Operasional Stasiun Penyiaran

January 8, 2018 | Author: Anonymous | Category: Seni & Humaniora, Communications, Iklan
Share Embed Donate


Short Description

Download Operasional Stasiun Penyiaran...

Description

MODUL PERKULIAHAN

Operasional Stasiun Penyiaran Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas

Program Studi

Disini diisi Fakultas penerbit Modul

Program Studi

Tatap Muka

Kode MK

Disusun Oleh

04

MK10230

ANDI FACHRUDIN, MSI.

Abstract

Kompetensi

Petunjuk Penggunaan Template Modul Standar untuk digunakan dalam modul perkuliahan Universitas Mercu Buana

Dosen Penyusun dapat menerapkan dan menggunakan template modul standar untuk modul-modul yang akan dipergunakannya

Direktorat Programming & Produksi Divisi Programming Divisi programming memiliki tanggung jawab merancang perencanaan dan strategi yang tepat untuk menciptakan penonton loyal. Pada dasarnya penonton loyal atau existing audience selalu setia terhadap program tertentu, bukan loyal terhadap stasiun televisi. Penonton selalu bersifat cair bergerak dinamis dipengaruhi oleh variabel culture, perubahan sosial, perkembangan teknologi, trend dan kebijakan pemerintah. Programming harus mampu mengkombinasikan variabel tersebut menjadi follower mainstream penonton yang sudah ada atau pendobrak selera penonton (pionir). Sehingga peran programming sangat vital dalam menyusun strategi untuk bersaing menarik simpati penonton loyal. Struktur organisasi direktorat programing setiap stasiun televisi berbeda-beda dan umumnya tidak ada standar yang baku. Beberapa unsur penting yang menjadi dasar menentukan bentuk struktur direktorat programing adalah; 1. Bentuk lembaga penyiaran sesuai Undang-undang no. 32/2002 tentang penyiaran. Lembaga penyiaran publik TVRI memiliki pendekatan birokrat dimana tanggung jawab manajemen tingkat atas, menengah dan bawah berkaitan dengan pelayanan penyiaran kepada publik, sehingga operasionalisasi program dan news/sport berada satu direktorat, tidak ada fokus penajaman program hiburan. 2. Stasiun televisi berformat khusus akan memiliki struktur yang berbeda-beda, apalagi dibandingkan dengan televisi bersiaran umum. Seperti televisi berformat news, sport, musik, cuaca dan lain sebagainya. 3. Skala usaha pemilik media televisi mempengaruhi struktur organisasi stasiun televisi. Pengusaha yang memiliki lini utama bisnisnya media televisi akan berbeda visi dengan pengusaha yang memiliki media televisi sebagai alat kekuatan dan kepentingan politiknya. 4. Besar kecilnya stasiun televisi juga akan menyesuaikan struktur organisasi direktorat programing.

Programe Planning & Scheduling Departement Merencanakan (planning) dan menata (scheduling) program harus sesuai dengan visi stasiun televisi yaitu mencapai tujuan umum (goals) dan melaksanakan misi stasiun televisi yang telah disepakti oleh pihak pemangku kepentingan (stakeholder) dan dewan direksi. Departemen perencanaan dan penjadwalan program bertanggung jawab atas ide dan 2012

pengembangan

2

desain

Dosen Andi Fachruddin MSi

pola

acara,

hingga

identifikasi

Operasional Stasiun Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id

materi

siaran

untuk

dikelompokkan

dalam

penjadwalan

berdasarkan

kebijakan

perusahaan

dan

tidak

bertentangan dengan P3SPS KPI. Perencanaan Program Perencanaan program mencakup pekerjaan mempersiapkan rencana jangka pendek, menengah, dan jangka panjang yang memungkinkan stasiun televisi untuk merealisasikan

tujuan

penyiaran

program

dan

target

pencapaian

keuntungannya.

Bagaimana mengatur alokasi waktu penyiaran program televisi dalam sehari, seminggu, sebulan hingga setahun, dengan program yang difokuskan pada pemilihan format siaran secara umum dan program siaran yang dapat menarik dan memuaskan kebutuhan demografi penonton tertentu. Pada industri televisi di Indonesia saat ini, bagi planner dan programmer yang terpenting orientasi programnya harus earning (menghasilkan) bukan spending. Maka pola acara stasiun televisi swasta di Indonesia pada umumnya mengikuti mainstream yang dimainkan “pemain lama”. Bagi stasiun televisi dengan format khusus (berita, musik, dan lain-lain) atau stasiun televisi yang hadir belakangan, planner dan programmer-nya sangat tertantang untuk merubah mainstream penonton yang sudah on the way. Pengelola stasiun televisi harus selalu berkomitmen bahwa waktu siaran, bernilai penting setiap detiknya dan harus menggunakan setiap detik siaran itu dengan memberdayakan kemampuannya,

agar merancang program-program yang mampu

menjangkau pemirsa, maka setiap stasiun televisi berkompetisi untuk merebut waktu penonton agar mau menyaksikan program yang disuguhkan. Merencanakan program dalam suatu pola acara harus melalui pertimbangan yang matang. Beberapa hal yang akan mempengaruhi keputusan planner dalam merencanakan program seperti berikut ini; 1. Peta persaingan stasiun televisi. 2. Ketersediaan penonton, kebiasaan penonton, aliran penonton, ketertarikan penonton. 3. Ketertarikan pemasang iklan dapat dikoordinasikan dengan direktorat sales dan marketing yang instens berinteraksi langsung dengan klien. 4. Ketersedian anggaran stasiun televisi sebagian besar akan diprioritaskan untuk direktorat programing dan produksi. Penjadwalan/menata Program Penjadwalan program adalah kegiatan meletakkan, menyusun program, panduan running time (masa putar), perubahan jadwal siaran dan frekuensi siaran setiap program pada suatu pola acara yang telah disepakati manajemen melalui bagian perencanaan program. Prinsip yang wajib diperhatikan dan diperhitungkan oleh penata program stasiun televisi adalah; 1. Program harus bervariatif. 2012

3

Dosen Andi Fachruddin MSi

Operasional Stasiun Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id

2. Program harus mengikat penonton. 3. Urutan siaran tidak monoton. 4. Perlu program kejutan. 5. Pola Acara Siaran baku tidak berubah-ubah. 6. Penyiaran promosi program harus tepat waktu. 7. Sasaran/target program harus jelas. 8. Tanggap terhadap feedback/respond penonton. 9. Dapat membentuk opini penonton. 10. Program dapat bersaing dengan kompetitor

Departemen Akuisisi Stasiun televisi sebagai organisasi penyiaran (broadcasting) dalam operasional jasa layanan siaran pada hakekatnya berperan menyiarkan program-program out house/ canned product (siap siar) yang informatif dan menghibur penonton. Didukung pula berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis sebagian besar stasiun televisi melakukan pembelian (canned product) untuk mengisi slot program siarannya. Hal tersebut juga berdasarkan analisa penelitian yang dilakukan Nielsen Audience Measurement bahwa program-program canned product beberapa periode dominan meraih top line rating/share program atau mendominasi sepuluh besar rating/share program hingga saat ini. Program canned product dipilih sebagai upaya efektifitas kru, maintenance peralatan lebih ringan dan kecepatan dalam menyiapkan bahan siaran akan lebih menguntungkan stasiun televisi membeli kepada production house serta distributor film. Namun beberapa program in house juga dipilih dari pada membeli oleh divisi programming dan produksi karena setelah dieksekusi ternyata lebih murah dan efektif, jadi tergantung kepiawaian para programer dalam manejemen strategi programming. Perencanaan program canned product, prosedur pengadaan, pemilihan dan pembelian seluruh format program siaran televisi menjadi tanggung jawab departemen akuisisi. Program canned product selain dibeli akuisisi juga bisa berwujud barter, revenue sharing dan pemberian cuma-cuma untuk ditayangkan oleh stasiun televisi, tetapi hal ini jarang terjadi pada stasiun televisi swasta yang besar. Akuisisi Dalam Negeri Materi siaran dalam negeri akan mudah didapat, karena selain penawaran yang akan terus mengalir dari distributor dalam negeri. Tentu pihak production house maupun produser pemilik program tersebut akan berupaya menawarkan program hasil karyanya untuk dibeli dan disiarkan pada stasiun televisi. Hal ini tentunya akan memudahkan bagian akuisisi untuk memilih, selain itu juga selera audiennya akan lebih cocok karena sesuai dengan karakter ataupun budaya bangsa.

2012

4

Dosen Andi Fachruddin MSi

Operasional Stasiun Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id

Program sinetron merupakan produk production house di Indonesia selain infotaiment, reality show, kuis, game show dan lain-lain. Sejak kelesuan industri film dalam negeri, mainstream yang terbentuk pada penonton adalah tontonan sinetron. Proses pembelian sinetron dari production house dengan film Indonesia dari distributor film berbeda sentuhannya. Kalau film diproduksi targetnya penonton theater sebagai dasar pementasan budaya dan kreasi seni sekelompok seniman tentang suatu cerita yang memiliki nilai jual dalam industri film. Sedangkan sinetron harus terkait isu hangat, trend yang berkembang, selera audien, dan target marketnya. Setiap cerita sinetron lebih menonjolkan kisah ringan yang menjadi top issue lalu dikombinasikan penampilan dan popularitas aktrisnya. Bahkan sinetron berhasil memikat audien karena didukung dengan strategi stripping yang diterapkan pengelola program televisi. Akuisisi Luar Negeri Sedangkan untuk memilih program asing bisa juga didapat dari distributor dalam negeri yang memang menawarkannya, atau distributor asing yang datang ke Indonesia langsung maupun tidak langsung (penawaran melalui fax/internet). Namun untuk mendapatkan pilihan yang banyak/bervariasi, program-program baru dan menambah wawasan. Beberapa stasiun televisi secara rutin selalu mengirim pimpinan/staf akusisi untuk melakukan kunjungan langsung pada beberapa festival film internasional (pameran). Festival-festival film tersebut sebagai ajang rutin distributor film mempromosikan program dan pengelola program televisi untuk memilih programnya. Contoh festival film yang hingga saat ini masih berlangsung setiap tahun adalah; MIP-TV Cannes Perancis, MIP Asia Hongkong, LA Screening (USA), Venesuela Film Festival dan lain sebagainya. Acara ini merupakan pertemuan dimana berbagai program televisi yang tengah populer seperti paket-paket film, drama, komedi hingga telenovela ditawarkan kepada stasiun televisi dengan cara membeli langsung. Film Manajemen Akuisisi lokal dan impor bertugas mengolah, memilih, dan

mendokumentasikan

materi film, sedangkan sistem kepustakaan untuk siaran dan proses negosiasi, pembayaran serta kontrak pembelian film dengan distributor menjadi tanggung jawab film manajemen. Seorang programe acquisition departemen head akan merencanakan program pengadaan bahan siaran melalui distributor yang ada di Indonesia, luar negeri atau menghadiri market/festival film internasional. Materi format program dan film/sinetron apa yang dibutuhkan berdasarkan pola acara yang telah dibuat? Berapa banyak materi film yang akan dibeli? Selanjutnya mendaftar untuk menghadiri market film atau festival film internasional. Departemen akuisisi program bisa juga mengunjungi distributor film impor Hollywood di Singapura kapan saja, karena memiliki kantor perwakilannya. Selain lokasinya dekat, melakukan negosiasi ke distributor film tersebut alternatif pilihan karena kualitasnya 2012

5

Dosen Andi Fachruddin MSi

Operasional Stasiun Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id

terjamin. Pengelola akuisisi dan film manajemen selalu berkoordinasi dalam merundingkan dan membeli program dengan harga yang relevan sesuai plafon anggaran yang dimiliki dan memproses kontrak pembelian atau license agreement.

Departemen Riset dan Pengembangan Saat ini persaingan di dunia pertelevisian semakin ketat, kedepan masih ada 270 permohonan ijin mendirikan televisi di KPI yang belum direkomendasikan. Kondisi demikian mengharuskan stasiun televisi berlomba-lomba memasang acara yang menarik banyak penonton. Dalam hal ini, stasiun televisi berusaha untuk meningkatkan rating dan share, dengan memperhatikan biaya produksi serta performance program kompetitor yang menjadi trendsetter. Proses menganalisa keunggulan kompetitor dan kelemahan program internal dengan memprediksi kemungkinan peluang unggul pada segmen tertentu atau melalui strategi programming yang berbeda, sangat dibutuhkan departemen programing melalui parameter rating dan share yang difasilitasi oleh Nielsen Audience Measurement. Berkaitan dengan persaingan yang demikian ketat pada industri media televisi, peringkat program atau rating sebagai bagian dari neoliberal untuk mendapatkan evaluasi tercepat tentang produknya, bagi stasiun televisi komersial menjadi sangat penting. Nielsen Audience Measurement menyediakan jasa penelitian pemeringkatan progam (rating) kepada media televisi dengan mengeluarkan laporan rutin mengenai program apa saja yang menjadi unggulan dan tidak diunggulkan lagi. Stasiun televisi membutuhkan rating sebagai mata uang yang berlaku umum, karena pemasang iklan, biro iklan, media planner, media buyer, production house sebagai pendapatan utama untuk kelangsungan hidupnya ingin mengetahui perform penonton televisi dan program apa yang paling banyak ditonton orang. Riset Rating Riset dengan peoplemeter saat ini terbatas pada pengukuran kepemirsaan dirumah dengan pengukur Base Unit yang terpasang pada setiap perangkat televisi di rumah. Pengunaan peoplemeter didunia juga sangat mendominasi. Dengan keuntungan utama bagi komunikasi periklanan adalah metode ini menghasilkan pengukuran kepemirsaan yang sangat terperinci. (menit per menit bahkan detik per detik) sepanjang 24 jam sehari dan 365 hari setahun dan dianggap netral tanpa metodologi wawancara. Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan tentang riset rating adalah : 1. Riset rating yang diberikan Nielsen Audience Measurement tidak mewakili seluruh jumlah penduduk Indonesia secara nasional. Namun hanya mengambil wilayah yang berdasarkan mekanisme pasar sebagai daerah potensial dominan perputaran bisnis.

2012

6

Dosen Andi Fachruddin MSi

Operasional Stasiun Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id

2. Hingga saat ini sample Nielsen Audience Measurement yang beredar ada pada 11 kota dengan televisi terrestrial dan hanya Jakarta untuk televisi berlangganan. 3. Demografi diambil berdasarkan metodologi yang sistematis, namun dari jumlah sample di 11 kota sebanyak 8736 sample individu, sample Jakarta dominan 2080 sample. Sehingga konten program yang memiliki rating tinggi mengikuti sentralistik dari Jakarta. Sementara populasi diluar kota besar diabaikan karena dianggap tidak potensial. 4. Riset rating menyediakan estimasi penonton televisi setiap menit berdasarkan audien yang menekan tombol handset (yang diberikan Nielsen Audience Measurement) didalam rumah tangga (kuantitatif). Bukan menjawab alasan audien mengapa menonton televisi atau program tertentu (kualitatif). 5. Keakuratan data siaran program televisi disesuaikan dengan jam tayang terjamin, karena mengunakan tahap monitoring selama 24 jam dengan TV EVENT. Sehingga klien Nielsen Audience Measurement mendapatkan kepastian rating program sesuai dengan judul, total durasi dan rating yang tepat. 6. Hasil rating dari pengukuran elektronik berlangsung sangat cepat sehari setelah penayangan (on-line daily), sehingga menjadikan layanan rating semakin dibutuhkan oleh operator televisi, pengiklan dan agen periklanan. Hal ini menyebabkan rating sebagai mata uang yang berlaku umum makin kokoh mendulang emas bagi pemenang kompetisi neoliberal di media televisi. 7. Informasi harga iklan dikombinasikan dengan setiap ratecard stasiun televisi yang di up date setiap bulannya. Dengan pengukuran berdasarkan Cost per rating point (CPRP), maka setiap stasiun televisi, pengiklan dan agen periklanan dapat efektif mengetahui jumlah audien iklan pada program televisinya. Namun laporan pengeluaran iklan tersebut berdasarkan nilai kotor (gross) bukan nilai bersih (nett) dari belanja iklan televisi. Sehingga stasiun televisi semakin gencar menguasai iklan walaupun pendapatannya tidak persis seperti yang dilaporkan Nielsen Audience Measurement. Sedangkan program yang mendapatkan rating tinggi memiliki potensi dilirik iklan, namun program tersebut belum tentu program yang berkualitas atau sesuai dengan harapan membangun kompetisi media televisi yang mengajarkan nilai-nilai budaya bangsa. Riset Non Rating Bagian penelitian dan pengembangan membutuhkan informasi untuk mengetahui sikap (attitude dan behavior) penonton terhadap evaluasi program yang telah ditayangkan serta pilot program melalui riset rating dan riset non rating. Stasiun televisi swasta sangat membutuhkan parameter rating/share dari Nielsen Audience Measurement. Namun bukan berarti mengabaikan riset non rating. Bagi industri, potensi bisnis harus dikelola semaksimal mungkin. Maka stasiun televisi swasta bisa

2012

7

Dosen Andi Fachruddin MSi

Operasional Stasiun Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id

melakukan riset non rating diluar wilayah sampel yang diukur oleh Nielsen Audience Measurement. Metode penelitian apapun yang dilakukan oleh bagian penelitian dan pengembangan secara mandiri atau bekerjasama dengan lembaga riset dan perguruan tinggi, akan membantu stasiun televisi menghasilkan perencanaan program yang sesuai dengan selera penonton, program yang berkualitas, dan meningkatkan citra perusahaan. Berikut ini beberapa metode penelitian yang lazim dilakukan oleh stasiun televisi ialah : 1. Metode Survey (Questioner). Penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Agar penelitian berjalan sukses dan memudahkan untuk dianalisa dalam pengambilan keputusan, pertanyaan kuesioner terdiri identitas responden seperti; jenis kelamin, usia, profesi, tingkat pendapatan, dan lain-lain. Selanjutnya pertanyaan tentang isi konten program televisi berupa pertanyaan tertutup dan terbuka. 2. Metode Focus Group Discustion (FGD). Adapun bentuk penelitian ini dengan mengumpulkan sejumlah responden yang membahas berbagai aspek dari suatu program yang ingin diketahui. Dengan diskusi yang dilakukan pada kelompok tersebut, maka dapat diketahui perkiraan program seperti apa yang diharapkan serta pandanganpandangan oleh penonton terhadap penilaian program. 3. Metode Mini Theater Test. Penelitian seperti ini biasanya untuk mengetahui tanggapan penonton tentang suatu pilot program. Ataupun bila sudah disiarkan ingin mengetahui kelemahan atau kelebihan dari konsep acara yang telah disiarkan. Bentuknya dengan mengundang sekelompok responden untuk hadir pada suatu studio mini yang telah disiapkan dengan peralatan khusus untuk menganalisa program apakah bagus sekali sampai buruk. 4. Metode Telephone Research. Penelitian ini biasanya untuk mengukur tingkat daya tarik suatu program dalam waktu yang cepat. Dengan memberikan kuesioner terlebih dahulu dapat lebih mendalam mengetahui selera dari penonton. Atau dapat pula hanya melakukan pemisahan wilayah secara acak untuk mengambil responden dan menanyakan melalui telepon tentang suatu program yang ditontonnya. Kelemahan dari penelitian ini tidak dapat diketahui secara langsung reaksi spontan dari responden. 5. Metode Diary Research. Cara melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui selera penonton, dengan memberikan buku (diary) kepada sampel untuk diisi setiap harinya; menonton program dan televisi apa saja. Termasuk komentar yang ingin disampaikan dapat ditulis, yang ditetapkan satu lembar untuk satu hari. Selama satu bulan buku tersebut dapat diambil dan diganti dengan yang baru. Demikianlah seterusnya sehingga dapat dianalisa apa sebenarnya selera penonton pada wilayah tersentu.

2012

8

Dosen Andi Fachruddin MSi

Operasional Stasiun Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id

Departemen Promo Program Promosi adalah aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa promosi adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan informasi atau berkomunikasi antara penjual dan pembeli potensial yang besifat menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran untuk menciptakan permintaan atas produk barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Bagian promo program pada stasiun televisi bertugas melakukan kegiatan informatif untuk mempertahankan penonton, prestise, menarik perhatian penonton baru, simpati dan sekaligus mengundang pemasang iklan. Pengelola program membutuhkan penonton sebagai target sasaran dan pemasang iklan sebagai klien. Promosi program akan membujuk penonton untuk menyaksikan program-program yang ditayangkan, meningkatkan kesadaran atas atribut program, membangun citra dan sekaligus menarik perhatian klien untuk membeli televisi commercial dan air time yang disediakan stasiun televisi. Program yang berkualitas dan sangat bagus, tanpa dukungan promosi yang gencar tak akan bisa mencapai target yang rencanakan. Peran promosi merupakan kegiatan yang sangat penting diakui para ahli dan pelaku bisnis terkenal. Termasuk stasiun televisi sebagai media massa, tak terkecuali sangat membutuhkan media promosi dari seluruh variabel yang ada. Mencermati persaingan yang begitu ketat, pada era konvergensi media dan teknologi informasi, kegiatan promosi merupakan satu kesatuan yang terintegrasi saling melengkapi untuk mencapai goal yang diinginkan. Media televisi dapat menggunakan beragam metode promosi sebagai upaya untuk mencapai target promosinya. Metode promosi yang digunakan sangat tergantung dari besarnya organisasi stasiun televisi yang didukung oleh kekuatan modal. Promo on air Maksud dari promosi on air adalah seluruh bentuk promosi program yang dilakukan oleh stasiun televisi dengan mengunakan fasilitas layar televisinya sendiri. Beberapa bentuk promosi program yang lazim ditayangkan stasiun televisi seperti berikut ini; 1. Trailer. Rangkaian cuplikan-cuplikan program yang dikemas secara ringkas sesuai alur program yang sebenarnya. Digabungkan dengan narasi yang memiliki daya tarik pada identitas program. Contohnya; trailer film action, sinetron, program berita, talk show, variety show dan lain sebagainya. 2. Trailer biasanya dijadwalkan siaran paling lama 1 bulan sebelumnya, sedangkan paling dekat adalah beberapa jam sebelum ditayangkan. Namun biasanya paling gencar ditayangkan 1 hari sebelumnya. Jadwal penayangan akan direncanakan oleh bagian 2012

9

Dosen Andi Fachruddin MSi

Operasional Stasiun Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id

planning dan scheduling. Atau in a case bila terjadi gangguan operasional suatu program, sebagai alternatif master control bisa menayangkan promo program. 3. Tag on. Promosi program yang berbentuk still photo, bukan gambar bergerak. Biasanya ini hanya berupa informasi atau apapun yang tidak ada audio visualnya. Contohnya promo program yang akan on air selanjutnya secara detail termasuk nomor surat tanda lulus sensor (STLS) ditampilkan. 4. Running text. Promosi program tercetak/tertulis yang ditampilkan dibagian paling bawah layar televisi yang berputar secara bergantian dengan informasi lainnya. Hal ini biasanya merupakan kebijakan stasiun televisi untuk memberikan pesan singkat tersebut. 5. Supper impose. Promosi program yang biasanya ditampilkan dalam layar televisi secara mendadak, beberapa detik dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Bisa ditampilkan sebelum program dimulai untuk mengingatkan ataupun ketika program sedang berlangsung untuk menginformasikan penonton yang baru bergabung. 6. Treaser. Cuplikan-cuplikan adegan film yang paling menarik. Treaser hanya 1 s/d 5 detik saja, tidak perlu didubbing ataupun diproduksi seperti halnya trailer. Treaser biasanya hanya ada pada film-film cerita ataupun sinetron, yang segaja dibuat oleh produsernya. Treaser disiarkan biasanya hanya pada saat program film itu sedang berlangsung. Yaitu menjelang commersial break, bumper in, bumper out. Agar audien tetap terjaga/tergoda untuk tidak mengubah saluran televisinya. 7. Station ID. Stasiun televisi harus menayangkan bumper berupa promo logo dengan jinggle yang khas dalam waktu-waktu tertentu. Bumper logo merupakan citra audio visual yang mengidentifikasikan suatu media penyiaran. Promosi logo biasanya dilakukan setelah berakhirnya suatu program untuk menuju ke program selanjutnya. Promo off air Promo ini adalah promosi program televisi yang tidak mengunakan layar televisi sebagai media promosinya, tetapi bagian promo memasang iklan. Hal ini perlu dilakukan untuk meramaikan persaingan dengan kompetitor. Karena stasiun televisi yang memiliki wilayah siaran dengan bentuk program yang tidak jauh berbeda, akan menyulitkan audien mengingatnya apabila pengelola program tidak gencar mempromosikannya. Oleh sebab itu memanfaatkan media selain televisi adalah jalan keluar yang tepat untuk memenangkan persaingan tersebut. Karena program yang berkualitas seperti apapun tidak akan sukses tanpa promosi yang sukses juga. Ada beberapa bentuk promo off air, sebagai berikut; 1. Media cetak. Promo program televisi dalam bentuk gambar, tulisan sinopsis dan jadwal siaran seharian yang ditampilkan pada lembar koran, tabloid ataupun majalah. Jumlah media cetak yang banyak akan memudahkan pengelola program untuk mempromosikan programnya. Hanya saja stasiun televisi harus menyesuaikan audien sasarannya dengan karakter media cetak yang ingin dijadikan lokasi promosinya. Apabila sasaran 2012

10

Dosen Andi Fachruddin MSi

Operasional Stasiun Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id

audiennya kelas menengah ke atas maka media cetak yang tepat haruslah Kompas, Seputar Indonesia, Media Indonesia, Jawa Pos dan lain-lain sebagainya. Majalah bisnis, investasi dan perdagangan juga tepat karena konsumennya key opinion leader yaitu para pengambil keputusan. 2. Internet. Promo program televisi dalam bentuk animasi, website (ruang maya), ataupun pengumuman/statement, yang berada didalam format dunia maya/internet. Biasanya setiap stasiun televisi memanfaatkan web site instansi masing-masing sebagai sarana untuk mempromosikan seluruh komponen yang milikinya. Dari company profile, penerimaan SDM hingga promosi program secara maksimal. Website juga bisa digunakan sebagai produk komersial oleh pemasang iklan, seperti; www.tvri.com, www.metronews.com, www.kompasnews.com, dan lain-lain.

Hal ini sesuai dengan

kemajuan teknologi dimana internet mempunyai peranan penting sebagai sarana komunikasi sehari-hari yang diandalkan karena sangat efisien dan efektif. 3. Billboard. Bagi media televisi papan reklame luar ruang atau billboard memiliki beberapa keunggulan jika digunakan sebagai medium untuk beriklan. Keuntungan billboard sebagai medium iklan antara lain dalam hal ukurannya yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan serta dapat ditambah dengan efek-efek khusus seperti efek cahaya, gelombang, gerakan berputar dan sebagainya. Billboard sangat bermanfaat sebagai medium untuk iklan media televisi, jika ditempatkan di lokasi di pinggir jalan dengan lalu lintas ramai yang sering macet. Media televisi dapat memanfaatkan billboard untuk menampilkan logo, slogan, wajah penyiar dan program unggulan. Hal ini disebabkan pesan yang disampaikan akan segera menggerakkan pengguna kendaraan untuk mencari stasiun televisi yang dimaksud. Billboard juga berfungsi untuk mengingatkan orang di jalan raya untuk tidak lupa menonton program yang dipromosikan itu, setelah mereka sampai di manapun untuk segera menyaksikannya.

Gambar. Billboard Stasiun Televisi

2012

11

Dosen Andi Fachruddin MSi

Operasional Stasiun Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id

4. Display Transit. Media televisi dapat menggunakan terminal atau pelabuhan untuk beriklan. Stasiun televisi dapat memasang display atau poster di bandara udara, stasiun kereta api atau terminal bis. Kendaraan taksi atau badan bis kota juga sering digunakan untuk promosi bagi media televisi. Promosi program terkadang juga dimuat dalam kendaraan umum, baik bis maupun kereta api, sehingga dengan penumpang yang jumlahnya lebih kecil, akan menjadikan pusat perhatian yang efektif dibandingkan ditempat lain yang lebih besar jumlah orangnya. 5. Pameran. Promosi melalui pameran disukai media televisi dan khalayak karena bisa berinteraksi langsung. Event pameran media penyiaran yang resmi (regular) ataupun media televisi menyelenggarakan sendiri, merupakan sarana promosi yang efektif meningkatkan citra. 6. Event CSR (corporate service responsibility). Berbagai kegiatan dapat dilakukan dalam kegiatan pelayanan masyarakat, misalnya; pengobatan gratis, pemberian sembako, mengadakan bazar, turut serta dalam kegiatan amal atau kegiatan penggalangan dana. Bagian

promo

bisa

berkoordinasi

dengan

manager

berita

untuk

mengirim

reporter/presenter, staf, kameramen untuk turut serta berpartisipasi. 7. Pamflet/brosur. Promo selebaran yang mempublikasikan program televisi yang menjadi unggulan ataupun spektakuler, dengan cara membagi-bagikan pada masyarakat. Biasanya pamflet/brosur diandalkan untuk mengundang audien datang seketika (program yang mengandalkan audien aktif) misalnya ketika sedang berlangsung suatu produksi program televisi yang umumya live. 8. Spanduk. Promosi program televisi yang dipajang dilokasi-lokasi strategis (dilihat penonton sasaran) untuk mempublikasikan program televisi yang biasanya menjadi unggulan. Spanduk juga dimanfaatkan oleh pengelola program untuk mempromosikan program yang pada umumnya live. 9. Standing Banner dan Stiker. Standing banner merupakan bentuk promosi yang dibutuhkan selain informatif dan persuasif juga untuk mempercantik lobi, ruang kerja, lokasi pameran, seminar dan lain-lain. Isi pesan promosi program juga bisa dikaitkan dengan event workshop yang sedang dilaksanakan. Stiker promosi program biasanya dipasang pada lift dan ruang penerimaan tamu bagian promosi, humas, marketing dan mobil operasional.

2012

12

Dosen Andi Fachruddin MSi

Operasional Stasiun Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id

Daftar Pustaka Fachruddin, Andi. 2010. Dasar-dasar Penyiaran, Jakarta: Kencana Prenada Media. Fachruddin, Andi. 2016. Manajemen Pertelevisian Modern, Yogyakarta: Andi Offset.

2012

13

Dosen Andi Fachruddin MSi

Operasional Stasiun Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id

View more...

Comments

Copyright � 2017 NANOPDF Inc.
SUPPORT NANOPDF