilmiahan yang professional. ''Kami juga terinspirasi kegiatan HAGI dan bersinergi untuk bersama membangun aktivitas kegeofisikaan sejak kami masih belajar'', tambah Salim. Musyawarah nasional, selain menutup kinerja HMGI setahun ini akhirnya memilih ketua baru mereka yakni Ladaya Azizah Rakhmawati. ''Saya akan membangun HMGI bersama rekan-rekan melalui aktivitas bersolidaritas tinggi melanjutkan cabinet yang lalu'', tambah perempuan anggota Hima Pedra Geofisika Unpad dengan lantang. Selamat meneruskan sinergi dengan solidaritas tinggi, dan semoga sukses meraih masa depan gemilang, HMGI. (Laporan : Salim M) Foto : Munas, Seminar, Career Path HMGI 2014

Edisi 3/April 2014

21

HAGI NEWS

GEO PHOTO HAGI-IAGI Juara favorit I Metode penilaian : Pengunjung pameran diberikan kesempatan untuk menentukan foto favoritnya, foto yang paling banyak mendapatkan pilihan adalah yang juara. Judul : Tortor’s Levitation, Fotografer : Muhammad Nashrudin (PHE WMO)

P

ara penggemar fotografi di lingkungan HAGI dan IAGI mendapat tempat ''hunting'' menarik di lingkungan Geopark Danau Toba. Akhir Oktober 2013 lalu bersamaan dengan acara puncak Joint Convention Meeting

HAGI- IAGI di Medan, deselenggarakan Geophoto Hunting yang ke-6, bertempat di seputaran Medan – Toba.

Tema kegiatan kontes foto tahun ini adalah ''Toba Geopark''. Sejumlah 19 orang peserta akhirnya menyibukkan diri dengan memburu objek foto yang bersesuaian dengan tema yang diminta Panitia. Sejumlah lokasi yang menjadi bagian dari Toba Geopark, termasuk di dalamnya objek wisata dan kekayaan budaya seputar Sumatera Utara – Toba berhasil digali oleh peserta. ''Penilaian dilakukan berdasarkan keberadaan parameter geopark dalam foto yang diambil peserta. Parameter geopark yang dimaksud antara lain geologi, pariwisata, pertambangan, mitigasi bencana, kebudayaan dan lainnya. Intinya peserta diberikan kebebasan menafsirkan objek foto untuk menghasilkan karya terbaiknya,'' tegas Syaiful yang menjadi ketua Tim Penilai Geophoto Hunting. Lokasi seputaran Toba, Samosir, Brastagi, Parapat hingga objek-objek wisata lain sampai ke Medan menjadi ajang perburuan yang menghasilkan antara lain 2 juara utama dalam kategori Kesesuaian dengan Tema dan Foto Favorit pilihan peserta Pameran Foto hasil karya peserta.

Juara kesesuaian dengan tema : Toba Geopark Metode penilaian : Penilaian dilakukan oleh juri berdasarkan keberadaan parameter geopark dalam foto tersebut. Parameter geopark yang dimaksud antara lain geologi, pariwisata, pertambangan, mitigasi bencana, kebudayaan dan lain-lain. Judul : Panorama Danau Toba, Fotografer : Muhammad Nashrudin (PHE WMO)

22

Edisi 3/April 2014

INDUSTRI

S

e b a g a i n e g a ra b e r ke m b a n g , g e n c a r melakukan pembangunan prasarana dan industri merupakan hal yang lumrah dan diperlukan. Namun tak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut secara langsung juga menyita tingkat pertumbuhan konsumsi energi, dalam hal ini minyak dan gas bumi. Terlebih, gaya hidup yang semakin maju seiring dengan kemampuan yang juga meningkat, rupanya turut menjadi penyebab semakin borosnya kita mengonsumsi sumber daya minyak. Tak

heran mengapa cadangan minyak bumi kita sudah dalam kondisi depleting. Namun, fenomena ini sesungguhnya belum terjadi sepenuhnya pada gas bumi. Di saat perkembangan produksi minyak Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan, gas bumi diyakini masih berpotensi dan mampu digenjot produksinya. Hanya, tentu, masih perlu dilakukan upaya ekstra untuk menemukan dan mengolah cadangan baru yang diarahkan untuk peningkatan produksi. Potensi yang ada juga perlu dimanfaaatkan sebaik mungkin, utamanya pengembangan ladang gas di daerahdaerah terpencil seperti kawasan Indonesia timur yang relatif belum tereksplorasi secara intensif. Kesadaran akan pentingnya pengembangan sumber daya gas tak terlepas dari dari semakin menipisnya harapan untuk menemukan cadangan energi minyak yang memiliki tngkat eksplorasi rendah. Ibarat kata, sekarang sudah sulit mengharapkan ada sumber energi yang menyembur dari sumur-sumur tua. Kita kini harus lebih menyeka

Edisi 3/April 2014

Jidan Abshari

OPTIMALISASI

GAS NASIONAL

Perlahan tapi pasti, gas bumi mulai meninggalkan peran pendukung. Kondisi sumber energi utama yang kian memrihatinkan, justru mendongkrak kebutuhan dan nilai strategis gas bumi. Saat gas menjadi primadona, regulasi nampaknya perlu segera dibenahi. Ke mana industri gas Nasional mau dibawa? keringat untuk menggali dan menyelam lebih dalam untuk menemukan sumber kebutuhan manusia tersebut. Artinya untuk sekadar mengetahui adanya potensi saja—tentunya dengan mempertimbangkan efisiensi dan expertise maksimal—diperlukan teknologi yang sangat mahal, modal besar, hingga waktu yang memadai untuk menggarapnya. Hal inilah yang menjadi jurang penghalang. Meski sangat jelas bahwa mengelola ladang energi sendiri menjanjikan keuntungan luar biasa, tetap saja biaya menjadi semakin besar karena kesulitan medan. Apalagi Peraturan Pemerintah yang mengatur usaha gas bumi di hulu dan hilir belum dapat menjamin bahwa investasi akan masuk, bahkan cenderung sulit terealisasi.

23

INDUSTRI Ini tentu bisa menjadi kendala serius bagi pelaku usaha di sektor ini. Banyak hal yang jadi hambatan, misalnya peraturan perpajakan dan lingkungan hidup, otonomi daerah yang menyulitkan perusahaan asing, sampai masih kentalnya aturan "raja-raja kecil" di daerah. “Saya enggak tahu, kok memangkas perizinan itu susah betul. Di antara sektor usaha yang paling bermasalah berkaitan dengan perizinan itu ya adalah sektor minyak dan gas,” ungkap Menko Perekonomian Hatta Rajasa saat menggelar pertemuan US-ASEAN Business Council dengan delegasi pengusaha Amerika Serikat, belum lama ini. “Bayangkan, sebuah perusahaan minyak dan gas butuh waktu bertahuntahun mengurus perizinan sebelum melakukan eksplorasi,” lanjutnya. Hatta lantas melanjutkan keluhan-keluhan yang ia peroleh dari banyak pengusaha asing. Misalnya banyaknya total perizinan yang harus dikantongi sebelum beroperasi. Kesulitan-kesulitan perizinan tersebut bahkan sudah dimulai dari menanam investasi. Data dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas bahkan melansir bahwa jumlah perizinan yang dibutuhkan tak kurang dari 270 buah. Fakta inilah yang disebut kontraproduktif dengan upaya pemerintah yang mengaku terus berjibaku mengundang investor minyak dan gas di Indonesia. Ini justru bisa merugikan investor, yang sewaktu-waktu bisa membuat mereka “malas” menanamkan modalnya. Persoalan perizinan yang masih berbelit-belit ini menjadi PR besar dalam bidang bisnis Indonesia. Sebab, masalah ini merupakan pintu pertama bagi investor untuk menanamkan modal. Bila investor saja sudah tersandung dengan persoalan perizinan, maka sulit untuk melangkah lebih jauh. Patut diingat bahwa kita seolah dikejar waktu mengingat konsumsi dalam negeri sudah melebihi kapasitas produksi. Apalagi dengan tujuh persen pertumbuhan konsumsi per tahunnya. SKK Migas belum lama ini pernah melansir bahwa sumber daya gas merupakan deposit potensial yang telah dipetakan di 60 cekungan (basin) yang

24

terbentuk dari endapan di seluruh Indonesia. Namun, hanya 38 cekungan yang sudah dieksplorasi. Dari jumlah itu, bahkan hanya 15 cekungan yang sudah memproduksi hidrokarbon. Tiga di antaranya yang terletak di timur Indonesia bahkan cukup berpotensi, yakni cekungan Salawati dan Bintuni di Papua, serta cekungan Bula di Maluku. Sementara

Kedua belas cekungan lainnya berlokasi di bagian barat Indonesia. Rinciannya, delapan cekungan memiliki hidrokarbon—namun belum memroduksi—dan cekungan lainnya kebanyakan terletak di sebelah timur Indonesia. Inilah yang sedang dicoba beberapa pemain pasar untuk mengekspresikan perhatian mereka ke perusahaan yang sudah sukses, seperti perusahaan eksplorasi minyak dan gas Cina di Indonesia. Apalagi Cina sudah menjadi investor kedua terbesar di sektor minyak dan gas menyusul perusahaan minyak dan gas USA. Cina sendiri melalui Petrochina seperti diketahui sudah membeli Devon Energy sebesar US$216 juta sejak 2002. Devon yang bergabung di operasi bersama (JOB) Pertamina dan Ensearch Far East Ltd, mengeksplorasinya di Tuban, Jawa Timur. Namun, peningkatan aktivitas eksplorasi tersebut rupanya justru secara tidak langsung berujung pada peningkatan impor dari peralatan jasa pengeboran Cina. Cerdiknya, Cina menawarkan fee jasa yang lebih rendah dibandingkan perusahaan lokal. Akibatnya, menurut Asosiasi Pengeboran Indonesia, sekitar 20 persen jasa pengeboran Indonesia terpaksa menutup operasinya karena kalah saing saat itu. Masalah pun seolah bertambah sejak resesi dunia pada periode 2009. Saat itu pasar gas alam global, untuk pertama kalinya sejak era 1960-an, mengalami penurunan permintaan hampir di seluruh wilayah dunia. Hal ini menunjukkan adanya anomali, selain karena ditemukannya sumber gas alam baru nonkonvensional di wilayah AS. Harga gas alam dunia di pasar menunjukkan tren penurunan. Harga jual berdasarkan kontrak jangka panjang—sistem yang umum digunakan di Eropa

Edisi 3/April 2014

INDUSTRI dan Asia—pun cenderung mengikuti level harga minyak dunia. Hal itu membuat disperansi harga yang tinggi antara spot dengan kontrak jangka panjang. Walaupun sempat melemah, toh pasokan infrastruktur gas alam terus meningkat untuk menjawab keraguan banyak investor. Investasi di bidang gas yang umumnya memiliki lead time yang panjang ini dianggap akan masih mengalami oversuplly hingga 2015. Salah satu faktor yang menguatkannya adalah semakin berkembangnya teknologi pengeboran seperti lateral drilling serta pemaksimalan informasi geologis untuk eksplorasi area non-konvensional. Dengan potensi ini, peluang industri gas alam dalam jangka menengah akan terbuka terutama untuk investasi fasilitas LNG regasification. Ini memungkinkan produsen secara fleksibel menyimpan dan membentuk gas alam cair sehingga bisa menyesuaikan pasokan yang akan dilempar ke pasaran. Sementara untuk jangka panjang, permintaan akan energi dari gas alam ini pun terus meningkat hingga 90 persen bersamaan dengan pertumbuhan pesat konsumsinya, utamanya di beberapa negara berkembang seperti Cina, India, juga Indonesia. Artinya, sekaranglah saatnya gas alam mulai menggantikan peran utama pembangkit listrik berbasis minyak bumi dan batu bara. Terlebih, pemakaian gas alam dipandang lebih ramah lingkungan.

MASIH BANYAK PR Terkait harapan akan tercapainya harga komersialitas gas bumi yang tepat guna bagi industri dalam negeri, pemerintah nyatanya masih menghadapi berbagai pekerjaan rumah penting. Sektor hilir dan hulu, yang secara tidak langsung melibatkan buyer atau pemakai akhir, masih menyisakan lubang masalah yang harus diselesaikan. Data yang dihimpun dari Prof. Herman Agustiawan dari Dewan Energi Nasional, bahkan permasalahan ''transaksional'' gas meliputi hampir sekujur sektor yang meliputi sektor hulu, mid-stream, dan hilir dari bisnis gas kita. “Kementerian ESDM perlu mengawasi persyaratan kepada perusahaan pipa distribusi gas, seperti Infrastruktur yang lengkap, sumber pasokan besar, sejumlah pemain yang memungkinkan kompetisi, dan transparansi informasi,” ujarnya dalam Presentasi Regulasi Gas Nasional yang diusulkannya belum lama ini. Menurutnya, pemerintah dalam hal ini

Edisi 3/April 2014

Kementerian ESDM, diharapkan bisa lebih adil serta mempertimbangkan secara teknis juga ekonomis untuk menghilangkan praktek monopoli alamiah. Hal itu, tambahnya, bisa melalui pembentukan lembaga independen sebagai “wasit yang adil” dan melakukan evaluasi secara hati-hati. Sistem open access juga harus terus diterapkan secara jelas dan tegas sebagai solusi dari penetapan tarif sementara yang berbasis pada volume dan investasi sebelum tarif permanen ditetapkan BPH Migas. Prof. Herman pun menyampaikan dan berharap adanya sinergi antara pemerintah, shipper, transporter, dan konsumen untuk penyaluran gas dari lapangan-lapangan gas di sepanjang jalur utama open access. Sekali lagi, BPH Migas dan BUMN dengan kepemilikan negara 100 persen memiliki peran penting

dalam

membuat

kebijakan-kebijakan

lanjutan. Masalah klasik semacam perizinan dan pengembangan jaringan sesuai perencanaan harus diprioritaskan. Tentunya tanpa menomorduakan standardisasi atau penetapan toll fee untuk semua jaringan pipa transmisi dan distribusi nasional. BUMN sebagai

bisnis

entitas

pun

diharapkan

bisa

melaksanakan tugas pemerintah dalam proses jual beli gas. Misalnya, mengatur pasokan gas pipa dan LNG sejalan dengan kebijakan energi nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah, serta mengendalikan harga gas pipa dan LNG yang rasional sesuai dengan kebijakan. “Pemerintah harus fokus pada regulasi energi nasional dan pengembangan infrastruktur. Dalam hal ini, SKK MIGAS juga perlu lebih fokus pada upaya peningkatan produksi. Regulasi yang mengatur harga jual gas pipa dan LNG sesuai peruntukannya juga ditingkatkan sehingga mampu mendorong pertumbuhan perekonomian nasional secara optimal,” tutupnya.

25

26

Edisi 3/April 2014

INDUSTRI Suwahyu Novianto

ADU CEPAT

PRODUKSI DAN KONSUMSI

S

ejak 2005, saat pemerintah mulai menghapus subsidi BBM untuk industri, konsumsi gas domestik semakin memperlihatkan peningkatan. Hal tersebut menunjukkan adanya paradigma baru di sektor migas. Pemerintah pun lalu mencoba fokus untuk menghasilkan pendapatan dari produksi minyak dan gas bumi. Namun, nyatanya nilai tambah perekonomian nasional masih dianggap kurang, meski cukup sukses dari sudut pandang pendapatan Negara. Berangkat dari situ, lahirlah kebijakan dengan memprioritaskan pemanfaatan gas bagi kebutuhan dalam negeri. Itu dapat terlihat dari profil ekspor LNG Indonesia. Hanya saja, lagi-lagi tidak optimal. Selama tiga tahun terakhir, komitmen kontrak LNG telah berkurang hampir setengah dari volume puncaknya dan mungkin akan terus menurun di masa depan. Memang, saat ini pemerintah tengah mencoba kembali memprioritaskan pemanfaatan minyak dan gas bumi sebagai fungsi ketahanan energi dan kekuatan pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Namun, tetap saja masih menyisakan ruang kosong yang membuat tiap target belum menemui titik kepuasan. Yang pasti, hal itu tidak serta-merta membuat industri gas bumi sepi lirikan. Dirjen Migas, Kementerian ESDM, Edy Hermantoro, pernah mengatakan bahwa pemerintah terus mengupayakan optimalisasi penggunaan stranded gas, yakni gas dari lapangan yang keekonomiannya marjinal. Beberapa langkah yang dilakukan adalah membangun fasilitas-fasilitas serta infrastruktur penunjang yang secara spesifik diharapkan bisa memenuhi aspek keteknikan dan keekonomian. “Salah satu stranded gas yang dikembangkan itu misalnya East Natuna yang memiliki cadangan 46 T S C F. Pe m e r i n t a h k i n i t e l a h m e n d o r o n g pengembangan lapangan tersebut dengan teknologi terbaru yang sesuai,” ujar Edy beberapa waktu yang lalu di Jakarta. Menurutnya, pengembangan tersebut bisa dimaksimalkan dengan melakukan pendekatan fiscal dan nonfiscal. Di tempat terpisah, cadangan gas di Lapangan Masela juga sedang digojlok. Edy juga sempat

Edisi 3/April 2014

memaparkan bahwa cadangannya diperkirakan mencapai 9,18 TCF dengan total investasi US$4,99 miliar. Sementara untuk produksinya ditargetkan akan mulai pada kuartal 2 tahun 2018. Ini berarti Masela akan mendahului target Lapangan Tangguh Train 3 yang baru akan diproduksi menjelang akhir 2018. Lapangan dengan cadangan gas sekitar 8,09 TCF ini nilai investasinya pun lebih besar, yakni sebesar US$ 12 miliar. Namun, Edy mengingatkan bahwa meski produksi dari lapangan-lapangan baru itu berjalan nantinya, tetap tidak akan bisa menahan laju penurunan alamiah dari lapangan gas. Hal ini malah menimbulkan kekhawatiran akan tidak terpenuhinya kebutuhan domestik di tahun 2020 ke atas yang secara tidak langsung berdampak pada kinerja penggarapan cadangan gas baru tersebut. "Untuk itu, negara harus mencari sumbersumber gas baru dengan terus melakukan eksplorasi di cekungan-cekungan hidrokarbon baru yang belum pernah dieskplorasi sebelumnya," lanjut Edy. Di tengah kekhawatiran akan ketidakmampuan dalam

negeri

mengatasi

kebutuhan

domestik,

ancaman juga semakin menguat dengan masih giatnya pihak asing menawarkan pengambilalihan. Hal ini tentu perlu diantisipasi dengan kebijakan tegas dari pemerintah. Sebab, dalam lima tahun terakhir, gas bumi sudah berkembang menjadi komoditas yang sangat penting sebagai sumber energi primer dan juga sebagai bahan baku.

Ancaman tidak dapat memenuhi kebutuhan domestik kian mendekat. Beberapa pemain sudah mencoba untuk membuat eksplorasi baru. Mampukah? Atau jangan-jangan dilempar lagi ke pihak asing.

Buktinya, pada 2001 saja, pemanfaatan gas bumi untuk industri hanya sebesar 1.279 MMSCFD (juta kaki kubik standar per hari). Namun tahun lalu, pemanfaatannya melonjak menjadi sebesar 2.249 MMSCFD. Selain itu, konsumsi gas bumi untuk sektor kelistrikan yang tersebar di area Jawa dan Sumatera pun meningkat secara signifikan. Di sinilah peran pemerintah diperlukan agar bisa memfasilitasi para pemain utama yang terjun di bidang gas bumi ini. Nah, bicara soal pemain utama, Indonesia memiliki Perusahaan Gas Negara (PGN) yang merupakan salah satu BUMN ternama di Indonesia.

27

INDUSTRI Inilah yang diharapkan Negara bisa mengobati kebutuhan domestik. Di Jawa Timur, misalnya, para pelanggan industry PGN cukup terpuaskan dengan dapat menghemat biaya energy hingga Rp 3,1 triliun per tahunnya. Ini pula yang membuat banyak yang mulai beralih dari BBM ke gas bumi. Beda lagi dengan pelanggan

di

Jawa

Barat.

Mereka

malah

bisa

menghemat biaya energi hingga Rp 5 triliun per tahunnya. Hal ini diamini betul oleh Heri Yusup, Sekretaris PGN. Menurutnya, di saat PGN sudah menginjak usia 48 tahun, sebagai BUMN yang bergerak di sektor infrastruktur dan distribusi gas bumi, PGN telah membangun jaringan pipa gas bumi di seluruh Indonesia hingga sekitar 6000 km. Dengan demikian,

perusahaan

yang

kinerjanya

mulai

meningkat pesat sejak sepuluh tahun yang lalu ini juga bisa melayani sektor rumah tangga, komersial, dan industri dengan total pelanggan lebih dari 90 ribu pelanggan. Heri mengungkapkan, hingga periode 31 Desember 2012 saja, aset keseluruhan PGN sebesar USD3,908 miliar atau meningkat 14% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD3,4 miliar. Kemudian sampai kuartal pertama 2013, volume penjualan gas PGN mencapai 833 MMSCFD, yang berarti meningkat dari 787 MMSCFD pada periode yang sama tahun 2012. Lantas bagaimana tahun ini? “Dari bisnis transmisi, PGN berhasil mengalirkan volume gas sebesar 877 MMSCFD kepada pelanggan di Sumatera, Jakarta, dan Jawa Barat,” lanjut Heri. Dalam industri gas, masih menurutnya, ada tiga pilar utama yang harus diberikan perhatian. Ketiganya adalah pasokan, infrastruktur, dan juga pasar. Untuk mewujudkan transformasi energi dari BBM ke gas bumi, tiga pilar tersebut harus berjalan secara sinergis. Namun, meski terlihat menujukkan hasil positif, sinergi tersebut rupanya masih dinilai belum berjalan secara maksimal. Sama dengan lainnya, hal ini pun tak terlepas dari kebutuhan akan gas bumi yang terus meningkat. Pasokan gas dan pengembangan infrastruktur dikhawatirkan tidak bisa dipenuhi dalam jangka pendek. Oleh karena itu, Heri pun tak menampik bahwa PGN, dalam hal ini negara, tetap membutuhkan perencanaan dan komitmen dari seluruh stakeholder baik pemerintah, regulator, dan pelaku usaha untuk membangun satu sinergi sehingga peningkatkan antara pasokan, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan

28

pasar gas dapat berjalan dengan baik. Tidak mau disebut berdiam diri meningkatkan pasokan dan produksi gas, PGN menanam investasi di sektor hulu. Yang terbaru, PGN melalui anak perusahaan yaitu PT Saka Energi Indonesia, telah mengakuisisi Kufpec Indonesia (pangkah) BV yang merupakan pemegang 25% participating interest pada blok Ujung Pangkah Psc. Untuk jangka panjang, PGN bahkan memiliki visi untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia.Sementara sebagai perusahaan publik, PGN berkomitmen dan secara konsisten menjalankan prinsip good corporate governance (GCG). PGN di Indonesia bukan hanya sebuah perusahaan, namun telah menjadi pemasok utama gas yang menjadi hajat hidup masyarakat. Kinerja PGN dan menyalurkan gas diharapkan bisa lebih optimal sehingga bisa mendukung sektor lain, khususnya industri dan kebutuhan rumah tangga. Dengan melihat neraca gas nasional tahun 2012-2025 yang menunjukkan bahwa puncak produksi gas Indonesia akan terjadi tahun 2018 (sekitar 10.000 MMSCFD), kontribusi produksi gas bumi yang berasal dari proyek-proyek gas baru seperti deep water project, Masela, Tangguh Expansion, dan Natuna akhirnya menjadi harapan Negara. ( V.Markish)

Edisi 3/April 2014

WAWANCARA

Dr. Armi Susandi, MT

"Kita Hanya Punya Satu Atmosfer"

P

ria gesit nan aktif ini pernah dijuluki ''Al Gore'' dari Indonesia oleh beberapa pengamat. Dr. Armi

Susandi, 44, pria berdarah Padang ini memang

sering disorot media karena kerap jadi rujukan dan tampil di berbagai kesempatan publik membahas fenomena iklim. Ya, benar, lulusan Max Plank Institute for Meteorology, Jerman, tahun 2004 ini memang sudah santer dikenal publik sebagai ahli perubahan iklim yang konsern pada berbagai fenomena kebencanaan yang mengemuka

di

Tanah

Air

akhir-akhir

ini.

Armi

mendapatkan gelar doktor dari University of Hamburg, Jerman, usai menamatkan pendidikan magisternya di Studi Pembangunan ITB.

Dalam keseharian ia adalah dosen tetap dan peneliti di Program Studi Meteorologi ITB. Saat ini ia tercatat sebagai Ketua Prodi Meteorologi dan di tingkat nasional ia masih menduduki perwakilan pakar di Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI).

Aktivitas riset dan

pengabdian masyarakatnya dalam bidang meteorologi lingkungan digalang cukup solid dengan berbagai pihak. Sejumlah kerjasama dalam dan luar negeri di bidang penelitian dijalin dengan peneliti dari berbagai negara seperti dari Amerika Serikat, Eropa dan Asia lainnya. Umumnya penelitian mencakup isu-isu strategis bidang perbaikan lingkungan dan upaya mengatasi perubahan iklim.

Saat ini Doktor Perubahan Iklim dan Meteorologi Lingkungan ini, sering menjadi narasumber utama media cetak dan elektronik dengan memberikan perspektif tajam dan ilmiah utamanya membahas fenomena kebencanaan terkait iklim, seperti banjir yang melanda kota-kota di Indonesia beberapa saat lalu. Jidan Abshari dari Georesonansi menemui ''Al Gore Indonesia'' di ruang kerjanya di Prodi Meteorologi ITB, Ganesha, Bandung. Berikut petikannya:

Edisi 3/April 2014

29

WAWANCARA Tahun 2014 dibuka dengan serangkaian bencana

A.S :

antara lain sisa tahun 2013 di berbagai belahan

Kejadian banjir di Jakarta, selain faktor cuaca dan

dunia, khususnya fenomena pusaran dingin (Polar

iklim yang terjadi secara ekstrim yang ditandai

Vortex), dan kemudian serangkaian bencana iklim

dengan lamanya turun hujan, perubahan tata guna

yang melanda Indonesia. Bagaimanakah pendapat

lahan dan lingkungan yang lebih cepat, juga ikut

Anda mengenai situasi iklim global tersebut.

berkontribusi lebih besar. Peran ahli meteorologi

Fenomena apa yang sebenarnya tengah

lingkungan memberikan informasi ilmiah terkait

mengemuka sekarang ini?

cuaca, dapat mengurangi resiko bencana yang lebih

A.S :

hasil penelitian, pemahaman dan telaah ilmiah

Diperkirakan bencana terkait iklim tersebut akan

tentang kemungkinan curah hujan ke depan.

besar. Selanjutnya, para ahli dapat memberikan

terus meningkat kejadian dan intensitasnya. Kejadian polar vortex tahun 2013, banjir di

Pilihan opsi adaptasi ataupun kebijakan yang akan

beberapa tempat di Indonesia awal tahun ini, dan

diambil dalam mengatasi banjir di Jakarta dapat di

saat yang hampir bersamaan kebakaran besar di

berikan masukan oleh para ahli. Semua upaya

wilayah Victoria, Australia hanyalah beberapa

strategis pembangunan nasional pun seyogya nya

contoh bencana yang terus akan terjadi di masa

juga harus demikian, sebagaimana rekomendasai

mendatang. Hal tersebut terjadi dikarenakan

para ahli perubahan iklim dunia melalui forum IPCC

perubahan iklim global terus meningkat sebagai

(Inter Governmental Panel on Climate Change).

implikasi pemanasan global. Setidaknya ada 3 faktor yang menyebabkan pemanasan global terus

Anda sebagai Wakil Ketua Kelompok Kerja di

terjadi dan emisi karbon terus dilepaskan ke

Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), apa saja

atmosfer, yaitu melalui peningkatan jumlah

program yang dilaksanakan dan direkomendasikan

penduduk, perkembangan pembangunan yang terus

terkait fenomena iklim akhir-akhir ini di Indonesia.

membutuhkan energi fossil (minyak, batubara dan gas), dan penurunan luasan hutan dunia.

A.S :

Dalam telaah mengenai iklim dan meteorologi,

mendorong para pihak untuk berperan dalam

sejauh mana hubungan iklim global, regional dan

mengembangkan strategi dan aktivitas adaptasi di

lokal dan bagaimana sikap kita pada umumnya

Indonesia. Sejak berdirinya DNPI tahun 2008

Jelas peran DNPI, khususnya Pokja Adaptasi selalu

terhadap hal itu.

sampai saat ini, dibawah pimpinan Rachmat Witoelar, sudah banyak peran yang terbangun dan

A.S :

berkembang di pemangku kepentingan dalam upaya

Dunia dengan satu sistem atmosfer, jika berubah

adaptasi perubahan iklim. Banyak kementerian,

secara global, maka dipastikan perubahan secara

lembaga swadaya masyarakat, pemerintah daerah

regional dan lokal pun pasti terjadi. Perubahan iklim

yang telah memasukkan pertimbangan adaptasi

secara lokal terjadi sangat spesifik dengan

perubahan iklim dalam perencanaan kegiatan dan

karakternya masing-masing. Akan tetapi saat ini

pembangunannya.

perubahan cuaca dan iklim ekstrim sudah sering terjadi di suatu wilayah yang dulu nya jarang atau

Hanya saja “pekerjaan rumah” masih banyak.

tidak pernah terjadi suatu fenomena iklim, misalnya

Diantaranya adalah bagaimana mengkombinasikan

turunnya salju di wilayah Vietnam. Sikap kita harus

pengurangan resiko bencana (disaster risk

lebih adaptif! diharapkan selalu siap menghadapi

reduction)dengan kegiatan adaptasi perubahan iklim

perubahan cuaca dan iklim yang terjadi, dan sering

(climate change adapatation), sehingga bencana

ekstrim saat ini dan mendatang.

terkait iklim dapat lebih optimal dikelola resikonnya (disaster risk management). Ini butuh “kelapangan

Pada awal tahun ini di Jakarta terjadi banjir, dan

semangat” untuk lebih meningkatkan koordinasi

berulang situasi ini bagaimana para ahli memberi

antar lembaga.

kontribusi pada pengambil kebijakan dan alternatif solusi makronya terhadap hal ini?

30

Edisi 3/April 2014

WAWANCARA Fokus apakah yang sedang Anda tangani untuk

Akhirnya, studi terintegrasi tersebut diharapkan

kontribusi terhadap kesiapan perubahan iklim yang

dapat mendorong upaya pembangunan infrastruktur

mendasar dan operasional bagi pemerintah dan

dalam menghadapi bencana terkait iklim di masa

masyarakat

mendatang.

A.S :

Kalau menurut Anda apakah aksi yang dilakukan

Saat ini di ITB, kita mengembangkan model iklim

sekarang sudah cukup baik, parsial, ataukah seperti

cerdas (smart climate model) yang dapat

apa yang terjadi di Indonesia?

menghasilkan prediski cuaca/iklim dengan ketelitian dan resolusi tinggi. Model tersebut dapat menghasil

A.S :

prediksi curah hujan (parameter cuaca yang paling

Belum! Aksi yang dilakukan sekarang, masih

berpengaruh di wilayah Indonesia) dengan

business as usual. Kita bisa mencontoh strategi

ketepatan yang tinggi dan teruji baik secara ilmiah

Belanda dalam menangani air yang karakater

maupun lapangan. Tingkat resolusinya pun sudah

daerahnya mirip dengan Jakarta. Kita dapat

dalam skala desa, sehingga sangat operasional

menyesuaikan dengan sumber daya yang kita miliki.

dalam membantu masyarakat untuk menghadapi

Sebagai contoh upaya penanganan banjir di Jakarta,

perubahan cuaca/iklim, khususnya curah hujan di

jauh lebih tepat jika kita mengembangkan kanal-

masa mendatang. Hasil prediksi curah hujan

kanal di daerah aliran sungai yang ada di Jakarta.

mendatang, diharapkan dapat dipakai para petani

Daerah banjir terpusat di sekitar kawasan sungai.

dalam menentukan awal masa tanam yang tepat.

Selanjutnya karena topografi Jakarta yang 40%

Selanjut para pemangku kepentingan lainnya dapat

lebih rendah, khususnya di Utara Jakarta,

mengurangi resiko bencana terkait iklim, seperti

pemompaan air secara cepat yang melimpah

kelebihan curah hujan (banjir) atau kekurangan

tersebut menjadi langkah taktis yang dibutuhkan

curah hujan (kekeringan) di suatu wilayah tertentu.

untuk mengeluarkan air secepat mungkin ke

Al hasil, wilayah tersebut dapat dinilai berketahan

wilayah laut Jakarta.

iklim di masa mendatang. Model iklim cerdas tersebut telah diimplementasi di banyak daerah,

Untuk ke depan, strategi apa yang menurut Anda

antara lain Indramayu, Sumba Timur, Belu, Sikka,

harus diterapkan dan didesak?

Lembata, Jakarta. Termasuk di terapkan di Kepulauan Fiji Island.

A.S :

Studi spesifik apa yang dikembangkan dan Anda

banjir Jakarta. Jika diasumsikan Jokowi dan

usulkan untuk dilaksanakan pada masa sekarang

jajarannya serta dukungan masyarakat mampu

Terbukti seorang Jokowi tidak mampu mengatasi

melakukan upaya struktural sekalipun, akan tetapi

dan mendesak?

limpahan air yang masuk ke Jakarta dari Bogor dan A.S :

Depok melalui waduk Katulampa dipastikan tidak

Studi terintegrasi antara pemodelan cuaca dan iklim

akan sanggup di bendung oleh kapasitas lingkungan

dengan kebutuhan infrastruktur menghadapi

dan infratsruktur yang ada di Jakarta. Wacana

perubahan cuaca dan iklim! Studi ini penting agar

sodetan pun gagal diterima beberapa pihak,

penyiapan diri terhadap bencana di masa

khususnya warga Tangerang. Disinilah peran

mendatang jauh lebih efektif dan siap. Diharapkan

pemerintah pusat dan koordinasi dari kementerian

upaya menghadapi perubahan cuaca dan iklim

terkait untuk menjadi “lead sector”dalam mengatasi

ekstrim dengan lebih terstruktur dan sistemik.

persoalan banjir dan lingkungan di Indonesia.

Selanjutnya yang lebih penting adalah

Bencana terkait iklim tidak mengenal batas

mengimplementasikan peran teknologi dan

administrative, maka penanganannya pun harus

infrastruktur yang disesuaikan dengan hasil

lintas administratif. Willingness pemerintah pusat

pemodelan potensi bencana mendatang, khususnya

menjadi penentu ketahanan kota (resilience city)

prediksi curah hujan ekstrim, menjadi kunci

bisa terwujud. Kita tunggu tanggal mainnya,

keberhasilan menciptakan kota yang siap

ditengah perhatian banyak pihak, termasuk

menghadapi bencana terkait iklim (resilience city).

pemerintah yang lebih fokus kepada Pemilu 2014.

Edisi 3/April 2014

31

KOLOM AHLI

STRUKTUR 3-D KECEPATAN GELOMBANG SEISMIK DAN IMPLIKASI TEKTONIKNYA DI WILAYAH JAWA BAGIAN TENGAH Supriyanto Rohadi1,2, Sri Widiyantoro3, Andri Dian Nugraha3, Masturyono2 1

Program Studi Doktor Sains Kebumian, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB 2 Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 3 Kelompok Keahlian Geofisika Global, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, ITB

I

nformasi struktur kecepatan yang terperinci dan

posisi hiposenter yang akurat sangat diperlukan

dalam

analisis

prediktabilitas

gempa

bumi

karena lokasi rawan gempa bumi dapat diperkirakan

dengan baik (Widiyantoro, 2008). Struktur bumi hasil model

tomografi

memberikan

kebaruan

dalam

memahami proses yang terjadi di dalam bumi. Hasil penelitian

pada

akhir-akhir

ini

menunjukkan

pencitraan geotomografi menjadi teknik penting dalam mempelajari struktur interior bumi yang dapat menerangkan antara lain fenomena gempa bumi, tsunami dan lumpur panas (Widiyantoro, 2008). Kulakov dkk. (2007) melakukan tomografi struktur kecepatan gelombang P dan S kerak bumi dan mantel bagian atas di Jawa bagian tengah. Penelitian

masalah

akurasi

tomografi

struktur

kecepatan

serupa

oleh

Wagner

dkk.

(2007)

penentuan yang

d i ke m b a n g k a n

wilayah Jawa bagian tengah, dari citra tomografi yang

menggunakan metode double-difference (hypoDD).

mengindikasikan

adanya

relokasi

akibat

termodelkan

menggunakan gabungan data gempa aktif dan pasif di dihasilkan

teknik

hiposenter tidak

hiposenter

anomali

Metode relokasi gempa bumi hypoDD pertama kali

kecepatan rendah yang kuat (-30%) di lapisan kerak

kemukakan Waldhauser dan Ellsworth (2000) yang

belakang busur utara (backarc) dari gunung api aktif

melakukan inversi lokasi hiposenter dari suatu klaster

di

gempa bumi.

Jawa

bagian

tengah.

Dengan

melakukan

pemodelan sintetik, Koulakov (2009) menyatakan

Metode double-difference didasarkan pada asumsi

kombinasi dari jejak sinar gempa bumi lokal dan

bahwa jika terdapat perbedaan jarak antara dua

regional yang datang dari arah yang berbeda akan

hiposenter yang sangat kecil dibandingkan dengan

meningkatkan resolusi spasial dan meningkatkan

jarak antara kedua hiposenter tersebut terhadap

penetrasi

kedalaman

model

tomografi,

namun

stasiun dan kedua hiposenter berada pada skala

penelitian Koulakov (2009) tidak melakukan inversi

heterogenitas kecepatan yang sama maka pola sinar

data riil. Akurasi dalam penentuan hiposenter gempa

gelombang dari kedua hiposenter tersebut dianggap

bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti

identik. Pengembangan metode DD pada saat ini tidak

geometri jaringan, fase gelombang yang ada, akurasi

hanya digunakan untuk relokasi hiposenter tetapi

pembacaan waktu tiba dan model struktur kecepatan

juga untuk mendapatkan struktur kecepatan atau

(Pavlis, 1986).

yang dikenal dengan tomografi double-difference

Selain itu, hasil penentuan lokasi hiposenter

(tomoDD) (Zhang dkk., 2003). Dalam penelitian ini

gempa bumi biasanya mengandung kesalahan terkait

dilakukan inversi gabungan dari katalog data gempa

struktur

bumi MERAMEX (MERapi Amphibious Experiment)dan

kecepatan

dipermukaan

yang

tidak

termodelkan. Oleh karena itu untuk mengatasi

BMKG

(Badan

Meteorologi

Klimatologi

dan

Geofisika)(Gambar 1)

32

Edisi 3/April 2014

KOLOM AHLI dari interpolasi dari ak135 Model (Kennett et al., 1995). Model referensi gelombang S diperoleh menggunakan nilai yang ditentukan dari Vp/Vs yaitu 1,74 (Tabel 1).

Gambar 1. Peta wilayah penelitian. Tanda plus hitam menggambarkan grid node jaringan yang digunakan dalam inversi tomografi. Lingkaran hitam menunjukkan distribusi episenter gempa bumi. Segitiga kuning dan magenta masing-masing adalah stasiun MERAMEX dan BMKG.

menggunakan

t o m o g ra f i

double-difference

(tomoDD). Data katalog gempa bumi MERAMEX

Gambar 2. Plot episenter gempa bumi Yogya (2006) dan gempa bumi Brebes (2013) pada tomogram kecepatan gelombang P dan S

berasal dari rekaman gempa bumi oleh jaringan seismograf temporal yang dipasang di sekitar Jawa

Hasil inversi tomografi mengindikasikann zona

bagian tengah dan Yogyakarta oleh proyek MERAMEX,

anomali kecepatan rendah di permukaan (5 dan 10

mulai bulan Mei hingga Oktober 2004. Jumlah gempa

km) pada zona Lawu-Merapi. Keberadaan anomali ini

bumi yang terekam selama periode pengamatan

konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh

adalah 292 gempa bumi. Data gempa bumi regional

Koulakov dkk. (2007). Tomogram struktur kecepatan

yang digunakan berasal dari buletin bulanan gempa

gelombang

bumi hasil rekaman jaringan seismograf permanen

mengindikasikan beberapa fitur penting yang belum

regional

dari

Sistem

Peringatan

Dini

Tsunami

Indonesia (InaTEWS), BMKG.

seismik

ya n g

diperoleh

juga

diidentifikasi pada penelitian sebelumnya, seperti zona anomali kecepatan rendah di wilayah Cilacap-

Jumlah stasiun seismograf BMKG yang digunakan

Banyumas dan zona anomali kecepatan rendah di

adalah 36 stasiun, yang terletak di Lampung, Jawa

Kebumen

dan Bali. Katalog data gempa bumi BMKG berjumlah

anomali kecepatan rendah yang kuat dengan Vp

(Karangsambung)

(Gambar

2).

Zona

1.606 gempa bumi dari April 2009 hingga Februari

rendah dan Vs rendah teridentifikasi antara zona

2011. Jumlah data waktu tempuh dari gabungan

C i l a c a p - Ba ny u m a s .

katalog data gempa bumi MERAMEX dan BMKG adalah

mengindikasikan material fluida dengan rasio aspek

Fitur

ini

ke m u n g k i n a n

untuk

tinggi (high aspect ratio) atau sedimen. Zona ini

gelombang S. Model kecepatan referensi gelombang P

memiliki kesesuaian dengan keberadaan basin yang

15.364

untuk

gelombang

P

dan

8.298

dari permukaan hingga kedalaman 20 km merupakan

berisi sedimen di wilayah tersebut. Zona anomali

interpolasi dari model oleh Wagner dkk. (2007),

negatif di Kebumen bersesuaian dengan zona yang

sedangkan untuk kedalaman lebih dari 20 km berasal

diperkirakan

sebagai

ekstensi

basin

laut

permukaan (Gambar 2).

Edisi 3/April 2014

33

di

KOLOM AHLI Anomali kecepatan rendah di bawah Cilacap, Banyumas

dan

Yo g a k a r t a

dengan

jelas

mengindikasikan zona tersebut berbatasan dengan zona anomali kecepatan tinggi (Gambar 2, 3). Zona anomali seperti ini merupakan zona lemah sehingga bila terjadi akumulasi stress maka sangat berpotensi terjadi gempa bumi. Stress pada zona ini dapat berasal dari aktivitas subduksi dan dinamika kerak bumi oleh pengaruh temperatur dan tekanan tinggi dari material dalam kerak bumi.

Gambar 3. Penampang vertikal: (a) tomogram gelombang P dan (b) hasil uji checkerboard. Lingkaran coklat adalah hiposenter setelah relokasi, garis abu-abu adalah slab model global USGS.

Gambar 4. Plot posisi sumber gempa bumi Yogya (2006) dan gempa bumi Brebes (2013) pada irisan vertikal tomogram kecepatan gelombang P.

Pada Gambar 3 disajikan penampang vertikal tomogram Vp (kiri) dan uji chekerboard (kanan), tomogram ini mengindikasikan adanya beberapa fitur struktural

yang

menonjol,

seperti

misalnya,:

penampang vertikal A-A' menggambarkan anomali kecepatan tinggi di bawah bagian barat Jawa Tengah, yang

mengindikasikan

subduksi

lempeng

Indo-

Australia (Rohadi dkk., 2013). Penampang vertikal CC' menegaskan perbedaan dari hasil penelitian sebelumnya oleh Koulakov dkk. (2007) yaitu bahwa magma berasal vertikal dari bawah Merapi, tetapi dari tomogram (Gambar 4) dan sketsa kartun (Gambar 5) tampak bahwa magma cenderung berasal dari arah selatan bawah Merapi (Rohadi dkk., 2013). Anomali kecepatan rendah di bawah Cilacap, Banyumas bersesuaian dengan keberadaan basin di wilayah tersebut.

Zona

anomali

Karangsambung,

kecepatan

Kebumen

rendah

Gambar 5. Kartun sketsa interpretasi penampang vertikal tomogram kecepatan gelombang P, sketsa menggambarkan subduksi slab (anomali positif), magma (anomali negatif), fokal mekanisme gempa bumi Yogyakarta 2006 dan double seismic zone.

di

mengindikasikan

bersesuaian dengan tempat ekstensi basin samudera di permukaan (Rohadi dkk., 2013).

34

Edisi 3/April 2014

KOLOM AHLI Implikasi tektonik dari tomogram yang

diperoleh

mengindikasikan bumi

terjadi

anomali

telah

bahwa

pada

tinggi

gempa

batas

dan

zona

anomali

rendah, Seperti telah dinyatakan sebelumnya zona batas anomali merupakan zona lemah. Selain gempa bumi Brebes (2013) dan gempa bumi Yogyakarta (2006) yang

terjadi

pada

batas

zona

anomali, gempa bumi yang terjadi pada tanggal 25 Januari 2014, dengan koordinat 8,48º LS dan 109,17º BT (barat daya Kebumen) dengan kedalaman 48 km dan magnitudo 6,5 (Sumber: BMKG) juga terindikasi terjadi pada zona batas anomali. Pada Gambar 6 ditunjukkan gempa

posisi

bumi

episenter

Kebumen

pada

kedalaman 25, 35, 45, dan 65 km,

Gambar 6. Plot posisi gempa bumi 25 Januari 2014, magnitudo 6,5 dengan episenter 8,48º LS dan 109,17º BT dengan kedalaman 48 km, posisi gempa bumi diplot pada tomogram Vp pada kedalaman 25 , 35, 45, dan 65 km.

dimana pada interval kedalaman tersebut struktur heterogen secara spasial.

Pada

Gambar

7

ditunjukkan plot posisi sumber gempa

pada

tomogram

irisan

vertikal

pada

gambar

Vp,

terlihat bahwa gempa bumi terjadi pada slab rigid di bawah zona anomali kecepatan rendah.

Meskipun demikian dari hasil penelitian

ini,

terperinci

tetap

terungkap

beberapa belum

fitur dapat

disebabkan

keterbatasan cakupan data gempa bumi dan densitas stasiun. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut sangat

diperlukan

meningkatkan

dengan

cakupan

data

seismik dari jaringan seismograf yang

lebih

rapat.

Selain

itu

penelitian pemodelan gravitasi dan magnetik

untuk

Gambar 7. Plot proyeksi posisi gempa bumi 25 Januari 2014, magnitudo 6,5 dengan episenter 8,48 LS dan 109,17 BT dengan kedalaman 48 km, Posisi gempa bumi diplot pada irisan vertikal tomogram Vp.

menghasilkan

model yang realistis terkait dengan zona anomali terutama di wilayah Cilacap-Banyumas dan Kebumen.

Edisi 3/April 2014

35

PROFIL Lulusan Fisika ITB, dan doktor geofisika Université

Surono

Joseph Furier, Gronable, Perancis, ini memang

ZERO TOLERANCE FOR A SAFE LIFE

''embah''-nya persoalan kegunungapian.

Tampil

tenang dan jenaka adalah ciri khasnya manakala berbagai kejadian bencana gunung api mengemuka dan ditanyakan tanggapannya.

Walaupun sejak 1

Agustus 2013 tidak lagi menjabat Kepala PVMBG (Pusat Vulkanologi dan

Mitigasi Bencana Gunung),

awak media kerap memburunya sebagai ''kuncen'' yang memang telanjur akrab dijadikan rujukan keilmuan untuk awam. Masalah kebencanaan bukan saja tanggungjawab resmi orang yang menjabat, katanya. Semua orang harus merasa terpanggil untuk

turut

s er t a

ak t i f

penanggulangan

bencana.

karena

untuk

baginya

di

d al am

Begitu

urusan

dipikirkan serius, lengkap dan

siklus

pedulinya

bencana

ia,

harus

tidak bisa 'main-

main'. Ia, berprinsip, dalam mengantisipasi kejadian bencana:

W

ajah lelah kurang tidur dengan kumis,

kacamata, dan rambut

tebalnya, begitu

akrab menempel di ingatan pemirsa tivi.

Sosok paruh baya yang kerap muncul di layar kaca rumah Anda dan seolah jadi ''kuncen'' bencana gunung api itu adalah Surono, 59, atau sering disapa ''Mbah Rono''.

N

obless Oblique. Setiap 'gelar', menyandang tanggungjawab. Itu kata pepatah negeri

manca. Maria Asteria, 19, tengah Februari lalu

resmi menyandang gelar Miss Indonesia 2014, dalam sebuah ajang pemilihan ratu Ayu. Tugas dan agenda, kemudian

toleransi

nol

demi

keselamatan

jiwa

manusia (zero tolerance for a safe life).

melekat

padanya

sebagai

duta

ayu.

Rono berpesan bahwa di atas suatu prediksi berbasis teknologi, orang tak boleh sembrono. Sebagai

seorang

''ahli''

dan

pejabat

publik,

tambahnya, kita dituntut untuk merekomendasikan sebuah keputusan yang tepat dan benar dalam persoalan bencana.

Maria Asteria

CUMLAUDE DAN KORBAN BENCANA

Termasuk melakukan berbagai kegiatan sosial seperti menyambangi korban bencana. “ Pastinya! tugas sudah menunggu, melakukan berbagai kegiatan sosial. Salah satunya membantu korban bencana dan memberi bantuan kepada mereka," katanya renyah. Menjadi wakil Indonesia pada kontes ratu ayu sejagad

memang

jadi

impiannya,

dan

ketika

kehormatan itu tersemat padanya, ia berujar, “Saya bersyukur kepada Tuhan karena bisa diberikan kesempatan

luar

biasa

ini.

Pengalaman

sangat

berharga harus dimanfaatkan sepenuhnya'', tambah gadis kelahiran Yogya.

bahkan mampu lulus S1 dari UPH dengan predikat cum laude. ''Saya akan lakukan yang terbaik bagi Indonesia. Ayo kita bantu Saudara-saudara kita yang

Cantik, cerdas dan peduli, melekat dalam sosok

tengah dilanda bencana. Itu tanggungjawab kita..'',

Maria yang rupanya juga tercatat sebagai alumnus

ujar gadis ayu bertinggi 165 cm tersebut dengan

Universitas Pelita Harapan. Bukan sekadar lulus, Maria

manisnya. Cumlaude!

36

Edisi 3/April 2014

OPINI Trismadi

POSISI RAWAN BATAS MARITIM

INDONESIA

I

ndonesia

memiliki

posisi

strategis

geopolitik sebagai Negara yang

secara

dengan India, Thailand, Malaysia (kecuali sebelah

terletak di

Timur Pulau Sebatik), Vietnam, Papua Nugini dan

antara dua samudera dan dua benua. Potensi

Australia.

Sedangkan

batas

landas

kontinen

geopolitik dan geografis strategis ini di satu sisi

Indonesia dengan Filipina, Palau dan RDTL sama

merupakan berkah bagi bangsa Indonesia, namun di

sekali belum dibicarakan. Batas zona ekonomi ekslusif

sisi lain – karena wilayah yang berbatasan dengan David H. Johnston Negara lain yang memiliki kepentingan ekonomi yang

Setelah

sama terhadap sumber daya alam, menjadikan posisi

berbagai fora internasional sampai saat ini belum ada

rawan (vulnerable) bagi Indonesia.

(ZEE) memiliki kondisi jauh lebih memrihatinkan.

satu

diundangkan

negara

pun

dan

yang

dibicarakan

tuntas

melalui

menyelesaikan

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia,

perjanjian batas ZEE dengan negara lain. Australia

Indonesia berbatasan di laut dengan sepuluh negara.

adalah salah satu negara yang secara prinsip telah

Problema perbatasan dan potensi konflik kepentingan

menyepakati perjanjian batas ZEE dengan Indonesia.

sumber daya alam inilah yang mengemuka sebagai bagian dari komunikasi antar bangsa, khususnya problema di seputar persoalan pengelolaan sumber daya alam di seputar wilayah perbatasan (batas maritim). Istilah

batas

maritim

ini

diterapkan

untuk

mengakomodir adanya rejim laut yang memiliki makna

pengelolaan

sovereignty)

yang

kedaulatan

meliputi

penuh

perairan

(full

pedalaman

(internal water), perairan kepulauan (archipelagic waters) dan laut teritorial (territorial sea dan hak-hak berdaulat (sovereign rights) yakni zona tambahan (contiguous

zone),

Zona

Ekomomi

Eksklusif

(Exclusive Economic Zone), dan Landas Kontinen (Continental Shelf). Hak-hak berdaulat yang terdapat di

ZEE

maupun

landas

kontinen

yang

sering

menimbulkan permasalahan antar negara tersebut tak lain mengemuka terkat dengan pengelolaan sumber daya alam di dalamnya. Permasalahan utama di wilayah perbatasan yang paling nampak adalah problema garis batas yang sebagian besar memang belum terselesaikan. Sampai saat ini batas landas kontinen dengan beberapa Negara masih belum tuntas diselesaikan seperti

38

PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM Secara makro, persoalan klarifikasi garis batas maritim

tersebut

jelas

memberikan

pengaruh

signifikan bagi proses eksploitasi sumberdaya alam yang sangat strategis dalam kegiatan ekonomi bagi pembangunan negara kita. Namun persetujuan

sangat garis

d i s a ya n g k a n ,

batas

yang

beberapa

telah

disepakati

Indonesia dengan negara tetangga mengindikasikan adanya

potensi

(khususnya

kehilangan

migas).

Untuk

sumber

daya

menyebut

alam

beberapa

contoh, adalah batas landas kontinen Indonesia dan Malaysia di Selat Malaka dan Laut China Selatan, batas landas kontinen dengan Vietnam di Laut China Selatan (UU nomor 18 tahun 2007), dan juga batas landas kontinen dengan Australia yang masih belum tuntas diundangkan. Potensi kehilangan sumberdaya alam bagi Negara yang ''kalah'' dalam sengketa jelas dapat diperhitungkan, khususnya apabila kita kaji penentuan garis batas ZEE dengan menerapkan prinsip-prinsip

yang

terdapat

dalam

UNCLOS,

khususnya bab-V. Klaim batas ZEE Indonesia dengan

4102 lirpA/3 isidE

OPINI Malaysia di Selat Malaka dan di Laut China Selatan, batas

ZEE

Indonesia

dengan

Vietnam

yang

belakangan mengklaim area ini dengan sebutan Blok ND-6 dan ND-7. Sebagai bagian dari upaya ''merebut''

menunjukkan garis berbeda dengan garis batas

kawasan

landas

mengajukan gugatan ke pengadilan Internasional ICJ

kontinen,

memberikan

indikasi

terdapat

ini,

Pemerintah

Malaysia

bahkan

potensi kehilangan sumber daya alam. Luasan klaim

( International Court of Justice). Sangat disayangkan,

unilateral batas ZEE yang mungkin dilakukan oleh

pasca keputusan ICJ yang memenangkan Malaysia,

Indonesia di Laut China Selatan, yakni perairan

Indonesia harus kehilangan kepemilikan dua pulau

perbatasan Indonesia dengan Vietnam dan Malaysia

stratedis yaitu Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan.

mencapai luasan 85.920 km2. Area seluas ini dengan potensi sumber daya alam yang terkandung di dalamnya berupa mineral dan kandungan ekonomi hayati laut tentunya merupakan luasan area ekonomi produktif yang signifikan bagi Indonesia apabila wilayah sengketa tersebut dapat ''dimenangkan''. Risiko kehilangan potensi sumber daya alam ini tentunya akan menjadi ancaman tersendiri bagi potensi ekonomi laut yang pantas dimiliki Indonesia di area-area sengketa perbatasan yang belum selesai perundingan batasnya. Perairan sebelah timur Pulau David H. Johnston Sebatik yang kini tengah mengalami persoalan serius dan menjadi sumber potensi konflik antara Indonesia dan Malaysia, merupakan wilayah strategis yang selaiknya

dipertahankan

kedua

pihak

Tumpang tindih blok di area perbatasan maritim Indonesia dan Malaysia (Sumber ESDM, 2005)

Sebaliknya,

Malaysia

dengan

sistematis

telah

membidik wilayah-wilayah strategis perbatasan yang

karena

memungkinkan akan diperolehnya potensi ekonomi

kandungan sumber daya alam yang melimpah di

strategis di wilayah tersebut. Perhatikan bahwa

dalamnya, baik sumber daya alam hayati (perikanan)

Malaysia telah melakukan pembuatan peta tahun

maupun non hayati (migas). Di perairan ini pula kita

1979, walaupun

mengenal terdapat blok Ambalat, yang selama ini

tetangga. Sementara Indonesia melalui peta laut no

diprotes oleh semua negara

berada di wilayah yang telah resmi dimiliki oleh

59 telah menarik garis batas maritim yang hanya

Indonesia sebagai hak berdaulat. Seluruh kegiatan

memberi laut teritorial kepada Malaysia di sekitar

pengelolaan sumber daya alam telah berlangsung

pulau Sipadan dan Pulau Ligitan, masing-masing

lama dan menyumbang pendapatan strategis bagi

sepanjang 12 mil laut.

Indonesia. Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas

Dari kenyataan tersebut jelaslah bahwa wilayah

di perairan ini bahkan sudah cukup lama digarap

perbatasan maritim merupakan wilayah kunci bagi

investor dalam naungan perundangan kita antara lain

suatu Negara yang memiliki potensi ekonomi strategis

blok konsesi minyak Japex (1966), konsesi minyak

dan

North East Kalimantan tahun (1970), dan konsesi

penguatan kebijakan yang terukur, strategis dan

minyak Sembawang I (1997). Kegiatan terlaksana

eksplorasi selama

ini

selayaknya

dilakukan

operasional-- guna

dan tidak

eksploitasi pernah

yang

serangkaian

upaya

mencegah adanya kehilangan

aset potensial dari sumber daya alamiah yang

mendapat

terdapat di wilayah perbatasan maritim tersebut.

gangguan ataupun protes dari pihak negara tetangga.

Pemerintah dan para ahli seyogyanya memiliki

Seputar perairan ini terdapat tiga blok konsesi migas

perhatian serius mengenai hal ini dan memiliki

yang telah diberikan ijin pengelolaan oleh Pemerintah

pedoman baku bagi upaya diplomatik dan teknis yang

Indonesia, antara lain blok Bukat (luas 3.644.25

diharapkan

mampu

“memenangkan''

Indonesia

km2), blok Ambalat (luas 1.990 km2), dan blok

dalam melindungi aset wilayah dan sumberdayanya,

Ambalat Timur (luas 4.739.64 km2).

untuk

Sangat

umumnya.

sulit

dipahami

bahwa

kondisi

tersebut

kesejahteraan

Rakyat

Indonesia

pada

mengalami peningkatan ketegangan karena adanya klaim

dari

Indonesia ''keyakinan''

Malaysia yang

terhadap

telah

yang

wilayah

maritim

Trismadi, Kolonel Laut, Doktor alumnus PSL-IPB, magister

digarap.

Dengan

Oceanografi ITB, kini bekerja di Dishidros TNI AL.

Pemerintah

Malaysia

lama

dimiliki,

Edisi 3/April 2014

39

REFLEKSI

MILLING PROCESS

dalam mengupayakan tindakan pencegahan bencana, jelas

tergambar.

Lihat

saja

ketika

mereka

menanggapi kedaruratan, sikap umum terhadap bantuan, sampai kepada upaya rehabilitasi yang kerapkali ditingkahi absennya koordinasi. Seluruh cerminan prilaku dari milling process itu,

S

esekali, cobalah Anda berhenti sejenak di

menurut sejumlah ahli, hanya bermula dari sebuah

sebuah sudut kejadian bencana. Tidak perlu

sebab. Yakni tidak adanya panduan pola sikap yang

memedulikan apakah Anda sedang menjadi

merupakan hasil pembelajaran dari kejadian bencana

relawan ahli,relawan biasa, tim koordinasi atas nama

yang telah terjadi. Kondisi itulah yang terjadi di altar

lembaga, atau sekadar pengunjung 'wisata bencana'.

kebencanaan negeri ini.

Ada suasana sibuk,kacau, gaduh, namun

juga

ditingkahi suasana bingung,linglung, menghinggapi hampir

semua

orang

yang

berada

di

pusaran

bencana. Ada petugas-petugas yang bergerombol, namun mengerjakan apa tak tentu arah. beberapa orang asing, dengan tenang mengambil darurat

mengeluarkan kemudian

mulai

dari

kendaraan

barang-barang menyiapkan

kombinya,

portable,

printer

dan

bertenaga

baterai, yang memroduksi peta-peta kecil untuk siapa saja yang membutuhkan bantuan koordinasi dan peta. Walaupun tidak berbahasa ibu dengan baik, mereka sadar bahwa peran mereka spesifik, dan berkontribusi langsung kepada perbaikan. Penting, dan mereka tahu siapa pun dan apapun yang mereka lakukan harus selalu terhubung dengan pusat info dan koordinasi bencana. Namun, celakanya, sekali lagi, di mana dan siapa yang bertanggungjawab di 'meja' itu? Amatan sederhana yang dapat dilakukan terhadap berbagai kejadian bencana di Indonesia hampir selalu menampakkan gambaran yang sama.

Yakni suatu

kondisi tampilan sikap reaktif dan spontan yang seolah

tak

terencana,

yang

diperlihatkan

oleh

berbagai stakeholder. Setiap kejadian bencana, kemudian hampir selalu diwarnai sebuah proses yang disebut Turner dan Killian sebagai milling process. Ini adalah sebuah situasi di mana orang tidak tahu bagaimana harus bertindak atau menyikapi bencana karena tidak terdapat panduan yang jelas untuk bersikap. Atau, jika pun ada, panduan tersebut tidak relevan

dengan

kondisi

yang

dihadapi

oleh

masyarakat. Gambaran dari kebingungan sikap atau pola tindak ini seringkali nampak dari sikap atau situasi panik dan bingung yang terekspresi di lapangan. Belum lagi selesai

di

tingkat

pengambil

keputusan,

sikap

individual atau parsial yang ditunjukkan oleh warga

40

selalu dan selalu kembali pada fakta: jatuhnya korban yang begitu banyak karena kelambatan respon. Cermin tatakelola kebencanaan yang tidak kunjung

Suasana kontras cepat terlihat. Coba cermati meja-meja

Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila setiap kejadian bencana pemerintah dan masyarakat

berjalan baik di lini operasional. Lalu pembelajaran apalagi yang harus diberikan kepada suatu bangsa yang enggan belajar? Adalah tugas para ahli merumuskan dengan jenak, bukan saja menjadikan petaka atau bencana sebagai wacana. Terlebih, makin kacau melihat konteks bencana yang ditunggangi praktik politik. Membantu bencana ala kadarnya, seraya menebarkan ribuan bendera. Mengakhiri milling process, tentu tak mudah. Karena ini menyangkut sebuah bangunan mental. Yang, perubahannya berkorelasi dengan kebutuhan waktu serta upaya bersama kita – secara sadar dan keras. Secara sederhana juga dapat dikatakan, sebuah layanan publik yang adekuat, lahir dari sebuah proses yang mantap, sejak diundangkan di meja-meja pejabat sampai lahirnya sebuah 'buku panduan' yang mudah dioperasikan. tersisa

pesan,

yakni

agenda

Lalu, masih

mengawal

proses

administratif itu sampai pada tingkat kesadaran berprilaku dan bertindak di masyarakat. Tugas seorang intelektual – kita semua, sudah jelas. Di tengah situasi kompleks itu, kita diminta terlibat dan mengambil keputusan tepat berdasarkan prioritas,

ukuran,

unsur,

dan

relasi

pemangku

kepentingan yang terlibat di dalamnya. Lebih jauh dari itu, tuntutan senantiasa diuji: kemampuan komunikasi dan sinergi kita. Lhoh, Siapa bilang tidak bisa? Bisa! Atau.. memang sudah terlalu enak berada di ruang nyaman, ruang 'bingung' bersama? Kembali lagi terjerembab di siklus bencana.. Looping dari milling

process.

Cilaka!

Itulah

'bencana'

kita

sesungguhnya.

Edisi 3/April 2014

HARGA IKLAN 2014 1 Halaman

Halaman Belakang (Back cover) Rp. 35.000.000

1 Halaman

Halaman dalam belakang/Inner Back Cover Rp. 30.000.000

1 Halaman

Tengah (Spreaad) Full Color Rp. 30.000.000

1 Halaman

FC Halaman Isi Rp. 25.000.000

¾ Halaman

FC Hal isi Rp. 20.000.000

½ Halaman

isi FC Hal isi Rp. 15.000.000

1 Halaman

HP isi Rp. 10.000.000

¾ Halaman

HP isi Rp. 7.500.000

½ Halaman

HP Isi Rp. 5.000.000

• Total Biaya Paket Iklan belum termasuk PPN 10 %. • Materi High Resolution di kirim via email atau kurir, sebelum cetak maksimal Tgl. 25 setiap terbitnya • Pembayaran iklan dilakukan setelah iklan tayang dan bukti dikirimkan ke pemasang iklan. • Pembayaran iklan dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama.

G O Resonansi. MAJALAH GEO RESONANSI Patra Office Tower Suite 2045 Jl. Jend . Gatot Subroto KAV 32 - 34 Jakarta Selatan 12950 T/F . 021-5250040 Email : [email protected] IKLAN DAN PROMOSI : Arida Chyntia Andriani ( 081288924225) Ganesha Putra (082122727088)

BERIKLAN DI

G O Resonansi. EFEKTIF BERIKLAN DI MEDIA KHUSUS KOMUNITAS PAKAR DAN INDUSTRI KEBUMIAN

View more...

Comments

Copyright � 2017 NANOPDF Inc.
SUPPORT NANOPDF