Modul TV Programming [TM15]

January 9, 2018 | Author: Anonymous | Category: Seni & Humaniora, Communications, Iklan
Share Embed Donate


Short Description

Download Modul TV Programming [TM15]...

Description

MODUL PERKULIAHAN

PROGRAMING TELEVISI Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas

Program Studi

Disini diisi Fakultas penerbit Modul

Program Studi

Tatap Muka

14

Kode MK

Disusun Oleh

MK10230

ANDI FACHRUDIN, MSI.

Abstract

Kompetensi

Petunjuk Penggunaan Template Modul Standar untuk digunakan dalam modul perkuliahan Universitas Mercu Buana

Dosen Penyusun dapat menerapkan dan menggunakan template modul standar untuk modul-modul yang akan dipergunakannya

Proses Menghitung Rating & Share Rating Acara Popularitas suatu acara, ketika suatu iklan akan ditayangkan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan tarif iklan. Laporan rating yang dikeluarkan secara teratur (reguler) biasanya hanya dilakukan terhadap stasiun televisi nasional atau stasiun jaringan (network) yang melakukan siaran secara nasional, sedangkan penelitian rating acara terhadap stasiun televisi lokal hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja. Di AS, penelitian terhadap audien (audience measurement) yang menentukan rating untuk seluruh program stasiun televisi, dilakukan sebanyak empat kali dalam setahun yaitu pada bulan Juli, November, Februari dan Mei yang disebut dengan Sweep Periods. Periode ini sangat krusial untuk menentukan tarif iklan suatu stasiun penyiaran. Laporan rating reguler untuk program siaran radio jarang dilaksanakan. Stasiun televisi terkadang melakukan kesepakatan dengan pemasang iklan pada suatu program baru yang diperkirakan akan memperoleh rating bagus. Stasiun televisi mengenakan tarif iklan pada tingkat tertentu dengan jaminan bahwa program siaran tempat iklan itu akan ditayangkan akan memperoleh rating yang bagus dan akan dapat menjaring audien dalam jumlah besar. Jika rating acara atau jumlah audien tidak sesuai dengan perkiraan maka stasiun penyiaran akan memberikan kompensasi berupa pengembalian dana atau memberikan iklan gratis kepada pemasang iklan itu. Kesepakatan semacam ini kemudian dikenal dengan istilah makegood. Contoh kasus makegood ini terjadi pada stasiun televisi NBC yang memegang hak siar penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas tahun 1988 di Los Angles. Jumlah audien yang menonton program ini ternyata lebih rendah 20 persen dari perkiraan awal. NBC kemudian terpaksa harus memberikan kompensasi kepada pemasang iklan sebesar $70 juta sebagai makegoods. Lebih lanjut Head-Sterling menyebutkan ada tiga faktor lain yang menentukan, apakah suatu stasiun penyiaran akan sukses, kurang sukses atau gagal dalam menjaring iklan. Ketiga faktor itu adalah programming, promotion dan sales yang disebut Head-Sterling sebagai the major dynamic factors –the ones that make one station successful and another similar stasion less successful. (faktor penting yang dinamis – beberapa aspek yang membuat suatu stasiun berhasil dan stasiun lainnya kurang berhasil). Ketiga faktor tersebut harus saling mendukung satu sama lain, untuk mendapatkan audien dan menjaring para pemasang iklan. Ketiga faktor tersebut merupakan tiga variabel yang harus saling bersinergi. Stasiun televisi dapat menarik audien yang ada pada stasiun kompetitor untuk pindah ke stasiun 2012

Dosen

2

Andi Fachruddin MSi

Mata Kuliah Programing TV http://www.mercubuana.ac.id

sendiri dengan strategi penjadwalan yang tepat, program yang menarik ditunjang dengan promosi yang efektif. Bagian sales-marketing stasiun televisi dapat menarik para pemasang iklan pada stasiun kompetitor untuk pindah ke stasiun A dengan argumen yang persuasif (membujuk) serta perhatian atas kebutuhan pemasang iklan.

Menghitung Biaya Iklan Kita telah mengetahui bahwa pemasang iklan harus mempertimbangkan biaya relatif (relative cost) yaitu biaya yang mengacu pada hubungan antara biaya yang harus dibayar untuk waktu atau tempat yang disediakan media dengan jumlah audien yang diperkirakan akan menerima pesan iklan. Biaya relatif digunakan untuk membandingan dua media dalam hal jangkauannya kepada audien. Karena tersedia sejumlah media alternatif yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan iklan maka manajer iklan harus mengevaluasi biaya relatif dari masing-masing media. Kita telah mengetahui dari Bab sebelumnya bahwa teknik penentuan biaya relatif ini disebut dengan Cost Per Rating Points atau disingkat dengan CPRP. Berdasarkan teknik ini maka pemasang iklan membayar biaya iklan berdasarkan tiap kelipatan rating yang diperoleh suatu program. Sebagaimana kita ketahui formulasi CPRP dihitung berdasarkan biaya per spot iklan dibagi rating program. (CPRP = biaya per spot iklan / rating program). Berdasarkan rumusan tersebut, dapat dipahami bahwa setiap perubahan jumlah audien yang ditentukan oleh rating akan berakibat terhadap perubahan biaya iklan. Jika biaya untuk menyiarkan suatu iklan pada program A dengan rating 10 sebesar Rp 20 juta maka untuk menghitung CPRP iklan itu adalah Rp 20 juta : 10 = Rp 2 juta maka CPRP iklan adalah Rp 2 juta. Formulasi CPRP ini cukup bermanfaat untuk membandingkan harga iklan antara satu stasiun televisi dengan stasiun lainnya. Biaya iklan tidak sama untuk setiap program. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, semakin kecil audien program itu, maka semakin murah biaya iklannya. Iklan yang ditayangkan pada tengah malam atau dini hari menjadi sangat murah karena jumlah audiennya yang sedikit. Pemasang iklan tentu saja harus mempertimbangkan apakah cukup berharga memasang iklan pada waktu itu. Tarif rata-rata iklan televisi (durasi 30 detik) di Indonesia saat ini (periode 2004-2005) paling murah adalah 20 juta rupiah. Tarif semakin mahal seiring dengan tingkat popularitas program. Di AS tarif iklan televisi (jaringan) untuk siaran prime time pada periode waktu antara tahun 1979 hingga 1980 adalah sebesar $67.000. Namun tarif ini akan meningkat menjadi $150.000 jika iklan itu ditayangkan pada program prime time populer dan mencapai $200.000 pada program yang sangat populer.1 Menjelang tahun 2005 tarif iklan rata-rata 1

Sydney W. Head, Christopher H Sterling. Opcit

2012

Dosen

3

Andi Fachruddin MSi

Mata Kuliah Programing TV http://www.mercubuana.ac.id

televisi di AS (30 detik) pada saat prime time adalah sebesar $250.000 atau sekitar 2,4 miliar rupiah.

Konsep Rating Pengelola stasiun penyiaran pada umumnya sangat peduli dengan peringkat atau rating dari suatu program yang ditayangkan di stasiun penyiarannya. Rating yang tinggi berarti penonton yang lebih banyak dan jumlah pemasang iklan yang lebih besar. Sydney Head dan Christopher Sterling mendefiniskan rating sebagai: “A comparative estimate of set tuning in any given market,” yaitu perkiraan komparatif dari jumlah pesawat televisi yang sedang digunakan pada suatu wilayah siaran tertentu. Kata ‘komparatif’ digunakan dalam definisi tersebut karena suatu rating akan membandingkan estimasi jumlah audien yang sebenarnya (actual) dengan kemungkinan jumlah total audien. Suatu program siaran yang memiliki rating 100 berarti bahwa seluruh (100 persen) rumah tangga di suatu wilayah siaran tengah menonton program siaran itu. Namun rating 100 mungkin tidak akan pernah terjadi dalam kenyataan karena tidak semua pesawat televisi digunakan dalam satu waktu tertentu. Menurut Head-Sterling, bagaimanapun menariknya suatu program siaran, tidaklah mungkin mampu menarik seluruh rumah tangga untuk menyaksikan program itu. Ada rumah tangga yang tidak menghidupkan televisinya. Suatu rumah tangga tidak menghidupkan televisinya karena berbagai alasan misalnya: orangnya ketiduran, ada anggota keluarga yang sakit, meninggalkan rumah untuk bepergian, pesawat televisi yang rusak dan sebagainya. Rating adalah suatu perkiraan karena perhitungannya didasarkan pada jumlah pesawat televisi yang digunakan oleh satu kelompok audien yang dijadikan sampel, dan sampel tidak akan pernah menghasilkan ukuran yang mutlak (absolut) tetapi hanya perkiraan. Perhitungan rating secara matematis sangat sederhana yaitu hanya membagi jumlah rumah tangga yang tengah menonton suatu program tertentu dengan jumlah keseluruhan rumah tangga yang memiliki televisi di suatu wilayah siaran. Jadi misalnya, suatu sampel yang terdiri atas 400 rumah tangga, 100 diantaranya menonton suatu program A, maka rating program A itu adalah 100 dibagi 400 yaitu 0,25. Angka nol didepan koma kemudian dihilangkan sehingga rating acara A adalah 25. Dalam setiap penelitian rating, sampel merupakan wakil dari keseluruhan. Dalam contoh di atas, 400 rumah tangga itu dapat diasumsikan mewakili keseluruhan rumah tangga yang berada di suatu wilayah siaran, katakanlah 100.000 rumah tangga, maka jumlah total rumah tangga yang menyaksikan acara televisi A adalah 100.000 dikalikan 0,25

2012

Dosen

4

Andi Fachruddin MSi

Mata Kuliah Programing TV http://www.mercubuana.ac.id

yaitu 25.000 rumah tangga. Rating memberikan suatu perkiraan atas kemungkinan persentase keseluruhan (total) audien yang menonton suatu program siaran. Gambar berikut ini menunjukkan komposisi rumah tangga pengguna televisi berdasarkan data yang diperoleh dari 400 rumah tangga yang dianggap mewakili 100.000 rumah tangga yang berada di suatu wilayah siaran. Harap diperhatikan bahwa rating acara adalah persentase yang didasarkan atas keseluruhan sampel (termasuk juga kelompok yang tidak memberikan jawaban). Dengan demikian Program A, yang ditonton 100 rumah tangga, mewakili seperempat (25 persen) dari keseluruhan (total) sampel yaitu 400 rumah tangga. Nilai rating dinyatakan sebagai 25, tanpa persen. Rumusnya adalah 100 : 400 = 0.25. Angka nol di depan di buang sehingga menjadi 25 saja. Rating 25 ini jika diproyeksikan untuk keseluruhan populasi berarti jumlah keseluruhan rumah tangga di wilayah siaran itu adalah sebanyak 0.25 x 100.000 rumah tangga = 25.000 rumah tangga. Gambar bawah menunjukan komposisi yang lebih kecil yang hanya mengambil rumah tangga yang betul-betul menggunakan atau menghidupkan pesawat televisi dalam hal ini adalah 80 + 100 + 40 rumah tangga atau total sebanyak 220 rumah tangga yang menggunakan pesawat televisi. Jumlah 220 rumah tangga ini kemudian dianggap sebagai 100 persen. Dengan demikian Program A yang ditonton oleh 100 rumah tangga memiliki audience share sebanyak 100 : 220 yaitu 0.445. Angka ini kemudian dibulatkan menjadi 45. Dengan perhitungan ini maka masing-masing program memiliki nilai yang lebih tinggi.

GAMBAR KONSEP RATING

2012

Dosen

5

Andi Fachruddin MSi

Mata Kuliah Programing TV http://www.mercubuana.ac.id

Total rating pengguna TV = 55 Program A rating = 25 Menonton program A 100 HH Menonton program selain A dan B 80HH

Menonton program B 40 HH

Program B rating = 10

Tidak menjawab 180 HH Bagian ini juga dimasukkan dalam penghitungan rating

Share A 45% Share lainnya 36%

Share B 18%

Pengumpulan Data Terdapat tiga metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk menentukan rating program siaran yaitu masing-masing: menggunakan catatan (diary), menggunakan alat pemantau (people meter), Telephone Coincidental Method, Telephone Recall, dan Wawancara Langsung. Kita akan membahas masing-masing cara tersebut satu per satu. 1. Menggunakan Catatan (diary). Dalam cara ini, peneliti memberikan kertas isian (formulir) yang harus diisi oleh seorang responden yang mewakili satu rumah tangga. Responden harus mencatat penggunaan pesawat televisi atau radio di rumah setiap harinya. Untuk televisi, responden diminta untuk tidak hanya mencatat program televisi apa saja yang ditonton tetapi juga informasi demografis mengenai seluruh anggota keluarga di rumah tangga itu (misalnya jenis kelamin, umur dan lain lain) termasuk juga tamu atau tetangga yang ikut menonton di rumah. Untuk radio, responden diminta untuk mencatat waktu mendengarkan radio dan stasiun radio yang didengar. Catatan juga termasuk kebiasaan mendengar radio di luar rumah atau selama berada di rumah. Seluruh catatan itu berlaku untuk periode waktu satu minggu.

2012

Dosen

6

Andi Fachruddin MSi

Mata Kuliah Programing TV http://www.mercubuana.ac.id

2. Alat Pemantau. Suatu alat pemantau (people meter atau recordimeter) yang dipasang pada pesawat televisi dapat mencatat informasi mengenai program tayangan yang ditonton suatu rumah tangga secara lengkap dan menyeluruh. Perusahaan riset media Nielsen sebagai pelopor penggunaan peralatan ini telah mengembangkan suatu sistem pemantauan dan pelaporan yang dapat memberikan laporan yang bersifat seketika. Untuk melakukan rating secara nasional (National Television Index), Nielsen menghubungkan setiap alat pemantau pada setiap rumah tangga di suatu wilayah ke sebuah

komputer

yang

disebut

Storage

Instantaneous

Audimeter.

Alat

ini

mengumpulkan data yang diterima dari people meter berdasarkan kegiatan menonton televisi pada setiap rumah tangga yang dipasangi alat tersebut. Dengan cara seperti ini, data dapat dihimpun secara tepat misalnya informasi mengenai perpindahan dari satu program ke program lainnya, begitu pula kapan suatu rumah tangga menggunakan televisinya atau mematikannya. Kelemahan alat pemantau ini adalah tidak dapat memberikan data mengenai komposisi audien, selain itu alat ini juga tidak dapat memberikan data apakah audien betul-betul tengah menonton ketika pesawat televisi tengah dihidupkan. Untuk mengatasi kelemahan ini, selain dengan people meter, Nielsen juga melengkapi rumah tangga responden dengan catatan (diary) yang diletakkan di atas pesawat televisi. Responden diminta untuk mengisi catatan ini pada setiap setengah jam waktu penayangan televisi. 3. Telephone Coincidental Method. Melalui metode penelitian Telephone Coincidental Method (TCM) ini, peneliti menghubungi responden melalui telepon dengan syarat responden yang dihubungi saat itu harus tengah menonton televisi atau mendengarkan radio. Metode ini disebut dengan coincidental yang

berarti ‘kebetulan’ karena kegiatan menonton televisi

atau

mendengarkan radio bersamaan atau berbarengan dengan wawancara oleh peneliti mengenai program tayangan yang tengah diikuti saat itu. Dengan demikian pendapat atau jawaban yang disampaikan akan lebih spontan sehingga terhindar dari jawaban yang berpura-pura atau pendapat yang disampaikan berdasarkan ingatan saja. Pada saat menghubungi responden, pertanyaan pertama yang diajukan peneliti adalah apakah responden saat itu tengah menonton televisi atau mendengarkan radio; jika jawabannya ‘ya’ maka pertanyaan selanjutnya adalah stasiun televisi atau radio apa yang tengah diikuti saat itu dan siapa saja yang ikut mendengarkan. Melalui metode ini peneliti harus melakukan cukup banyak panggilan telepon karena tidak setiap responden secara kebetulan tengah mengikuti suatu program siaran. Banyaknya panggilan telepon yang harus dilakukan merupakan salah satu kelemahan metode ini. Kelemahan lainnya adalah mengenai waktu menelepon karena terkadang 2012

Dosen

7

Andi Fachruddin MSi

Mata Kuliah Programing TV http://www.mercubuana.ac.id

tidaklah memungkinkan menghubungi responden pada jam 22.30 pada malam hari atau jam 08.00 pada pagi hari. Teknik TCM ini cukup banyak digunakan namun perusahaan rating saat ini sudah jarang menggunakan metode ini untuk tujuan penelitian rating reguler. 4. Telephone Recall. Wawancara biasa melalui telepon (telephone recall) memiliki kelemahan pada keterbatasan ingatan responden. Responden memberikan jawabanya berdasarkan ingatannya terhadap apa saja yang telah ditontonnya di televisi atau apa saja yang didengarnya di radio. Namun kelemahan ini dapat dikurangi dengan melakukan wawancara telepon setiap hari selama periode waktu tertentu, misalnya satu minggu. Dengan cara ini maka peneliti bisa mendapatkan pola tontonan responden selama satu minggu dan sekaligus mengurangi kesalahan (error) atas ingatan responden. 5. Wawancara Langsung. Teknik wawancara pribadi secara langsung atau personal interview dengan cara mendatangi rumah responden secara door-to-door, berdasarkan probability samples, saat ini sudah mulai ditinggalkan yang disebabkan kemungkinan timbulnya gangguan terhadap kenyamanan responden. Selain itu, di pihak peneliti, ada keengganan untuk mengetuk pintu rumah responden yang tidak dikenalnya sama sekali, di wilayah yang mungkin tidak terlalu dikenalnya. Namun demikian, wawancara pribadi berdasarkan nonprobability samples (sering juga disebut dengan istilah purposive samples) sering digunakan dalam penelitian bukan rating. Dalam hal ini, peneliti mewawancarai responden di berbagai tempat keramaian misalnya di jalan yang ramai atau pusat perbelanjaan, bisa juga pada pemberhentian lampu merah untuk mengetahui program radio apa yang tengah didengar pengendara kendaraan roda empat. Namun demikian, metode ini memiliki kelemahan karena hasilnya tidak mencerminkan keseluruhan populasi masyarakat.

2012

Dosen

8

Andi Fachruddin MSi

Mata Kuliah Programing TV http://www.mercubuana.ac.id

Daftar Pustaka Andi Fachruddin, 2012, Dasar-dasar Produksi, Jakarta, Kencana Prenada Media Andi Fachruddin, 2015, Manajemen Pertelevisian Modern, Yogyakarta, Andi Offset.

2012

Dosen

9

Andi Fachruddin MSi

Mata Kuliah Programing TV http://www.mercubuana.ac.id

View more...

Comments

Copyright � 2017 NANOPDF Inc.
SUPPORT NANOPDF