kajian aspek strategis: kontroversi pemicu semburan lumpur panas

January 9, 2018 | Author: Anonymous | Category: Ilmu, Ilmu kebumian, Seismologi
Share Embed Donate


Short Description

Download kajian aspek strategis: kontroversi pemicu semburan lumpur panas...

Description

KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUMPUR PANAS SIDOARJO “WAR-GAME” DEBAT LUPSI

DIPICU GEMPABUMI ATAU PEMBORAN DI PERTEMUAN INTERNASIONAL AAPG, 30 OKTOBER 2008 2008,, CAPE TOWN -

AFRIKA SELATAN Proses-Pendekatan Pendekatan Dan Pengkajian ‘War ‘War-Game’ Debat ebat Lusi

Dikontribusikan Oleh: Dr. Ir. Hardi Prasetyo (Wakil Kepala Bapel BPLS) TAHUN 2012

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

DAFTAR ISI BAGIAN I PENDAHULUAN

BAGIAN II POTRET KONDISI SAAT INI DAN ISU AKTUAL/KRITIS

BAGIAN III DARI SIDOARJO, JATIM KE CAPE TOWN, AFRIKA SELATAN: MENYONGSONG DEBAT LUPSI

BAGIAN IV STUDI KASUS SOSIALISASI KUBU ’PEMBORAN’ KEPADA PUBLIK

BAGIAN V POLA PIKIR DAN PERKIRAAN KEADAAN

BAGIAN VI POSISI KUBU GEMPA: LUPSI DIPICU GEMPABUMI YOGYAKARTA 27 MEI 2008

BAGIAN VII PANDANGAN KUBU PEMBORAN: LUPSI DISEBABKAN OLEH MASALAH PEMBORAN SUMUR BJP-1

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

2

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

BAGIAN I PENDAHULUAN

Latar Belakang SEMBURAN LUMPUR PANAS SIDOARJO (selanjutnya disebut LUPSI) telah memasuki durasi bulan ke 28 sejak terjadinya awal semburan (29 Mei 2006). Saat ini semburan masih terus aktif berlanjut (prolongation active), dengan kecepatan semburan (flow rate) sekitar 100.000 m3/hari, temperatur di permukaan kawah (surface crater) sekitar 100oC. Kondisi semburan tersebut yang berlangsung relatif tanpa henti (continuous eruption) dengan pola geyser atau queasy hydrothermal, sehingga Lupsi diberi beberapa julukan atau predikat antara lain sebagai: 1)

mud volcano aktif yang terbesar di dunia (the World’s largest active mud volcano),

2)

mud volcano yang paling cepat tumbuh di dunia (the world’s fastest growing mud volcano),

3)

mud volcano yang paling menimbulkan bencana lingkungan dialami oleh umat manusia di abad 21 ini (the most environmental disastrous mud volcano in the 21 Century).

Pasca HUT Lupsi yang kedua, tanggal 28 Mei 2008 perhatian (concern) dari berbagai kalangan kembali meningkat sangat signifikan. Isu aktual Lupsi yang menjadi daya pikat tersebut terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 1)

Pertama, misteri dibalik asal usulnya (origin) yang hingga kini masih menyelimutinya;

2)

Kedua, penyebab (causing) dan pemicu (triggering) sejak kelahirannya hingga sekarang masih terus menjadi hal kontroversi, dan akhir-akhir ini intensitasnya meningkat dengan pesat. Sehingga hal tersebut menjadi inspirasi untuk menggelar Debat Internasional tentang penyebab dan pemicu Lupsi pada forum AAPG, 28 Oktober 2008 di Afrika Selatan; dan

3)

Ketiga, bencana (disaster) yang ditimbulkan Lupsi bergerak secara perlahan (slow motion disastrous), seiring dampak sosial kemasyarakatan (social community), lingkungan (environment), dan infrastruktur yang terus berkembang. Bahkan dalam kaitan kebencanaan Lupsi telah dijuluki sebagai salah satu bencana lingkungan yang signifikan (significant environmental disaster) di abad 21 ini.

Bencana yang lambat dan dampak meluas Dari sisi kebencanaan, semburan Lupsi merupakan suatu proses yang terus berlangsung (continuous disastrous processes) dari titik awal pembentukkannya. Bersamaan dengan upaya penanggulangan pengendali mekanisme bencana itu yaitu semburan lumpur panas (hot mud flow), dilakukan penanganan dampak sosial kemasyarakatan dan infrastruktur. Dengan ciri khusus (specific character) bencana yang dimaksud adalah:



Suatu bencana semburan Lupsi yang menakjubkan (spectacular disastrous) dan berlangsung dalam gerakan yang lambat (disaster unfolding in slow motion).



Sampai saat ini rambatan lumpur (mud's creeping) telah menyebabkan lebih 12.000 keluarga kehilangan lahan, rumah dan harta bendanya, sementara itu enam desa secara lambat tergenang.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

3

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Sifat kebencanaan yang lambat dicirikan oleh rambatan lumpur tersebut sangat berbeda (very contrast) dengan bencana nasional (national disaster) lainnya, sebagai contoh yang populer adalah Bencana Nasional Tsunami di NAD (2005) dan Bencana Nasional Gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006). Dalam bencana nasional di NAD tersebut, pasca terjadi bencana alam (natural disaster) tsunami yang dipicu (triggering) oleh gempabumi (earthquake) secara terintegrasi dan simultan dilakukan langkah tanggap darurat (emergency measures). Dalam kaitan ini tidak terjadi kontroversi atau debat berkepanjangan terhadap penyebab dan pemicunya, demikian pula halnya dengan status kebencanaan-nya sebagai Bencana Nasional. Setelah tahapan tanggap darurat dinyatakan berakhir, yang sebelumnya telah ditetapkan tahapan beserta tentatif time frame, maka selanjutnya dilakukan tahapan pemulihan (recovery) dan pembangunan kembali (reconstruction) terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat yang terkena bencana tersebut. Dalam penanggulangan Lupsi dikaitkan dengan karakter kebencanaan yang merambat dengan gerakan lambat, selanjutnya dinamika kebencanaan yang telah terjadi adalah: 1)

Pada awal kejadian Lupsi, daerah bencana (terdampak) terbatas pada daerah di sekitar pusat semburan, yaitu dibatasi oleh Peta Area Terdampak November 2006;

2)

Pada 23 Maret 2007 Peta Area Terdampak (PAT) meluas ke arah utara (PerumTAS) dan timur (Renokenongo);

3)

Maret 2008, 3 Desa di luar bagian selatan dari Peta Area Terdampak 23 Maret 2007 telah ditetapkan sebagai daerah bencana, dengan payung hukum Perpres 48/2007;

4)

Juni 2008, 9 RT dari 3 desa Mindi, Jatirejo, dan Siring Barat dinyatakan tidak layak huni, sehingga akan dilakukan langkah evakuasi masal ke tempat penampungan baru.

Bencana Lupsi akan berlangsung lama Sehubungan dengan proses bencana yang bergerak lambat namun pasti tersebut, maka beberapa pandangan terhadap waktu hidup (life time) dari Lupsi antara lain: Dr. Basuki (mantan Ketua Pelaksana Timnas PSLS) pada tanggal 18 Juli 2008 bertepatan dengan acara peluncuran buku berjudul Lumpur Panas Sidoarjo: Pelajaran dari suatu bencana menyatakan bahwa semburan Lupsi yang pada durasi ke 24 bulan sejak ia dilahirkan masih demikian menakjubkan (spectacular), dan wujudnya merupakan mud volcano, semburan diperkirakan akan berlangsung lama, sehingga sudah sangat sulit untuk dihentikan; Davies (2008) yang dalam war game Debat Lupsi sebagai pimpinan Kubu Pemboran berpendapat bahwa bencana dapat berlangsung selama dekade, disebutkan. ‘Bencana ditimbulkan semburan Lupsi baru berlangsung dua tahun dan selama waktu itu belum dapat diatasi, sehingga saya berpikir mungkin bencana dapat berlangsung lama sampai waktu dekade (probably for decades)’. Ditambahkan ’Namun saya berpikir bahwa untuk mengetahui episode semburan utama saja kemungkinan memerlukan waktu tahunan. Dengan demikian semburan Lupsi akan berlangsung dengan lambat dan lama, sementara bualan (bubbling) kemungkinan beberapa dekade lagi’. Dari ungkapan tersebut, pertanyaan yang timbul adalah mengapa Davies di satu sisi sangat menggebu-gebu (antusias dan agresif) ingin membuka takbir misteri pemicu semburan Lupsi. Namun di sisi lain Davies bersikap pesimis untuk upaya menghentikannya (stopping eruption)?

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

4

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Dalam dengan upaya menghentikan semburan Lupsi tersebut, Davies (2008) menyatakan bahwa rasio keberhasilan (success ratio) kemungkinan sudah lewat. Dengan demikian sekarang yang menjadi hal penting adalah menentukan berapa lama lagi bencana ini akan berlangsung. Seterusnya dari sana disusun perencanaan ke depan (I think the chance of stopping it are probably gone and now it's a matter of finding out how long it will last for and then planning forward from there). Bencana Lupsi tetap mendapatkan perhatian khusus pada media massa Sampai saat ini perkembangan Lupsi terus menarik perhatian yang antusias dan telah mengglobal (global scale). Pemerhati Lupsi ini sangat bervariasi dari kalangan media publik, akademisi, pemerintah, praktisi, industri, politikus, bahkan sampai masuk ke ruang persidangan pengadilan (sementara tercatat 4 proses pengadilan, 3 diantaranya telah diputus). Salah satu pemicu dari tingginya perhatian masyarakat global terhadap fenomena Lupsi, adalah ketika masalah-masalah sosial kemasyarakatan terhadap warga yang berada di sekitarnya masih terus terjadi. Di sisi lain, penyebab bencana sendiri, yaitu semburan Lupsi masih berlanjut, tanpa kejelasan kapan atau berapa lama lagi akan berhenti. Mengapa mengungkap misteri penyebab dan pemicu Lupsi menjadi penting? Kristasilasi penyebab (causing) dan pemicu (triggering) Mud Volcano Lupsi, mempunyai arti penting. Karena segala upaya untuk penanggulangan semburan dan luapan Lupsi (eruption and flowing management) ke depan harus mempunyai landasan (fundamental) atau rasionalisasi akademik (scientific rationalizations) yang dapat dipertanggungjawabkan. Tanpa memahaminya anatomi (anatomy) dan pengendali mekanisme (driving force mechanism) penyebab dan pemicu Lupsi. Maka segala upaya terkait penanggulangan semburan Lupsi, dianalogikan sebagaimana layaknya ’menjalankan kendaraan pada suasana badai di malam hari, tanpa ada lampu penerangan yang memadai. Akhirnya tidak terhindar dari mengendarai mobil hanya didasarkan kepada coba-coba (try and error), atau asal ada upaya aksi nyata. American Association of Petroleum Geologists (AAPG) atau (Ikatan Ahli Perminyakan Amerika) yang merupakan salah satu organisasi profesi (professional organization) dalam domain eksplorasi Migas (oil and gas exploration), mencermati bahwa kondisi semburan Lupsi masih diselubungi misteri. Berbarengan dengan itu kontroversi tentang penyebab dan pemicu Lupsi berkembang terus dengan signifikan dan semakin mengglobal. Mencermati dinamika kontroversi tersebut semakin tajam, AAPG memutuskan untuk melaksanakan suatu even Debat Mud Volcano Lupsi dengan tema utama Mud Volcano Lusi: Earthquake or Drilling triggers, pada Pertemuan Internasional di Cape Town, Afrika Selatan, 28 Oktober 2008. Isu Kritis dan Aktual Pendekatan (approach) atau pemecahan (solution) tentang penyebab dan pemicu terhadap dua alternatif skenario semburan mud volcano Lupsi yang telah mengkristal menjadi Kubu Gempa dan Kubu Pemboran, mempunyai arti penting sebagai alat bantu knowledge yang bermakna (significance knowledge tool).

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

5

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Guna ke depan merencanakan dan mengimplementasikan segala upaya penanggulangan semburan Lupsi secara lebih komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Mengingat proses hukum penyebab semburan Lupsi di tanah air (khususnya yang masih berjalan saat ini di Jatim) belum memasuki tahap persidangan (masih berlangsung tahap penyidikan dan penyelidikan), maka bila debat tersebut menyimpulkan sesuatu yang final (final conclusion) diperkirakan akan dapat mempengaruhi proses hukum tersebut. Sehingga sedikit banyak akan mempengaruhi kebijakan Penanggulangan Lupsi yang selama ini berlangsung dipayungi Perpres 14/2007 tentang Badan Penanggulangan Sidoarjo, dan Perpres 48/2008 tentang perubahan terhadap Perpres 14/2007. Dari penelaahan (review) terhadap wacana atau persepsi tentang penyebab Lupsi yang disebarluaskan secara global melalui media internet, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi suatu proses ‘penghakiman melalui media’ (trial by press). Dalam hal ini dari Kubu Pemboran (kelompok yang menganut Lupsi dipicu kesalahan Pemboran sumur BJP-1 oleh Lapindo) telah melakukan sosialisasi dan membangun wacana serta persepsi publik yang demikian gencar, agresif, dan sistematis. Pemuatan berita eksklusif dan pernyataan pada publik (press release) disertai dengan bumbu, bahwa hasil penyelidikan terakhir (2008) memberikan rasio keyakinan (degree of confidence) demikian tinggi (normative values) atau 90-98% (quantitative degree of confidence). Walaupun AAPG merupakan suatu organisasi yang mempunyai reputasi internasional dalam lingkup ‘ilmu Kebumian maupun industri perminyakan Amerika’, namun dikhawatirkan even tersebut dapat digunakan untuk memojokkan pihak yang terkait (dalam hal ini Lapindo, perusahaan minyak Indonesia). Hal ini memperhatikan suatu fakta yang berkembang, bahwa di dalam industri migas terbentang suatu iklim kompetisi yang luas dan tajam (wide and sharp competition climate). Dalam buku yang baru diterbitkan ‘Lumpur Panas Sidoarjo: Sebuah Pengalaman Bencana’, Dr. Basuki (2008) mantan Ketua Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur Sidoarjo (Timnas PSLS) telah menempatkan secara apik pada Bab II berjudul Mud Volcano atau Underground Blow Out. Pada bagian Benang Merah dari buku tersebut berjudul Drama Lusi, antara lain dinyatakan berdasarkan telaahan teknis oleh Timnas PSLS, disimpulkan bahwa Pemboran BJP-1 telah dilaksanakan secara aman dan dapat dipertanggungjawabkan. Hanya tindakan yang kurang berkenan adalah saat keputusan mengevakuasi sumur BJP-1, sementara saat itu semburan Lupsi masih berlangsung. Kesimpulan Timnas PSLS terkait dengan evaluasi terhadap aktivitas pemboran sumur BJP-1 pada hari-hari menjelang terjadinya semburan Lupsi (29 Mei 2006) juga akan mendapatkan ujian, bila ternyata AAPG membuat suatu keputusan yang berbeda. Dalam hal ini menentukan Lupsi dipicu oleh masalah yang terjadi pada kegiatan pemboran. Bila demikian sehingga suatu keputusan dari suatu organisasi profesi bersifat Internasional akan dapat menimbulkan masalah akuntabilitas pada keputusan nasional. Maksud dan Tujuan Tulisan ini diberi judul WAR-GAME DEBAT LUPSI DI PERTEMUAN INTENASIONAL AAPG, 30 OKTOBER 2008, CAPE TOWN AFRIKA SELATAN: DIPICU GEMPABUMI ATAU PEMBORAN disusun dengan maksud

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

6

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI untuk menelaah secara komprehensif, integral dan holistik terhadap latar belakang dan strategi sehubungan rencana pelaksanaan Debat Lupsi. Posisi kedudukan (standing position) baik dari panelis maupun kubu (gempa dan pemboran), serta perkiraan keadaan yang dirumuskan dalam berbagai skenario yang mungkin terjadi. Adapun tujuan dari penyusunan tulisan ini adalah: •

Guna menggambarkan secara jelas (clear pictures) terhadap pemikiran-pemikiran cerdas (bright thinking) dan inovasi (innovation) yang dilandasi oleh kebenaran akademik dan profesi (academic and professional background) dari para panelis yang terkait langsung atau tidak langsung sebagai nara sumber (Kubu Gempa dan Kubu Pemboran) terkait penyebab dan pemicu semburan mud volcano Lupsi.



Dari pemikiran dasar yang menjadi landasan kontroversi (controversy background) dari Kubu Gempa (Earthquake Group) dan Kubu Pemboran (Drilling Groups) selanjutnya dapat dilakukan proses perkiraan keadaan (forecasting situation) melalui metodelogi simulasi war-game (war-game simulation)



Proses tersebut merupakan alat bantu (tool) sebagai proses masukan (input process) terkait aspek kebijakan dan operasional ke depan (future policy and operational).



Mengantisipasi kondisi-kondisi yang tidak diharapkan, dan atau memberikan implikasi yang kurang menguntungkan bagi pihak Indonesia. Sehingga kajian ini merupakan salah satu bentuk kepedulian (awareness), kewaspadaan dan atau peringatan dini (early warning).

Metode dan Pendekatan •

Secara umum metoda yang dikembangkan merupakan perpaduan antara suatu kajian dengan pendekatan ilmiah atau akademik, dengan metoda kajian aspek strategis yang dikembangkan oleh Lemhannas. Metoda ini dikenal sebagai suatu pendekatan Komprehensif, Integral, dan Holistik (comprehensive, integral, and holistic approach) dalam menganalisis masalah-masalah yang berdimensi strategis.



Secara umum makna metodelogi analisis komprehensif, integral dan holistik bahwa permasalahan atau isu yang berkembang tidak saja didekati secara teknik (technical aspects). Namun juga memperhatikan suasana kebatinan (psychological aspect beyond), serta aspek strategis (strategic aspect) dalam arti menyangkut kepentingan Negara Indonesia.



Untuk memperjelas latar belakang (background), tujuan (goal), sasaran (target), dan posisi/kedudukan kelembagaan (institutional standing) dan skenario Debat Lupsi, telah dilakukan penelaahan terhadap Term of Reference (TOR) bersumber dokumen resmi (cyber net document) di situs AAPG;



Untuk memperjelas respon publik terhadap rencana Debat tersebut, telah dilakukan pengkajian berdasarkan sumber-sumber di cybernet, termasuk secara aktif melakukan respon dalam situs wordpress.com;



Untuk memperjelas pandangan, argumen, data dan informasi faktual, telah dilakukan pengkajian dan analysis secara komprehensif dari makalah utama (major paper). Dengan status adalah makalah dari 5 (lima) panelis yang telah ditunjuk Panitia AAPG sebagai narasumber utama telah dipublikasikan pada media ilmiah internasional.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

7

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Disamping itu juga dilakukan hal yang sama pada makalah pendukung, sebagai dampak berganda (multiplier impact) dari makalah utama, yang umumnya disebarluaskan secara cepat di cybernet. •

Untuk itu telah dilakukan pengalihan dari bahasa Inggris ke Indonesia, termasuk penelahaan kata kunci, agar setiap bagian dari kontekstual mempunyai makna tersendiri.



Dua dokumen sebagai hasil dari proses di atas telah diintegrasikan masing-masing:



1)

Kapeta Selekta merupakan Artikel penuh (completed articles).

2)

Pokok-pokok pikiran (kumpulan Sari, Diskusi dan Kesimpulan)

Untuk memperkaya komponen base lines informasi tektonik, geologi, geofisika, dan pemboran, semua ilustrasi (foto, peta, citra satelit) dan tabel telah disusun kembali menjadi suatu kesatuan Atlas Digital Kontroversi Lupsi: Gempa dan Pemboran, mencakup: 1)

Sistem Mud Volcano Lupsi (Lupsi Mud Volcano System) suatu kombinasi anatomi (anatomy) dan penyebab dan pemicunya (driving force mechanism);

2)

Kubu Gempa, visualisasi grafik dari kelompok yang memperkuat rasionalisasi Lupsi dipicu oleh Gempabumi Yogyakarta dan tidak terkait dengan pemboran eksplorasi BJP-1;

3)

Kubu Pemboran, visualisasi grafik dari kelompok yang memperkuat rasionalisasi Lupsi dipicu oleh kesalahan dalam operasi pemboran eksplorasi BJP-1, dan bukan disebabkan oleh energi yang ditimbulkan oleh Gempabumi Yogyakarta;

4)

Kubu Netral, yang tidak mempermasalahkan penyebab dan pemicu Lupsi, lebih fokus memberikan perhatian pada dampak deformasi geologi (geohazard) dan berorientasi pada solusi ke depan (future solution of problem solving). Ke dalam Kubu Netral menurut versi AAPG adalah makalah yang telah dipublikasikan baik pada Jurnal Internasional terbaru (2008) maupun rekaman pemaparan pada Seminar Solusi Lupsi, Maret 2008;



Agar mendapatkan perkayaan (enrichment) dan perluasan (enlargement) terhadap baseline data informasi utama (main baseline data and information) tersebut, maka telah diintegrasikan dalam Atlas Digital Misteri Asal Usul Lupsi berdasarkan pemaparan panelis pada Seminar Mencari Solusi Lupsi, Februari 2008, dan Seminar Internasional yang dilaksanakan oleh BPPT tahun 2007 yang lalu;



Berdasarkan baseline informasi tersebut, di susun War-game, dalam hal ini mencakup perkiraan keadaan terhadap apa yang akan terjadi dari diskusi, debat masing-masing panelis atau tiga kelompok: 1)

Earthquake,

2)

Drilling, dan

3)

Deformasi sebagai multiplier impact semburan Lupsi

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

8

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

BAGIAN II: POTRET KONDISI SAAT INI DAN ISU AKTUAL/KRITIS

Dinamika Lupsi Keganasan semburan Lupsi dan Potensi Ancaman Sampai durasi bulan ke 28 dari saat kelahirannya (29 Mei 2006), semburan Lupsi sampai saat ini masih berlangsung secara aktif dengan kecepatan (flow rate) ~100.000 m3/hari, temperatur 100 oC di pusat semburan, daerah luapan sekitar 7 km2, dan ketebalan antara 10-20m. Dampak berganda berupa deformasi geologi atau bencana geologi (geohazard) yaitu patahan, rekahan, subsidence sampai runtuh seketika (sudden collapse) di sekitar pusat semburan, dan bubble telah berjumlah 100, sekitar 50 diantaranya berstatus aktif. Terjadinya tiga interval perulangan (recurrent interval) sudden collapse di sekitar pusat semburan dan intensitas antara 1-6 m dalam satu malam, telah memberikan implikasi: •

Daerah kawah sebagai daerah tinggian telah berubah menjadi suatu kaldera, daerah depresi (depression region) yang luas,



Pengaliran Lupsi ke Kali porong yang sebelumnya melalui lajur Kanal Barat telah lumpuh (idle), sehingga menggunakan lajur alternatif Kanal Timur (44-41),



Sudden collapse di pusat semburan telah memberikan dampak subsidence radial di Pond PerumTAS di utaranya,



Memberikan implikasi semakin sulitnya memelihara tanggul cincin, dan semakin sulitnya mengalirkan Lupsi secara alami dengan mengandalkan gradien topografi (topographic gradient) antara daerah sumber (source) dan daerah penampungan akhir di tenggara dari Pond Utama.

Implikasi dari kondisi di atas, maka Semburan Lupsi sampai saat ini masih berpotensi mengancam keamanan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Antara lain yang berdampak langsung adalah masih berpotensinya meluas Peta Area Terdampak 22 Maret 2008. Upaya Penanggulangan Semburan Masih Kurang Optimal Walaupun semburan masih berlangsung dan mengancam keselamatan masyarakat di sekitarnya, namun sampai saat ini upaya lanjutan terkait penanggulangan semburan Lupsi terkesan mengalami kemandekan atau stagnasi. Semasa Timnas PSLS berbagai upaya penanggulangan semburan baik untuk total menghentikan, maupun mengurangi debit semburannya termasuk penerapan teknologi Relief Well 1&2 dan insersi bola-bola beton. Namun, sebegitu jauh belum memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan. Sesuai dengan Perpres 14/2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo dan Perpres 48/2008 tentang Perubahan Perpres 14/2007, Lapindo mendapatkan mandat untuk mengimplementasikan upaya penanggulangan semburan termasuk pembangunan Tanggul Utama ke Kali Porong. Sementara itu, Bapel BPLS melalui Deputi Operasi melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

9

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI pelaksanaan penanggulangan semburan Lupsi yang dilaksanakan dan dibiayai oleh Lapindo. Dengan demikian upaya penanggulangan semburan Lupsi yang telah mendapatkan payung hukum atau landasan kebijakan nasional. Namun saat ini terkesan mandek, ke depan perlu untuk digelorakan kembali, ditingkatkan dengan memperhatikan dinamika yang berkembang pada lingkungan strategis. Knowledge Asal Usul Lupsi Dan Kontroversi Dalam perencanaan strategis/operasional terkait upaya penanggulangan semburan, maka pemahaman terhadap penyebab (causing) atau pemicu (triggering) semburan Lupsi menjadi sangat kritis. Namun saat ini masih terjadi kontroversi yang mengemuka terkait penyebab dan pemicu semburan Lupsi. Saat ini telah mengkristal dua kelompok pandangan (school thought): 1)

Kubu Gempa dipicu Gempabumi: diprakarsai oleh ahli kebumian A. Mazzini (Oslo, Norway) dan ahli eksplorasi migas B. Istadi (Lapindo, Indonesia);

2)

Kubu Pemboran dipicu pemboran Banjar Panji-1: diprakarsai oleh R. Davies (UK), anggota M. Tingay (Australia), Manga (Amerika), dan termasuk R. Rubiandini (Indonesia).

Pada kondisi terakhir ini, Kubu Pemboran sangat agresif, baik dengan mempublikasi pemikiran dan pandangannya pada media publikasi ilmiah terkemuka, maupun menggunakan media masa publik baik elektronik (termasuk wawancara ilmiah populer di media radio ABC) maupun cetak dengan sirkulasi global. Sementara itu, Kubu Gempa tidak banyak mempublikasikan sebagaimana pertama (terutama di media internasional). Upaya Menengahi Dan Mencari Solusi Terhadap Kontroversi Penyebab Lupsi Di Indonesia telah berulang kali dilakukan upaya untuk mempertemukan dua kelompok pemikiran tersebut, antara lain: •

Seminar internasional difasilitasi oleh BPPT bekerjasama dengan IAGI, Februari 2007, yang antara lain telah mengambil keputusan bahwa Lupsi merupakan fenomena alam (natural phenomena), dipicu oleh gempabumi Yogyakarta. Namun, baik dari aspek pemilihan nara sumber (kesetaraan), dan keputusan yang diambil terkait penyebab dan pemicu telah mendapatkan protes (keberatan) dari pakar geologi sendiri. Dianggap memihak dan pernyataan implikasi terkait kebijakan dinilai di luar batas-batas kewenangan;



Seminar Mencari Solusi Semburan Lusi di Surabaya pada Februari 2008 yang lalu, pada hakekatnya forum tersebut telah berhasil mendatangkan beberapa pakar yang memainkan peran kunci (play important role) dari dua Kubu tersebut. Namun sayang, tidak terjadi pengkristalan ke pendapat dari kedua Kubu tersebut. Bahkan kontroversi semakin mengemuka pada aspek bukti-bukti pemboran. Satu hal positif bahwa pihak Lapindo melalui ahli pemboran (Ir., memberikan komitmen untuk siap membuka data ‘black box’ pemboran bila dilakukan pertemuan khusus secara tertutup, yang disarankan difasilitasi oleh IAGI/BPLS?

Isu Penanggulangan Lupsi Merambah Ke Masalah Sosial-Politik Isu penutupan semburan Lupsi yang masih dibayang-bayangi oleh kontroversi penyebab dan pemicunya, yang

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

10

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI terpantau telah menunjukkan kecenderungan semakin mengemuka. Sehingga telah memasuki wilayah sosial politik dan keluar dari aspek teknik. Hal ini dapat diamati dengan dibentuknya suatu organisasi LSM yang intinya menamakan diri Gerakan Penutup Semburan Lupsi, yang anggotanya bervariasi dari profesor di bidang perminyakan, praktisi industri migas, dan para politikus. Kelompok ini merasa yakin untuk dapat menutupnya semburan dengan metoda relief well, karena mengasumsikan semburan Lupsi sebagai underground blow out, yang umum terjadi pada kegiatan eksplorasi hulu migas. Sehingga mereka sampai pada kesimpulan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, bahwa dengan teknologi relief well semburan Lupsi dapat dihentikan (kill the eruption). Contoh Aktual Antara Pemahaman Pemicu Dengan Upaya Penanggulangan Semburan Hal ini sejalan dengan pemikiran dan pandangan Dr. Basuki dalam bukunya Semburan Lumpur Panas: pelajaran dari suatu bencana menyatakan ..’bahwa bila Lupsi merupakan Underground blow out maka menghentikannya lebih mudah, karena sasaran berada langsung di bawah sumur Banjar Panji-1, menggunakan standar prosedur eksplorasi Migas. Namun Dr. Basuki mengingatkan, bila Lupsi merupakan mud volcano, caritanya akan lain, karena kita berhadapan dengan bidang rekahan/patahan, bila di sumbat di satu titik akan dapat berpindah di titik lainnya’. Dalam BAB III buku tersebut berjudul Dari Teknologi Canggih Sampai Ke Spiritual, penulis buku telah menguraikan perjalanan panjang upaya penanggulangan semburan Lupsi. Khususnya penerapan teknologi canggih, dan mahal yaitu Relief Well 1 & 2, yang banyak mengalami masalah-masalah (teknis, deformasi dan non-teknis) disimpulkan tidak berhasil. Selanjutnya Dr. Basuki Penulis buku, pada pengantar acara bedah dan penelaahan menyatakan bahwa semburan Lupsi sudah demikian besar, dan secara pribadi dibayangkan akan sudah sangat sulit untuk menghentikannya. Internasionalisasi Masalah Semburan Lupsi Mencermati bahwa kontroversi terkait penyebab dan pemicu Lupsi semakin mengemuka baik di Indonesia sendiri maupun merambah di masyarakat internasional. Disamping itu atas pertimbangan bahwa semburan Lupsi telah memberikan implikasi yang luas terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat (sosial, ekonomi, politik, ketertiban). Sehingga AAPG telah memutuskan untuk mengangkat isu Lupsi tersebut pada sesi teknis (technical session) Pertemuan Internasional yang akan diselenggarakan 28 Oktober 2008 di Cape Town, Afrika Selatan. Tema utama debat yang akan diangkat adalah mud volcano Lusi: dipicu gempa bumi atau pemboran? Konsep rancangan (design concept) yang ditawarkan panitia Debat Lupsi di AAPG antara lain: •

Debat bersifat terbuka pada anggota dan non anggota AAPG yang hadir pada pertemuan AAPG,



Pembicara dipilih berdasarkan kompetensi dan inisiator pandangan kontroversi, dibuktikan dengan makalah yang dipublikasikan di media internasional.



Pembahasan di bagi menjadi tiga sesi: 1)

Penyajian Kubu Gempa: Lupsi dipicu gempa bumi Yogyakarta, pembicara Mazzini (Norway) dan B.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

11

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Istadi (Indonesia), 2)

Kubu Pemboran, Lupsi dipicu oleh masalah pemboran, pembicara Davies (UK) dan Tingay (Australia); dan

3)

Kubu Netral: penyajian di luar konteks Debat penyebab dan pemicu, namun menyajikan dampak berganda (multiplier impact) semburan Lupsi yaitu deformasi subsidence dan uplift di Sidoarjo, pembicara Abidin H.



Moderator dipilih dari anggota AAPG yang diharapkan dapat bertindak netral.



Mekanisme debat, yaitu presentasi masing-masing 4 panelis 20 menit, dilanjutkan tanya jawab antar panelis (dua kelompok) maupun dengan publik.

Evaluasi dan Analisis Dinamika Pra-kondisi Road To Cape Town, Afrika Selatan –

Kubu Gempa:  Pandangan dan Pemikiran Lusi dipicu gempabumi terutama dari penulis Mazzini dkk., dan B. Istadi, dinilai penyebarluasannya sangat terbatas.  Sejak makalah utama Mazzini dkk., 2007 sebagai respon makalah R. Davies dkk., 2007, tidak banyak makalah-makalah baru yang dipublikasikan.  Sangat terbatas penyebarluasan, sosialisasi, atau kampanye pada media publik.  Pada even nasional di SBY (Februari 2008), cukup intensif melakukan respon atau ‘serangan balik’ terutama terhadap aspek terjadinya ‘kick’ dan parameter tekanan lumpur.  Demikian pula pandangan geologi dari pakar kebumian, masih konsisten yang mendukung penyebab fenomena alam mud volcano. Dengan salah satu alternatif terjadinya gempa bumi Yogyakarta sebagai pengendali mekanisme (driving force) semburan Lupsi, diawali dengan reaktivasi patahan (initial fault reactivation), pembentukan rekahan (raptures or fractures formation). Selanjutnya terjadi pergerakan sedimen bertekanan tinggi (overpressure sediment flow) bercampur dengan air terutama yang berdasar dari hasil diagenisis mineral lempung, menuju ke permukaan.



Kubu Pemboran  Memandang semburan Lupsi dipicu oleh Pemboran,  Penyebarluasannya sangat dahsyat. Tidak saja publikasi yang relatif baru sebagai senjata pamungkas pada artikel utama Davies et al., (2008), sebagai tim penulis termasuk M Tingay (Australia), Manga (Amerika), dan Rudi Rubiandini (Indonesia, mantan ketua Tim Independen Timnas PS).  Melakukan penyebar luasan, sosialisasi, menggunakan berbagai media publik, termasuk talk show, press release.  Satu hal yang sangat efektif dalam membangun wacana dan persepsi publik, pasca HUT 2 Lusi kelompok ini dipimpin oleh Davies menggunakan momentum ini utuk mengoptimalkan pandangannya. Dengan satu pernyataan baru bahwa mereka mempunyai data baru, sehingga 90% yakin bahwa Lupsi disebabkan oleh kesalahan pemboran sumur BJP-1.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

12

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Isu Aktual dan Kritis •

Semburan Lupsi dan Ancaman: Semburan Lupsi sampai durasi bulan ke 28 masih terus berlangsung dengan intensitas tinggi dan berpotensi menimbulkan bencana pada masyarakat yang ada di sekelilingnya.



Semburan bisa berlangsung 30 tahun ke depan: Namun, sampai saat ini belum diketahui sampai kapan semburan akan berlangsung. Berdasarkan Seminar Internasional di BPPT tahun 2007, diungkapkan bahwa berdasarkan volume batuan sumber versus kecepatan semburan dihasilkan perkiraan keadaan 20-30 tahun.



Upaya menghentikan semburan dan keterbatasan data bawah permukaan: Untuk dapat melakukan upaya penanggulangan semburan Lupsi terlebih dahulu diperlukan ketersediaan data dan informasi bawah permukaan (subsurface data and information) yang memadai dan aktual (pasca semburan), disamping data terdahulu (prasemburan).



Beberapa data primer bersifat rahasia: Sampai saat ini keduanya masih sangat terbatas, disamping data primer terkait kegiatan eksplorasi Migas pemboran BJP-1 yang dimiliki oleh Lapindo, beberapa diantaranya masih berstatus confidential (tertutup). Untuk dapat mengaksesnya memerlukan perijinan khusus antara lain dari BP Migas dan diperkuat Ditjen Migas DESDM.



Kontroversi telah bermula saat terjadinya semburan Lupsi: Sejak terjadinya semburan Lupsi, 28 bulan yang lalu, telah berkembang kontroversi tentang asal usul (origin) Lupsi. Dengan berjalannya waktu, diantara pakar geologi semakin mengkristal bahwa wujud akhir (the last appearance) Lupsi merupakan suatu mud volcano.



Kontroversi Gempa dan Pemboran terus bergulir: Namun penyebab dan pemicu terjadinya semburan mud volcano Lupsi tersebut masih belum sampai kepada suatu kesimpulan yang bulat (rounded conclusion). Dua skenario kontroversi yang terus bergulir adalah Kubu Gempa percaya Lupsi dipicu oleh gempabumi yang terjadi 27 Mei 2006 di Yogyakarta, yang berjarak kurang lebih 250 km dari pusat semburan; Kubu Pemboran, percaya bahwa semburan Lupsi dipicu oleh masalah dalam pemboran sumur Banjar Panji-1.



Penghentian semburan dengan Relief Well1&2 berdasarkan asumsi Lupsi dipicu UGBO: Upaya penanggulangan semburan yang telah dilakukan menggunakan teknologi unggulan relief well 1 dan 2, yang didahului dengan skenario side tracking dan snubbing unit, telah dilaksanakan oleh Timnas PSLS berdasarkan asumsi Lupsi dipicu oleh underground blow out. Sebagaimana dilaporkan Dr. Basuki, Namur dinyatakan gagal, walaupun pihak lain menyatakan kegagalan juga disebabkan oleh faktor nonteknis antara lain masalah finansial.



Insersi rangkaian bola-bola beton juga tidak berhasil: Upaya penanggulangan semburan lainnya yang telah dilakukan menggunakan teknologi insersi rangkaian bola-bola beton, yang lebih ditujukan untuk memperkecil debit semburan (decreasing flow rate) dari rencana 1000 rangkaian baru sekitar 50%nya yang berhasil dimasukkan.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

13

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Namun sebegitu jauh metoda insersi rangkaian bola-bola beton tersebut belum dapat mencapai sasaran sebagaimana yang diharapkan. Salah satu kendala adalah tidak/kurangnya data dan informasi geologi bawah permukaan pasca semburan Lupsi. •

BPLS memfokuskan strategi pada pengamanan masyarakat terhadap ancaman luapan Lupsi: Pada era baru BPLS, konsentrasi penanggulangan masih diprioritaskan kepada pengendalian semburan dan luapan sampai menuju ke Laut melalui Kali Porong, mengingat keselamatan warga di sekitar daerah bencana masih terus terancam.



Masalah sosial kemasyarakatan mempersulit upaya pengendalian semburan dan luapan Lupsi: Demikian pula suatu realita bahwa masalah-masalah sosial kemasyarakatan yang telah teragamalisasi satu dengan lainnya, telah sangat mempengaruhi upaya penanggulangan semburan dan luapan. Demo masalah sosial tersebut telah mencapai titik yang berbahaya antara blokade total seluruh kegiatan lapangan termasuk tindakan anarkis (perusakan alat-alat), termasuk mengancam operator agar tidak/menghentikan operasi.



Debat ilmiah bisa masuk ke wilayah sosial-politik: Debat Lupsi pada forum Internasional di Cape Town, Afrika Selatan bila tidak dikelola secara baik dikhawatirkan dapat keluar dari konteks aspek ilmiah teknis, yang merambah masuk ke dalam wilayah sosial dan politik dimana indikasinya telah terdeteksi.



Upaya mengkristalkan Kubu Pemboran dan Kubu Gempa selama ini: Isu kritis yang berkembang terkait dengan penyebab dan pemicu Lupsi adalah para pakar kebumian (the Earth Scientists) dan ahli pemboran eksplorasi migas (oil and gas drilling expert) masih terkotak pada kontroversi terkait: Pertama, apakah mud volcano Lupsi dipicu oleh gempabumi (earthquake) Yogyakarta yang terjadi, tanggal 27 Mei 2006 (dua hari sebelum awal semburan Lupsi, 29 Mei 2006); Kedua, mud volcano Lupsi dipicu oleh terjadinya masalah saat dilaksanakan pemboran (drilling) sumur eksplorasi Banjar Panji-1 yang dikenal sebagai Underground Blow Out (UGBO).



Di dalam negeri (Indonesia) upaya untuk mengkristalkan dua pandangan sebagai pemicu kontroversi Lupsi yang mengemukakan tersebut telah dilakukan. Terakhir pada seminar Mencari Solusi Lupsi di Surabaya, tercatat sebagai salah satu even yang berhasil mempertemukan kedua kelompok tersebut. Namun sebegitu jauh belum berhasil menyatukan kontroversi tentang penyebab dan langkah lanjutan ke depan.



Dalam buku Dr. Basuki yang diluncurkan Juli 2008 dan penulis (Hardi Prasetyo) selaku penelaah dan pembedah (reviewer and explorer), masalah kontroversi ini telah ditempatkan pada Bab II yaitu Mud Volcano atau Underground Blow Out. Dalam alur pikir kontroversi ini didahului oleh BAB I berjudul Drama Lusi, merupakan benang merah Bencana Lupsi. Selanjutnya ditindaklanjuti Bab III berjudul Dari Teknologi Canggih sampai Spiritual, yang menguraikan langkah-langkah yang telah dilakukan selama ini.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

14

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

BAGIAN III DARI SIDOARJO, JATIM KE CAPE TOWN, AFRIKA SELATAN: MENYONGSONG DEBAT LUPSI Memaknai Kontroversi dan Debat Lupsi Apa penyebab erupsi "Lusi" (Lumpur Panas Sidoarjo) rupanya telah menjadi bahan perdebatan dari seminar-seminar nasional dan internasional, diskusi internet di milis-milis, sampai obrolan di café atau warung kopi. jurnal-jurnal ilmiah, bahkan sampai di ruang pengadilan (di Jatim Masih Terjadi). Peliputan media cetak dan elektronik yang luas atas isu Lupsi, khususnya pasca HUT yang kedua 29 Mei 2008 yang lalu, sehingga telah menyebabkan kasus Lusi diketahui umum di mana pun. Kristalisasi Dua Kubu Kontroversi Lupsi Dua school of thought yang menjadi bahan perdebatan telah mengerucut menjadi dua: (1) gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 sebagai penyebab, dan (2) pemboran sumur eksplorasi Banjarpanji-1 (Lapindo Brantas, Mei 2006) sebagai penyebab. Wacana publik akibat sosialisasi yang dahsyat dari Kubu Pemboran Kedua kubu pemikiran sama kuat, ahli-ahli di masing kubu bertahan dengan pendapatnya. Walaupun, sepengamatan saya, orang awam lebih banyak berpihak kepada teori nomor (2) – itu sebagian besar karena pemberitaan media. Perbedaan pendapat para ahli yang dipanggil sebagai saksi ahli dalam pengadilan yang terus berkelanjutan telah menyebabkan kasus tersebut tidak dapat segera tuntas diadili. Kirka: Apakah nanti pada akhirnya akan diperoleh kesepakatan di antara para ahli ? 1)

kemungkinan besar sulit,

2)

kemungkinan lebih kecil mungkin.

Apakah nanti pada akhirnya akan diputuskan oleh pengadilan satu penyebab? Mungkin saja, contoh masalah kecelakaan pesawat terbang, kini pilot sudah diadili. Tapi sebenarnya pengadilan bukan lembaga yang dengan tepat bisa memutuskan hal itu. Kontroversi Ilmiah Bisa Berkepanjangan Perdebatan ilmiah dalam ilmu apa pun memang susah diselesaikan, kita telah punya banyak contohnya. Pengalaman menunjukkan bahwa perdebatan akan atau bisa selesai ketika ada bukti kuat yang bisa mendiamkan semua perdebatan dan terpaksa satu pihak harus mau menerima pendapat pihak lainnya. Contoh saja, pada saat baru ditemukan teori plate tectonics yang merupakan suatu revolusi dari new global tectonics merupakan suatu paradigma baru ilmu kebumian yang mengatur planet bumi ini, teori ini memicu perdebatan yang sengit lebih dari 20 tahun.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

15

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Akhirnya debat teori plate tectonics ketika bukti pengukuran-pengukuran GPS menujukkan bahwa semua benua saat ini tengah bergerak dan mantle tomography menunjukkan bahwa kerak samudera sedang menyusup di bawah benua tuntas sudah, dan akhirnya diterima secara universal. Bahkan akhirnya paradigma baru ini berhasil mendukung para ahli eksplorasi sumber daya tidak terbarukan untuk menemukan minyak bumi dan mineral. Debat Lupsi terdahulu di forum ‘Seminar’ Pertemuan-pertemuan ilmiah (seminar) tentang penyebab Lusi telah beberapa kali diadakan baik di Indonesia maupun di luar negeri (Australia, Amerika, Eropa), baik mempertemukan dalam satu ruangan tokoh-tokoh masing kubu pemikiran, maupun tidak (masing-masing kubu pemikiran mengadakan pertemuannya sendiri). Tercatat tahun 2007 di BPPT mengadakan seminar Internasional, walaupun seminar yang didukung IAGI ini sampai kepada kesimpulan Lupsi sebagai fenomena alam berupa mud volcano, namun banyak pihak menilai seminar ini kurang berimbang untuk mengakomodasi kubu pemboran dipimpin Davies. Terakhir Seminar Solusi Lupsi digelar bulat Februari 2008 di Surabaya, dan berhasil menghadirkan para pakar kebumian dan perminyakan dari kedua kubu tersebut. Namun bukannya mengkristal, bahkan terkesan jurang semakin luas, terutama ada perbedaan mendasar antara asumsi dan data kuantitatif pada aspek pemboran. Namun, suatu yang mengkristal bahwa kedua kubu sepakat, walaupun pemicu dan penyebab lusi terus diperdebatkan, namun kondisi saat ini Lupsi telah disepakati sebagai suatu mud volcano yang tumbuh paling cepat di dunia, bahkan sudah memasuki fase runtuh. Debat Lupsi pada media publikasi ilmiah dan populer: Publikasi kunci tentang kedua penyebab ini pun telah beredar : • Davies, R., Swarbrick, R., Evans, R., Huuse, M., 2007, Birth of a mud volcano : East Java, 29 May 2006, GSA Today, 17, p. 4-9. • Mazzini, A., Svensen, H., Akhmanov, G.G., Aloisi, G., Planke, S., Sørenssen, • M., Istadi, B., 2007, Triggering and dynamic evolution of the LUSI mud volcano, Indonesia, Earth and Planetary Science Letters, 261 (2007), p. 375-388. Presentasi kunci yang pernah dilakukan tentang kedua pendapat ini adalah : Brumm, M., Manga, M., Davies, R.J., 2007, Did an earthquake trigger the eruption of the Sidoarjo (LUSI) mud volcano ?, American Geophysical Union, Fall Meeting, December 2007. Svensen, H., Mazzini, A., Akhmanov, G.G., Aloisi,G., Planke, S., Sørenssen, A., Istadi, B., 2007, Triggering and dynamic evolution of the LUSI mud volcano, Indonesia, American Geophysical Union, Fall Meeting, December 2007. Beberapa publikasi penting yang berhubungan dengan hal gempa dan mud volcano yang baik untuk dipelajari adalah : Manga, M. and Brodsky, E., 2006, Seismic triggering of eruptions in the far field : volcanoes and geysers, Annu. Rev. Earth Planet. Sci, 34, p. 263-291. Mellors, R., Kilb, D., Aliyev, A., Gasanov, A., and Yetirmishli, G., 2007, Correlations between earthquakes and large mud volcano eruptions, Journal of Geophysical Research, vol. 112.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

16

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Jalan menuju ke Debat di Afrika Selatan Melihat perdebatan yang mungkin tak akan mudah diselesaikan, maka AAPG (American Association of Petroleum Geologists) dalam pertemuan tahunan internasionalnya yang pada tahun 2008 ini akan digelar di Capetown, South Africa, 26-29 Oktober 2008, akan mengadakan acara khusus tentang Lusi dalam program teknisnya. Sesi khusus ini diberi judul ”Lusi Mud Volcano : Earthquake or Drilling Trigger”. Di dalam acara ini akan diberi kesempatan kepada tokoh-tokoh dari dua kubu pemikiran menyampaikan pendapatnya. Acara sidang ilmiah ini akan diketuai oleh Jon Gluyas (Fairfield Energy, Middlesex, England) yang dijamin AAPG akan bertindak ”fair” alias netral. Berikut judul-judul presentasi yang akan digelar : •

”Causes and Triggers of the Lusi Mud Volcano, Indonesia” (Mazzini, Svensen, Planke, Akhmanov)



“East Java Mud Volcano (Lusi) : Drilling Facts and Analysis” (Istadi)



“The Lusi Mud Eruption of East Java” (Tingay, Heidbach, Davies, Swarbrick)



“The East Java Mud Volcano (2006 to Present) : An Earthquake or Drilling Trigger” (Davies, Brumm, Manga, Swarbrick, Rubiandini, Tingay)

Acara ditutup oleh presentasi tentang deformasi Lusi akibat erupsinya : “Deformation due to Eruption of a Mud Volcano : The Lusi Mud Volcano (2006-Present), East Java” (Abidin, Davies, Kusuma, Sumintadiredja, Andreas,Gamal). Harapan AAPG “We need to agree first on the cause, so we expect an active debate”, kata John Snedden (ExxonMobil), penggagas acara perdebatan itu. Apakah bisa diharapkan dalam acara sekitar dua jam itu akan terjadi persetujuan tentang penyebab Lusi. Hal ini masih dipertanyakan dan diragukan. Dengan alternatif: •

Alternatif Solusi 1: diragukan dapat mengkristal;



Alternatif Solusi 2: terjadi bola liar, AAPG mengambil kesimpulan akhir, seolah-olah menghakimi.



Alternatif Solusi 3: terjadi kesepahaman bahwa akan ditindaklanjuti dengan suatu pertemuan khusus.

Namun terlepas dari itu semua maka hasil Signifikan yang diharapkan: Semakin banyak data yang dapat dikeluarkan, dan argumen dengan knowledge yang semakin tajam.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

17

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

BAGIAN IV: STUDI KASUS SOSIALISASI KUBU ’PEMBORAN’ KEPADA PUBLIK Umum Sejak tahun 2007 saat Richard J. Davies, Richard E. Swarbrick, Robert J. Evansc, Mads Huused mempublikasi artikel Lahirnya gunung lumpur: Jawa Timur, 29 Mei 2006 (Birth of a mud volcano: East Java, 29 May 2006) di GSA Today, selanjutnya Kubu Pemboran telah melakukan sosialisasi pada berbagai media massa baik cetak dan elektronis. Semakin maraknya sosialisasi dari Kubu Pemboran menjadi sangat signifikan pasca HUT 2 Lupsi 29 Mei 2008, terutama dipicu oleh publikasi kunci berjudul Mud Volcano Jawa Timur (2006-Sekarang): Dipicu Gempabumi atau Pemboran (The East Java Mud Volcano 2006 to Present: An Earthquake or Drilling Trigger)., Richard J. Davies, Maria Brumm, Michael Manga, Rudi Rubiandini, Richard Swarbrick, and Mark Tingay., 2008. Artikel kunci ini yang akhirnya secara bersahutan dikumandangkan oleh media masa baik cetak dan elektronis terutama dengan dibumbui pernyataan bahwa tingkat kepercayaan lebih dari 98% Lupsi dipicu oleh kegiatan pemboran sumur BJP-1. Catatan judul artikel Davies dkk., tersebut menjadi inspirasi judul debat AAPG tentang mud volcano Lupsi: earthquake or drilling trigger, dan tetap dipertahankan pada paper dalam forum debat tersebut. Berikut ini disajikan beberapa pernyataan kunci yang digunakan media massa sebagai suatu isu yang sangat bernilai, dalam konteks mengangkat isu Ilmiah versus Politik di belakangnya. Pernyataan Kunci dalam sosialisasi Mereka mengklaim mempunyai bukti hard copy sebagai alat pembuktian terhadap apa yang terjadi dengan ‘kick’ 28 Mei 2006: Dan apa yang kita sebenarnya dapatkan kita mempunyai data (hard copy) dimana tidak mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak terkait, namun itu memperlihatkan apa yang sebenarnya terjadi, satu hari sebelum semburan bermula. (And that's what we've actually found out and we have hard data which is not being denied by any party, but it shows that's what actually occurred, a day before the eruption started). Davies menyatakan 98% tingkat kepercayaan bahwa bencana adalah buatan manusia: Dengan akses data yang berbeda dengan dari Lapindo Brantas, Professor Davies mengatakan bahwa sekarang 98% kepastian bahwa bencana di bulan Mei 2006 adalah buatan manusia (disaster was man made). Bukan mengalir sebagai dampak dari suatu gempabumi yang telah menyebabkan 6000 orang meninggal dunia, berjarak 250 km jauhnya dua hari sebelumnya. Yang dimaksudkan di sini adalah gempabumi Yogyakarta. Kunci even pada tanggal 28 Mei 2006: Kunci temuan ini adalah apa yang terjadi pada tanggal 28 Mei 2006, dimana satu hari sebelumnya terjadinya semburan, telah terjadi suatu apa yang umum disebut sebagai suatu 'kick', yaitu masuknya fluida ke dalam sumur bor. Mekanisme Kick dan implikasinya: Fluida berasal dari bawah permukaan sebenarnya keluar selanjutnya masuk ke dalam sumur bor.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

18

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Besarnya Kick: Kick ini sangat besar (This kick was huge). Fluida yang naik ke sumur antara 60 sampai 600 barrel. Dan perlu dicatat bahwa di dalam 15 barrels. Sumur dalam 15 barrels dari kick berlangsung, mereka harus mencatat bahwa masuknya fluida tersebut. Saat dilakukan ‘shut in’ tekanan pada lubang bor berada pada angka kritis: Namun itu tidak dicatat pada waktu yang lama, padahal itu berlangsung semalaman. Namun hanya apa hanya bisa mereka lakukan pada tahap itu adalah untuk ‘shut in’ dengan klep di permukaan dan ketika mereka melakukan itu tekanan di dalam sumur berada pada angka kritis (shut in the valve at the surface and when they did that the pressure in the well went beyond the critical value.). Temuan signifikan dari aspek gempa bumi: Hal yang paling signifikan dari temuan Michael Manga adalah banyak tremor gempabumi di Indonesia yang memungkinkan, tapi tidak menyebabkan menekan lumpur, air dan gas sumur di Jawa timur ke permukaan. Banyak gempa lebih yang besar dan lokasi lebih dekat dari Lusi tapi tidak menimbulkan semburan: Banyak gempabumi yang bisa menyebabkan semburan itu. Namun khususnya dengan gempabumi yang satu ini (Yogyakarta), cukup mengejutkan bahwa terlalu jauh dan kekuatan terlalu kecil untuk menyebabkan semburan (So given that there are many, many more earthquakes that should have caused an eruption it's surprising that this particular earthquake, far away and very small, should have caused the eruption). Sosialisasi di Australia narasumber utama Mark Tingay: Kontroversi Gempa versus Pemboran Kolaborasi Peneliti Dr. Tingay dan Davies untuk melihat teori yang terbaik dan dipublikasi pada Journal Geology Dr. Tingay bersama tim dengan Prof Davies dan lain-lain anggota, termasuk data dari perusahaan, melihat teori yang terbaik untuk mendukungnya. Temuan mereka dipublikasi pada Journal Geology. Pertama, hipotesis gempabumi. Bahwa semburan telah dipicu oleh gempa bumi dengan kekuatan Mw 6,3 yang menyerang Yogyakarta (jarak 250 km dari Lusi) dua hari sebelum semburan. Namun, suatu pengujian baik perubahan tekanan statik dan tekanan dinamik (static and dynamic stress changes) dan mekanisme pemindahan tekanan (stress transfer mechanisms) mencirikan bahwa gempabumi Yogyakarta sekurang-kurangnya terjadi dengan order intensitas sangat kecil Untuk dapat mengaktifkan kembali patahan (reactivation fault) dan membuka suatu jalan keluar (berupa rekahan) bagi aliran fluida yang berada di bawah Lusi. Kedua, Hipotesis Semburan Liar Sebagai alternatif teori dipercaya bahwa Lusi telah dipicu oleh semburan liar (blowout), mengikuti masalah pemboran yang berlangsung di dekat sumur Banjar Panji-1. Hasil dari semburan liar akibat tidak mampu mengontrol masukan fluida pori (pore fluid intakes) ke dalam lubang bor dan, terjadi bila jendela pemboran ‘drilling window’ (tekanan rekahan dikurangi tekanan pori mendekati nol) dan ketika tidak ada perlindungan casing yang memadai pada lubang bor. Terbentuknya tekanan rekahan dan jalan keluar fluida bawah permukaan Lebih jauh lagi, tekanan sumur bor mengikuti masalah pemboran di Banjar Panji-1 mencapai intensitas yang

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

19

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI lebih besar dari tekanan rekahan (fracture pressure) dan karenanya bisa untuk menciptakan jalan (pathway) aliran fluida di bawah permukaan. Tingay tidak percaya bahwa gempabumi Yogyakarta dapat memicu semburan Lusi Karenanya, kami percaya bahwa tidak ada suatu metoda yang layak diketahui dimana gempabumi Yogyakarta dapat memicu aliran lumpur dan sekaligus menyatakan bahwa semburan liar di sumur Banjar Panji-1 sangat layak sebagai mekanisme untuk memicu semburan Lusi. Tingay mengadakan analisis kuantitatif dimana sampai kepada usulan bahwa mekanisme pemicu (triggering mechanisms) semburan Lusi adalah buatan manusia dan fenomena alam. Penulis menguji semua mekanisme yang diketahui untuk pemicu berjarak jauh dari semburan lumpur oleh gempabumi dan menentukan bahwa hipotesis gempabumi merupakan mekanisme yang tidak mungkin. Tingay selanjutnya menguji teori semburan Lusi dipengaruhi pemboran (drilling-induce theory) dan menentukan bahwa sumur Banjar Panji-1 yang dibor di bawah kondisi yang tidak aman, dengan tidak menempatkan perlindungan casing dimana telah menyebabkan masalah pemboran yang sangat sulit untuk dikendalikan. Lebih jauh lagi, ia mendapatkan bahwa masalah pemboran yang terdapat di Banjar Panji-1 membangkitkan tekanan, sehingga memungkinkan terjadinya rekahan yang ekstensif pada batuan-batuan di bawah permukaan, dan membuat jalan keluar untuk lumpur menyembur ke permukaan. Disini Tingay menyimpulkan bahwa tidak dikenal mekanisme yang mendukung hipotesis gempabumi dan semburan lumpur Lusi selain yang lebih layak yaitu dipicu oleh semburan liar blowout di sumur Banjar Panji-1. Hal-hal yang melemahkan hipotesis Lusi dipicu gempabumi Gempa Yogyakarta sangat jauh sebagai pemicu: Tingay mengatakan ketika gempabumi yang sangat jauh letaknya memicu even sebelum itu, namun beberapa gempa lainnya tidak menimbulkan kasus ini. Intensitas gempa Yogyakarta 10 kali lebih kecil dari batas ambang yang diperlukan: Intensitas gempabumi Yogyakarta lebih kecil 10 kali untuk memicu beberapa semburan mud volcano pada lokasi Lusi. Dengan kata lain, analisis mendukung penyebab dari pemboran. Hal yang memperkuat teori Lusi dipicu oleh kesalahan operasi pemboran •

Analisis berbagai faktor: Semua kunci faktor-faktor yang penting untuk suatu pemboran telah menyebabkan mud volcano terdapat di sana.



Adanya pelanggaran pada aspek keamanan pemboran: Terdapat isu-isu kritis terkait keamanan yang sebenarnya harus dipelihara ketika dilakukan pemboran dan hal ini dinilai banyak hal-hal tersebut dilanggar.



Perlunya casing mencegah ‘kick’: Tingay mengatakan bahwa semua sumur harus dilindungi menggunakan suatu casing besi dan beton atau perlindungan dengan interval yang regular untuk membantu menghentikan aliran fluida ke dalam sumur (Kick).



Kegagalan melindungi sumur pada kedalaman 3600 m: Dia percaya bahwa perusahaan telah gagal secara baik untuk melindungi sumur pada kedalaman 2600 m ketika melakukan pemboran.



Pengabaian pemasangan casing dan implikasinya: Dikatakan pemasangan casing memang memakan banyak waktu dan, waktu adalah uang. Mereka melewatkan dua rencana titik casing. Perusahaan berlanjut

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

20

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI melakukan pemboran sehingga bagian dari dinding sumur pemboran telah memberikan suatu jalan. •

Analogi situasi bahaya yang dihadapi: Mereka mendapatkan situasi yang bahaya. Bagian itu dianalogikan seperti ketika kita mengendarai kendaraan di malam hari pada jalan basah dengan ban jelek dan tidak ada lampu penerangan.



Temuan masuknya fluida dalam jumlah signifikan ke dalam sumur: Riset yang dihasilkan menunjukkan bahwa 40 sampai 60 meter kubik fluida dan gas hidrogen sulfide (H2S) telah memaksa untuk masuk ke dalam sumur dan mengalirkan ke permukaan. Lapindo merespon ini dengan menutupi permukaan dari sumur. Itu efektif seperti menempatkan topi di sumur.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

21

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

BAGIAN V: POLA PIKIR DAN PERKIRAAN KEADAAN

Pola pikir dan perkiraan keadaan disusun secara rasional mencakup aspek: 1) Kondisi umum, 2) Kondisi Kontroversi saat ini, 3) Paradigma, 4) Lingkungan strategis, 5) Kondisi yang diharapkan dari Debat, 6) Luaran, dan 7) Outcome Kondisi Umum Semburan Lupsi sebagai pengendali mekanisme Bencana (disaster driving force mechanism) masih berlangsung (going on) dengan intensitas semburan yang tinggi (highly intensity of flow rate), sehingga menimbulkan potensi dan ancaman terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dalam kaitan dengan aspek kebencanaan Lupsi, pengendali mekanisme adalah semburan yang berlangsung secara merambat lambat namun pasti (slow creep disaster). Sehingga daerah terdampak berpotensi meluas, bersamaan dengan itu penanganan terhadap dampak yang ditimbulkannya sangat komplek (complexity in disaster management). PADA HUT ke 2 Lupsi 29 Mei 2008, telah digunakan oleh banyak pihak sebagai suatu momentum yang baik untuk mempublikasikan makalah posisi (position paper) terkait hal tersebut, dengan mengangkat tema-tema kontroversi antara lain (lihat kompilasi Judul Makalah Lupsi diterbitkan tahun 2008): 1)

Lupsi yang semakin menjadi monster (menakutkan),

2)

Misteri dan kontroversi berlanjut antara gempa bumi dan pemboran,

3)

Lupsi telah tumbuh dengan sangat cepat, sehingga mengalami fase sudden collapse;

4)

Lupsi telah tenggelam di bawah kawahnya sendiri, dan sekarang telah menjelma menjadi suatu daerah kaldera di sekitar pusat semburan; dan

5)

Masalah dampak sosial kemasyarakatan serta lingkungan yang antara lain telah disebut sebagai suatu bencana lingkungan terbesar di abad 21 (the World’s most environmental disastrous).

6)

Para ilmuwan menyatakan bahwa Lupsi bukan disebabkan oleh gempabumi tapi masalah pada Pemboran.

Kondisi awal kontroversi penyebab dan pemicu Lupsi Penyebab dan pemicu semburan Lupsi masih tetap misteri dan berkembang menjadi suatu kontroversi yang mengemukakan, baik di media masa, di kalangan ilmuwan, politikus, maupun sampai ke ruang sidang pengadilan. Dalam kontroversi Lupsi mengkristal menjadi tiga Kubu yaitu: Kubu Gempa, yang menganggap Lupsi dipicu oleh gempabumi (dipimpin oleh Mazzini di dalamnya B. Istadi). Kubu Pemboran, menganggap Lupsi dipicu oleh kesalahan pemboran sumur Banjar Panji-1 (dipimpin Davies, di dalamnya termasuk Rudi Rubiandini). Kubu Netral, yang tidak mempermasalahkan pemicu gempa atau pemboran, tapi lebih melihat dampak yang terjadi serta mencari solusi dari sudut pengelolaan Lupsi di permukaan (surface Lupsi Management), ke dalamnya termasuk H. Abidin. “War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

22

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Permasalahan mendasar 1)

Upaya penanggulangan semburan (mematikan atau mengurangi debit) sangat memerlukan knowledge dan baseline informasi terkait pada pengendali mekanisme dari kedua Kubu kontroversi terhadap penyebab dan pemicunya;

2)

Kontroversi terkait dengan penyebab (causing) dan pemicu (triggering) Lupsi di dalam negeri (Indonesia) belum dapat mengkristal menuju suatu solusi yang bersifat simultan atau universal (simultaneous and universal).

3)

Perdebatan pada forum internasional (termasuk di forum AAPG 2008) bila mengambil suatu keputusan yang membenarkan salah satu Kubu, dapat memberikan implikasi terhadap dinamika penanggulangan Lupsi aspek nonteknis. Termasuk mempengaruhi langsung atau tidak proses hukum yang masih berlangsung.

4)

Upaya-upaya di luar aspek teknis, masih ada pihak-pihak yang ingin dan dapat memanfaatkan momentum Bencana Lupsi sebagai senjata untuk mendiskritkan kinerja Pemerintah Indonesia (seperti lambat, kurang peduli, tidak konsisten dll., dalam upaya penanggulangan bencana Lupsi).

5)

Masalah sosial kemasyarakatan dalam penanggulangan Lupsi, masih sangat sensitif dipengaruhi baik langsung atau tidak langsung oleh masukan-masukan yang datang dari luar. Sementara dari sisi intensitas gejolak sosial cenderung akan meningkat sehubungan dengan adanya akumulasi dari beberapa isu sekaligus, yaitu: o

Pembayaran uang muka 20% skema cash and carry (CC);

o

Pembayaran CC tahap 80%;

o

Pembayaran pembebasan 3 Desa di selatan luar PAT, sebagai tindak lanjut Perpres 48/2008;

o

Tindak lanjut sehubungan 9 RT dari 3 Desa di luar PAT yang telah dinyatakan tidak layak huni dan diusulkan untuk dievakuasi;

o

Masalah dampak lingkungan sebagai opsi pembuangan Lupsi ke laut melalui Kali Porong; dan

o

Dampak berganda dari relokasi infrastruktur di barat PAT.

Lingkungan Strategis o

Di dalam industri migas tidak terlepas adanya persaingan baik nasional, regional, maupun internasional;

o

Terkait rencana Debat Lusi Oktober 2008 mendatang, beberapa pihak, dalam pernyataannya yang dipublikasikan di media publik internasional, telah memasukkan aspek Ilmiah versus Politik.

o

Antara lain dinyatakan bahwa proses hukum yang telah diputuskan (hasil 2 pengadilan dan satu di MA), serta yang sedang berjalan di Jatim sangat terkait dengan kekuatan (power) dari Pemerintah?;

Paradigma •

Perpres 14/2007 dan Perpres 48/2008 terkait kebijakan Penanggulangan Lupsi, memberikan landasan pada misi upaya penanggulangan semburan Lupsi;



Buku Semburan Lumpur Panas Lusi: Sebuah pelajaran dari Bencana, ditulis Basuki (2008), sebagai referensi kilas balik Penanggulangan Lusi. Merupakan kilas balik terhadap upaya penanggulangan semburan mulai saat awal terjadinya semburan

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

23

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI sampai langkah nyata. Termasuk di dalamnya menempatkan kontroversi mud volcano versus underground blow out. Kondisi Yang diharapkan: 1.

Kontroversi dapat lebih didekatkan dan memperkecil perbedaan-perbedaan mendasar terkait penyebab dan pemicu semburan Lupsi, sehingga ke depan dapat lebih dikonsentrasikan upaya penanggulangan semburan Lupsi;

2.

Hasil perumusan akhir atau kesimpulan yang dibuat sepanjang dalam koridor forum ilmiah, diharapkan tidak memberikan implikasi negatif di Indonesia (sebagai masalah dalam negeri);

3.

Terbangun suatu basis baseline data dan informasi serta knowledge mencakup anatomi, pengendali mekanisme semburan Lupsi;

4.

Dapat ditangkap pandangan ilmiah untuk mendekati beberapa isu kritis dan aktual antara lain: • Apakah semburan Lupsi dapat dihentikan atau tidak, • Bila dapat dihentikan alternatif teknologi yang paling tepat guna, • Bila tidak dapat dihentikan berapa lama perkiraan dari umur waktu kehidupannya (life time), • Bila ada kejelasan lama waktu kehidupannya, maka pendekatan dan metoda apa yang paling efektif dan rasional untuk pengendalian (controlling) semburan dan luapan Lupsi ke depan. Termasuk antisipasi dampak berganda (multiplier impact) geohazard termasuk subsidence, bubble, retakan, patahan, serta dampak lingkungan pada lahan, sungai, udara, air tanah dll., • Bila ada kejelasan semburan tidak dapat dihentikan, di samping upaya pengendalian luapan, apakah ada teknologi untuk dapat mengurangi flow rate semburan?

Mekanisme Debat Lupsi AAPG adalah suatu organisasi profesi dengan latar belakang disiplin (discipline background) merupakan perpaduan antara ilmu kebumian (Earth Sciences) dan teknik perminyakan (petroleum engineering), termasuk di dalamnya industri hulu minyak (upstream petroleum industry). Dalam kaitan ini AAPG menggunakan momentum Pertemuan Internasional di Cape Town 28 Oktober 2008 untuk menyelenggarakan agenda sesi teknis (technical session) berjudul Debat mud volcano Lupsi: dipicu gempa atau pemboran? Para Panelis pada Debat Lupsi tersebut telah dipilih berdasarkan reputasi, kompetensi dan karya ilmiah berskala Internasional. Selanjutnya para panelis diposisikan ke dalam 3 (tiga) kelompok, dimana dua kelompok merupakan bagian inti dari kontroversi dan satu panelis diposisikan untuk menampilkan dampak deformasi saat ini. •

Dari Kubu Gempa antara lain A. Mazzini (Olso) dan B. Istadi (Lapindo-Indonesia);



Dari Kubu Pemboran antara lain R. Davies (UK), dan M. Tingay (Australia), Manga (Amerika) dan R. Rubiandini (Indonesia);



Sedangkan Kubu Netral, fokus pada dampak geohazard adalah H. Abidin (Indonesia). Sebagai moderator dipilih Anggota AAPG yang dinilai dan diharapkan dapat berperan mendinamisasikan mekanisme debat secara netral.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

24

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Luaran (output) Umum •

Semakin kaya ketersediaan baseline informasi dan knowledge untuk mendekatkan pada solusi penyebab dan pemicu Lupsi;



Tersedia alat bantu yang lebih bermakna terhadap upaya penanggulangan semburan Lupsi ke depan, yaitu a)

dapat dimatikan,

b)

teknologi untuk mematikan,

c)

tidak dapat dimatikan,

d)

durasi waktu kehidupan (time life) Lupsi,

e)

strategi yang tepat dalam pengendalian semburan dan luapan lumpur.

Skenario Hasil yang mungkin dicapai: Sebagai asumsi dasar apapun yang akan diambil atau dihasilkan dari debat Lupsi di forum internasional AAPG, adalah terbatas de facto dan tidak mempunyai kekuatan sebagai hukum positif (de jure). Secara positif ada suatu kristalisasi terhadap dua skenario penyebab dan pemicu Lupsi yang sejak lahirnya telah menimbulkan kontroversi. Untuk selanjutnya digunakan sebagai salah satu acuan (one references) untuk penanggulangan semburan Lupsi ke depan. Bila AAPG melangkah lebih jauh dengan skenario memilih atau menentukan salah satu dari Kubu Gempa atau Kubu Pemboran, diperkirakan akan dapat berimplikasi langsung atau tidak langsung pada posisi Indonesia saat ini. Baik dikaitkan dengan proses kebijakan publik (Penanggulangan Lupsi berdasarkan Perpres 14/2007 dan Perpres 48/2008), maupun terhadap masalah keadilan. Isu ini bisa bergerak menuju skenario terburuk dimana pihak-pihak tertentu akan mempunyai amunisi untuk membawa masalah Lupsi sampai ke Komnas HAM Internasional. Atau pihak-pihak tertentu akan menggunakan hasil tersebut sebagai acuan untuk memperkuat posisi masing-masing (bargaining position). Termasuk dalam hal ini proses hukum yang masih berlangsung di Indonesia. Tiga alternatif pemulihan skenario Skenario 1: Tidak dapat dirumuskan salah satu dari 2 kubu penyebab dan pemicu, dan dalam ilmu kebumian hal ini menjadi suatu yang lumrah. Contoh aktual adalah debat yang memakan puluhan tahun terhadap paradigma Tektonik Dunia Baru (New Global Tectonics), khususnya penyebab dan pemicu dari Tektonik Lempeng (plate tectonic). Sebagai implikasi kontroversi terus berlangsung, dan tidak memberikan dampak terhadap tatanan penanggulangan Lupsi saat ini, kecuali proses lesson learn dan ketersediaan data, informasi dan knowledge akan semakin meningkat

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

25

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Skenario 2: Dipilih atau diputuskan salah satu kubu yang paling mungkin dari Kubu Gempa atau Kubu Pemboran. Pemilihan salah satu dari kedua Kubu tersebut akan memberikan implikasi dan konsekuensi, walaupun keputusan yang diambil lebih bersifat de facto bukan de jure. Skenario 3: Keputusan merupakan kombinasi dua alternatif di atas diikuti dengan agenda tindak lanjut. Skenario ini sedikit lebih tinggi dari skenario 1, dan hampir sama dengan Seminar Mencari Solusi Semburan Lupsi (Februari 2008 di Surabaya), terjadi proses pemilahan terhadap bukti-bukti kunci yang disertai komitmen untuk digunakan pada suatu forum yang akan ditentukan kemudian. Implikasi terhadap Skenario 2: memilih Kubu Gempa atau Pemboran Hal yang patut mendapatkan perhatian adalah bila Skenario 2 dipilih atau diputuskan AAPG, karena seolah-olah akan terjadi suatu proses ‘pengadilan pada forum ilmiah Internasional’, sehingga memberikan implikasi. Bila Kubu Gempa pada Skenario 2 yang dinilai lebih rasional, maka sebagai konsekuensi: 1)

Pengukuhan kebencanaan: Lupsi sebagai fenomena alam berupa mud volcano, yang dipicu oleh gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006; sehingga secara tidak langsung seolah-olah Pemerintah harus mendeklarasikan Lupsi sebagai Bencana Alam;

2)

Ambil alih penanganan semburan dan luapan Lupsi di dalam PAT: Sebagai konsekuensi logis, ke depan Pemerintah mengambil alih langkah tindaklanjut penanggulangan pusat semburan termasuk pengaliran Lupsi ke Kali Porong yang selama ini ditangani Lapindo;

3)

Penanganan aspek lainnya di dalam PAT: Menangani aspek lainnya kecuali masalah ganti rugi (yang merupakan komitmen Lapindo) yang sudah memasuki tahapan 80%, ke dalamnya termasuk HSE (Health, Security, Environment),

Bila Kubu Pemboran dinilai lebih rasional, maka tidak akan banyak pengaruhnya dalam mengubah tatanan penanggulangan yang saat ini berlangsung, dimana apapun hasilnya Lapindo seolah-olah telah diasumsikan bersalah (persepsi Publik berdasarkan guilty by the press) dan realitas di lapangan antara lain melaksanakan Perpres 14/2007 pasal 15 (1-5). Sebagai konsekuensi logis bila AAPG memilih opsi Kubu Pemboran, maka sesuai dengan Perpres 14/2007 maka Lapindo secara tidak langsung didorong untuk melakukan penanggulangan semburan dengan asumsi dasar Lupsi sebagai underground blow out (UDBO), sehingga strategi dan teknologi yang dipilih adalah mematikan semburan di bawah lokasi sumur BJP-1. Outcome: •

Kontroversi penyebab dan pemicu Lupsi dapat lebih terkelola dan ditempatkan pada kaidah ilmiah, yang tidak merambah ke aspek sosial dan politik;



Pemerintah bersama seluruh stakeholder dapat membangun hubungan yang lebih kondusif, terlepas dari tekanan maupun ketidakteraturan (disorder) sehingga Penanggulangan Lupsi dapat dioptimalkan, guna memulihkan kembali sendi-sendi kehidupan masyarakat.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

26

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

BAGIAN VI: POSISI KUBU GEMPA: LUPSI DIPICU GEMPABUMI YOGYAKARTA 27 MEI 2008 Mazzini, A., Svensen, H., Akhmanov, G.G., , Aloisi, G., Planke S., Malthe-Sørenssen, A., and Istadi,B. Sekilas Posisi Umum Kubu Gempa Kubu Gempa akan mempertahankan bahwa fenomena Semburan Lumpur Panas Sidoarjo tidak mempunyai hubungan langsung dengan Sumur Banjar Panji-1!

Apakah Semburan Lumpur Panas Sidoarjo (Lupsi) berhubungan dengan Sumur Banjar Panji-1? Skematik stratigrafi sumur Banjar Panji-1 dari Mazzini et al. (2007) digunakan untuk menggambarkan bahwa mud volcano Lupsi dipicu oleh adanya underground blow out, melalui rekahan (rapture) ke permukaan. Dalam kaitan ini kontroversi juga terjadi apakah sumur Banjar Panji-1 menembus Formasi Kujung? Kubu ‘Gempa’ pimpin A. Mazzini mengatakan bahwa pemboran sumur BJP-1 tidak menembus Formasi Kujung, sedangkan Davies et al. (2007 dan 2008) tetap berpendapat bahwa Sumur BJP-1 menembus Formasi Batugamping terumbu Kujung.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

27

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

Selanjutnya Kubu Gempa akan menyajikan bukti-bukti untuk memperkuat bukti-bukti mud volcano Lupsi dipicu oleh gempabumi Yogyakarta: •

Berkembangnya mud volcano yang alami, disebut Gunung Anyar berlokasi 30 km dari Lusi.



Terdapat bukti arah semburan Lupsi mengikuti struktur patahan, dalam hal ini dipercaya bahwa patahan sebagai pemicu. Alternatif lainnya adalah apakah semburan memicu patahan.



Para ahli percaya bahwa kecepatan aliran fluida dengan kecepatan 150.000 m3/hari tidak dapat atau tidak mungkin untuk dapat melalui lubang bor yang hanya berukuran 12,25 Inchi.



Terdapat contoh-contoh atau analogi hubungan gempa dan erupsi lumpur, dimana gempa yang lebih dekat dan magnitude lebih besar dapat menimbulkan semburan seperti di lepas pantai Iran tahun 1945 (Makran earthquake) dan Maret 1999 (Malan Island formation; Kopf, 2002).

Gambar bukti-bukti yang memperkuat gempabumi sebagai pengendali mekanisme semburan Lupsi yang juga digunakan oleh Tingay (2007) dari Kubu Pemboran.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

28

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

Tahap penting Kubu Gempa harus dapat meyakinkan Kubu Pemboran bahwa gempabumi Yogyakarta dapat dan layak sebagai pengendali pemicu semburan mud volcano Lupsi Gambar memperlihatkan indikator dari gempabumi Yogyakarta yang digunakan oleh Kubu Gempa, sebagai pengendali mekanisme pemicu terjadinya Lupsi (diambil dari Tingay). Pernyataan Penolakan terhadap Kubu Pemboran bahwa semburan Lupsi disebabkan pemboran. Sangatlah tidak mungkin untuk menentukan pemicu semburan LUPSI seluruhnya dari Pemboran. Kubu Gempa menyatakan bahwa tidak dapat disimpulkan dari data tersedia dan pembuktian lapangan suatu hipotesis bahwa semburan seluruhnya dikontribusikan pemboran, sebagaimana disampaikan oleh Davies dkk., 2007. ‘However, based on the available data and evidences, the hypothesis of an eruption entirely attributed to drilling (e.g. Davies et al., 2007), is inconclusive’.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

29

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

Gambar Lokasi Lupsi di belakang komplek gunung magmatik Pananggungan, Sesar dan Escarpment Watukosek yang memotong lokasi Lupsi, dan lokasi mud volcano lainnya di Jawa Timur, merupakan anatomi penting mendukung konsep Lupsi sebagai mud volcano tipe quasy-hydrotermal

Model semburan Lupsi dari Kubu Gempa Pemicu dari gempabumi terhadap awal semburan Lupsi: Data yang tersedia mendukung hipotesis bahwa aktivitas awal dari Lupsi terutama telah dipicu oleh energi yang dilepaskan oleh gempabumi tanggal 27 Mei, dan bukan oleh kegiatan pemboran. Asumsi bahwa rekahan dan sesar yang telah ada mengalami tekanan berlebih akibat gempa bumi: Kubu Gempa percaya bahwa perekahan dalam berasosiasi dengan sesar yang sebelumnya telah ada di dalam dan di atas satuan lempung yang telah mengalami tekanan berlebih, sebagai konsekuensi dari gempabumi. Naiknya fluida bertekanan tinggi dari interval 1323-1871 melalui rekahan yang baru terbentuk: Fluida dalam interval overpressured (1323–1871m) mulai naik ke permukaan melalui rekahan yang baru terbentuk. Pemicu aliran fluida sebagian dihasilkan oleh adanya pengurangan tekanan yang memungkinkan melepaskan CO2 dari pori air (pore water). Mekanisme aliran fluida secara vertikal: Turunnya nilai tekanan hidrostatik pada kedalaman 1700 m akan menghasilkan pengurangan tekanan kira-kira 11 MPa. Suatu tekanan berkurang pada besaran 100 °C akan menghasilkan pengurangan solubilitas dari CO2 dalam air sebesar 6 g/L. “War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

30

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Proses depresurisasi dan pelepasan gas menyebabkan suatu eskalasi aliran fluida secara vertikal. Pola semburan Geyser: Pulsanisasi akibat pendidihan pada kedalaman 200m Sekali aliran fluida panas mencapai kedalaman yang dangkal (~200 m), tekanan hidrostatik dari fluida mulai mendidihkan dan menghasilkan erupsi dari air dan lumpur yang terus diperbarui, dengan sifat-sifat pulsanisasi. Sumber pendidihan dan keluarnya CO2 dan CH4: Pendidihan bersamaan dengan keluarnya gas (CO2 dan CH4) menginisiasi sistem berkelanjutan dan merupakan suatu mesin bertenaga (powered engine) yang mampu untuk menyemburkan lumpur dalam waktu yang lama. Pernyataan Kunci Lupsi dikendalikan mekanisme Gempabumi Semburan lumpur dipicu gempa bumi 27 Mei di Yogyakarta: Walaupun kesimpulan ini adalah hasil dari suatu rangkaian penyelidikan, namun pengamatan Kubu Gempa telah mengkerucut bahwa gempabumi yang terjadi 27 Mei 2006 di Yogyakarta, dianggap telah memicu terjadinya semburan lumpur (triggering mud eruption). Pengendali mekanisme Lusi dari gempa Yogyakarta 27 Mei 2006, membentuk rekahan, depressurization fluida pori:  Berdasarkan data geokimia dan pengamatan lapangan, Kubu Gempa mengusulkan bahwa mekanisme semburan (mud eruption mechanism) bermula saat setelah terjadinya gempabumi 27 Mei di Yogyakarta,  Proses berikutnya adalah membentuk rekahan yang berasosiasi dengan depressurization fluida pori, dengan temperatur > 100 derajat Celcius dari kedalaman > struktur yang telah berada pada kondisi kritis. Rekahan yang terbentuk menyebabkan migrasi lumpur bertekanan tinggi: Model konsep yang baru (new model conception) adalah bahwa terjadinya semburan lumpur diawali oleh rekahan, diikuti dengan migrasi secara vertikal lumpur bertekanan tinggi (fracture following vertical migrating of overpressure mud). Pengangkatan lumpur didorong oleh pengurangan tekanan dalam rongga pori: Pengangkatan lumpur ke permukaan dihasilkan oleh adanya pengurangan tekanan dari keluaran dari gas yang tidak terlarut di dalam rongga air (pore fluid).

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

31

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

Gambar memperlihatkan pembengkokan rel kereta api disebabkan gerakan deformasi patahan, dan penampang seismik dimana lokasi pemboran sumur BJP1 pada daerah yang mengalami struktur seperti diapirisme Pengendali daya (driving force) ini memungkinkan lumpur mencapai permukaan bumi dengan kecepatan yang tinggi untuk menginduksi pendidihan pada kedalaman dan fluida rongga yang panas.

Gambar memperkuat fakta awal semburan mengikuti arah kelurusan struktur Patahan Watukosek: Citra satelit dari daerah sekitar Lusi sebelum semburan. Bintang biru mencirikan bahwa lokasi rembesan dan semburan diamati selama minggu pertama sejak 29 Mei. Lokasi erupsi dan evolusinya tampak selaras mengikuti orientasi yang bersamaan dengan orientasi sesar SW-NE. Orientasi dari sesar ditandai oleh garis putus-putus kuning. Pada kedudukan semburan fluida dan lumpur telah diawali dengan observasi semburan dari tiga lokasi berdekatan.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

32

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

Gambar pemantauan kinerja dari lokasi LUPSI, yang intinya menampilkan peningkatan kecepatan semburan Lupsi dikaitkan dengan adanya intensitas dari gempabumi. Periode semburan kuat bersamaan dengan catatan puncak kandungan H2S dan CH4. Bintang mencirikan catatan gempabumi dengan kekuatan M>3,7 dan dengan pusat gempa berjarak 300 km dari Lusi (Sumber USGS). Perlu dicatat bahwa pemantauan selama bulan Juni dan Juli telah 2007 dilaksanakan pada saat kecepatan harian dan karena itu tidak akurat untuk bagian sisa dari catatan; setelah tanggal 26 September pemantauan telah dilaksanakan kira-kira setiap 4 hari. LEL diukur dari konsentrasi CH4 pada emisi asap gas, dimana 20% setara dengan 10.000 ppm

Pembentukan sistem panas bumi dan ekspresi permukaan seperti geyser: Kondisi di atas menghasilkan pembentukan suatu sistem panas bumi (geothermal system), dengan ekspresi permukaan menyerupai geyser yaitu adanya perulangan semburan tinggi (dengan kick) dan fase semburan tenang, yang sedikit banyak dihubungkan dengan terjadinya aktivitas terkait dengan kegempaan regional. Perkuatan bukti-bukti kejadian Lusi dipicu oleh gempabumi? Even gempa bumi 27 Mei 2006: •

Tanggal 27 Mei tahun 2006 pada jam 5:54 waktu setempat terjadi fenomena gempabumi dengan kekuatan 6,3 skala Richter, yang telah mengguncangkan bagian selatan dari Pulau Jawa, diikuti gempa susulan dengan kekuatan 4,8 dan 4,6 SR yang terjadi 4 dan 6 jam dari gempa utama (U.S. Geological Survey, 2006).



Episentrum telah direkam 25 km baratlaut Yogyakarta, dan menyebabkan lebih dari 6000 orang meninggal dunia dan sekitar 1,5 juta orang kehilangan rumah.

Hubungan semburan Lusi dan Gempabumi: Pertanyaan adalah apakah ada hubungan antara gempabumi 27 Mei dengan semburan Lupsi? Bukti-bukti adanya hubungan tersebut di bagian dunia lain: •

Dalam kaitan ini Kubu Gempa berpendapat bahwa terdapat analogi yang cukup baik menggambarkan hubungan pola semburan tipe geysers, emisi metan, dan dinamika gunung lumpur (mud volcano dynamics) dikaitkan dengan aktivitas tektonik (tectonic activity).



Hal penting bahwa semburan dapat diakibatkan oleh suatu gempabumi walaupun jaraknya beberapa ribu kilometer. Dalam hal ini juga terdapat suatu tenggang waktu beberapa hari antara terjadinya gempabumi dan inisiasi semburan.



Ditambahkan adanya kesamaan variasi pada tekanan dan permeabilitas yang telah dicatat pada sumur berlokasi ratusan hingga ribuan kilometer dari pusat gempa.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

33

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Penjelasan adanya waktu jeda 2 hari antara gempa dan awal semburan •

Catatan waktu jeda (time gap) antara gempa bumi dan erupsi dapat dijelaskan dengan mekanisme sebagaimana yang dijelaskan oleh Miller et al. (2004).



Penulis tersebut menguraikan gempa bumi menginisiasikan gerakan fluida secara lokal, dan sebagai konsekensi, lebih memicu gempabumi setelah waktu jeda.



Sistem fluida gempa dapat berlanjut untuk beberapa saat setelah even utama.

Faktor pendukung struktur diapir terkait dengan struktur sesar dan lipatan: Lebih jauh lagi, struktur pembubungan vertikal di bawah gunung lumpur juga terkadang berasosiasi dikontrol oleh faktor-faktor seperti sesar dan antiklin. Fenomena struktur pengkubahan dan tektonik aktif relevan dengan pemicu Lusi: Kedua pengendali adanya tektonik aktif yaitu sesar dan struktur piercement sangat relevan dengan lokasi Lupsi. Bukti-bukti dan aktivitas Sesar Watukosek: Suatu patahan memotong gunung Pananggungan dan singkapan dari escarpment Watukosek melebar dengan arah timur laut ke arah Lupsi. Dimana sesar ini memotong rel kereta api yang bengkok yang terjadi sesaat setelah gempa bumi 27 Mei 2008, mengindikasikan aktivitas sesar geser lateral yang kuat. Data pendukung lainnya Sungai Porong yang memperlihatkan pembelokan mengindikasikan sejarah yang panjang dari ciri sesar tersebut. Bukti-bukti terdapatnya gunung lumpur lainnya yang membentuk orientasi yang seragam: Kesamaan arah sesar juga diakomodasikan dengan kelurusan berkembangnya gunung lumpur lainnya di daerah tersebut (yaitu Gunung Anyar, Pulungan, Kalang Anyar, Bangkalan). Bukti-bukti adanya struktur diapir, sebagai bukti sejarah adanya aliran vertikal: Dalam penampang seismik refleksi (seismic reflection profile) yang dihasilkan sebelum semburan 26 Mei 2006, memperlihatkan bukti adanya struktur pembumbungan vertikal (diapir) dengan lapisan miring ke atas sekitar zona corong Lusi. Indikasi tersebut dapat ditafsirkan sebagai suatu bukti untuk sejarah yang panjang terhadap adanya pergerakan lumpur ke arah vertikal di bawah Lupsi, kemungkinan erupsi yang sebelumnya atau alternatif adanya gangguan sinyal yang ditimbulkan oleh sesar yang memotong daerah ini. Sesar memicu terbentuknya rekahan atau reaktivasi struktur yang telah ada: Kubu Gempa berpendapat bahwa even gempa bumi 27 Mei 2006 mendistribusikan tekanan (stress distribution) pada beberapa bagian di Jawa dan khususnya dikontribusikan oleh reaktivasi rekahan pada sesar yang sebelumnya telah eksis, selanjutnya memberikan dampak terhadap tekanan fluida (fluid pressure) dan permeabilitas dan dipicu oleh tekanan berlebih di bawah permukaan yang telah ada dari struktur pembubungan. Hadirnya semburan pasir dan rekahan dekat lokasi Banjar Panji-1 (Penekanan Lupsi tidak keluar dari sumur bor): Beberapa erupsi pasir yang terjadi di dekat semburan utama telah muncul beberapa hari setelah awal semburan.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

34

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Rekahan di daerah berdekatan dengan sumur eksplorasi BJP-1. Dengan panjang ratusan meter dan lebar puluhan sentimeter juga dapat diamati terjadi beberapa hari setelah semburan. Hal ini untuk memperkuat bukti-bukti bahwa semburan dikontrol oleh struktur rekahan (crack) dan patahan (fault). Catatan Analogi: Tingay dari Kubu Pemboran telah menyampaikan analogi terjadinya mud flow di lepas pantai Brunei, dengan karakteristik terdapat rekahan di dekat pusat semburan yang dipicu oleh underground blow out, memerlukan 20 tahun untuk menghentikannya dan menggunakan 23 relief well). Kaitan semburan dan pola rekahan dan sesaran regional NE (Penekanan Lupsi keluar mengikuti arah zona lemah Patahan Watukosek): Pola rekahan dan lokasi erupsi baru berkembang di daerah tersebut dan menerus ke komplek volkanik Arjuno–Welirang ke arah pantai di timur laut, dengan arah Timurlaut, arah ini relatif sejajar dengan orientasi sesar yang melintang dengan arah timurlaut-baratdaya. ’ Terdapatnya sesar ini diperkirakan dari penafsiran seismik refleksi regional dan dari pengamatan lapangan (namun hal ini disanggah Davies., 2008, tidak ada patahan yang memotong BJP-1). Kaitan orientasi daerah tenggelam dengan arah sesar regional (daerah sumber mengikuti arah struktur Watukosek): Suatu hal yang menarik, karena di sekitar Lupsi daerah tenggelam mempunyai bentuk seperti elips (sumbu panjang 7×4 km) dengan memanjang sepanjang orientasi sesar baratlaut-timurlaut. Sebagai catatan arah elips di pusat semburan berdasarkan citra satelit Insar adalah utara-selatan (Abidin et al., 2008). Kubu Pemboran memperkuat bukti-bukti bahwa asal-usul Lupsi tidak terkait langsung Pemboran Pendapat Kubu Gempa, Tidak ada kick dan semburan melalui lubang bor BJP-1: •

Hipotesis ini akan memberikan implikasi bahwa sirkulasi lumpur di dalam sumur telah diinterupsi selama pemboran, diikuti olah suatu kenaikan tekanan pori.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

35

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI



Hal ini dapat berpotensi untuk menciptakan suatu aliran yang tidak terkontrol dari fluida reservoir ke dalam lubang bor dan menyembur liar.



Sebagai contoh semburan liar dari pemboran pada lokasi yang tidak diketahui (e.g. blow-out in the North Sea at Ekofisk field Bravo platform in April 1977, and in Brunei, Tingay et al., 2005).



Namun, tidak ada tendangan ‘kicks’ tercatat pada dasar lubang bor BJP-1, dan tidak ada semburan melalui sumur.

Bukti sepatu pemboran yang masih menempel, tidak ada semburan bersentuhan dengan sumur bor: Lebih jauh lagi sepatu dari sumur BJP-1 yang umumnya sebagai titik lemah dengan pahat bor masih pada posisi yang menempel, karena itu disimpulkan bahwa saluran semburan utama tidak bersentuhan dengan sumur. Pengujian lubang bor memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan antara sirkulasi fluida di dalam sumur dan semburan lumpur ke permukaan. Data-data Kubu Gempa yang akan digunakan untuk memperkuat pemboran tidak memicu Lusi Gambaran Umum Pada war-game Debat Lusi di Pertemuan Internasional AAPG di Afrika Selatan 28 Oktober 2008, pada sesi teknis tersebut akan dihadiri terutama oleh komunitas para ahli kebumian dan ahli pemboran eksplorasi dari manca Negara. Sehingga isu kritis yang terkait langsung parameter teknis pemboran, akan mendapatkan suatu respon yang rasional dan kompeten. Mengacu pada pertemuan Seminar Mencari Solusi Penanggulangan Lusi di Surabaya, Februari 2008 yang lalu telah terjadi interaksi antara kedua Kubu Gempa dan Pemboran. Antara lain terkait asumsi kuantitatif ‘tekanan formasi’ yang digunakan oleh Kubu Gempa yang dianggap tidak tepat, sehingga menimbulkan kesalahan penafsiran akhir.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

36

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Beberapa isu kritis tersebut pada pertemuan informal (21 September 2008) dengan Ir. B. Istadi (Kubu Gempa), telah diaktualisasikan. Dan beberapa disajikan di bawah ini. Kesimpulan 1. Penggunaan data yang salah, yang tidak dilakukan “reality check” terlebih dahulu, menyebabkan kesimpulan yang tidak benar dan tidak dapat diterangkan secara fisika. 2. Penggunaan data yang benar membuktikan bahwa tekanan formasi tidak memecahkan batuan. 3. Pemasangan casing sudah sesuai dengan prosedur yang ada dan bukan penyebab semburan lumpur. 4. Ada beberapa fakta penting yang ada menunjukan bahwa semburan bukan berasal dari lubang sumur . Kubu Gempa akan menampilkan Asumsi yang digunakan beberapa ahli yang dinilai TIDAK TEPAT!

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

37

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

Gambar memperlihatkan kontroversi asumsi tekanan antara kedua kubu. Perbedaan Asumsi yang digunakan antara Kubu Pemboran dengan Kubu Gempa: •

Sebagian para ahli (Kubu Pemboran) menggunakan asumsi drilling mud sebesar 14,7 ppg;



Sedangkan fakta di lapangan yaitu pada interval water kick tekanan sebesar 8,9, sedangkan drilling mud 14,7 ppg.

Perhitungan oleh Sebagian Ahli yang dinilai (Kubu Pemboran) TIDAK sesuai dengan Data dan Fakta 1.

Di industri pemboran, SIDP dan SICP tidak pernah menggunakan chart dari mud logging unit,

2.

1054 psi dibaca 47 menit setelah shut in – Bukan merupakan ISICP,

3.

Tidak sesuai dengan data dan fakta di lapangan. Faktanya fluida dengan berat 8,9 ppg keluar sumur,

4.

Asumsi tidak berdasar, kekuatan batuan di kedalaman 4241 kaki lebih kecil dari kekuatan batuan di kedalaman 3580 kaki.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

38

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

Gambar kontroversi dalam aplikasi asumsi pada perhitungan tekanan.

Data Tekanan yang Dibaca Mud Logger Grafik diambil dari Buku “Membunuh Sumur Lapindo” (Rudi Rubiandini) disajikan oleh Tim Pemboran Lapindo (Seminar Februari 2008) 1.

Tekanan casing 1054 psi dibaca 47 menit setelah BOP ditutup, bukan merupakan ISICP. SOP di pemboran ISICP dibaca 2-3 menit setelah BOP ditutup.

2.

Adanya profil tekanan terus naik melebihi MASP menunjukan bahwa fluida bukan lagi 14,7 ppg. Seharusnya pecah ketika tekanan mencapai pada 316 psi.

3.

Adanya tekanan yang naik ketika dipompakan lumpur kedua kalinya, menunjukkan bahwa batuan tidak pecah.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

39

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

Perhitungan Tekanan yang Sesuai Data dan Fakta yang menjadikan landasan bahwa Batuan di bawah casing TIDAK PECAH

Jika menggunakan Tekanan Casing 1054 psi P@3580 = 1054 + 0,052 x 8,9 x 3580 = 2710 psi < 3053 psi (Tekanan Rekah) Data dari IADC Report: SICP 450 psi P@3580 = 450 + 0,052 x 8,9 x 3580 = 2106 psi < 3053 psi Data dan Fakta Penting Lain 1. Adanya sirkulasi pada waktu terjadi semburan 2. Hasil Sonar Logs menunjukkan tidak ada aliran di belakang casing 3. Fakta adanya kandungan Isotop Deutorium di dalam air yang keluar semburan menunjukan bahwa air berasal dari kedalaman +/- 20.000 kaki 4. Laju Alir yang besar, lebih dari 1,000,000 bbl/hari tidak mungkin bisa diproduksi melalui sebuah lubang dengan ukuran 12-1/4 inchi 5. Adanya partial loss circulation sesaat setelah adanya Gempa Jogjakarta dan total loss circulation setelah gempa susulan

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

40

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

Pemasangan Casing Pemasangan casing di-cek ulang menggunakan Landmark Software, Casing masih aman Kesimpulan penting (important conclusion) dari Kubu Gempa berdasarkan fakta dan hasil studi tidak mendukung hipotesis selama kegiatan pemboran BJP-1 terjadinya Underground Blow Out yang memicu semburan Lupsi, sebagaimana diusulkan oleh Kubu Pemboran. Gambar simulasi dari 2 alternatif hipotesis pemicu semburan Lupsi, dimana disimpulkan yang berkaitan dengan pemboran (X) tidak mungkin, sedangkan alternative 2 (V) atau OK, tidak mempunyai hubungan antara pemboran dan keluarnya semburan Lupsi.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

41

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Sistem Mud volcano Sumber Data yang digunakan Pengintegrasian data baru dan lama untuk penulisan makalah Lusi, yang berkembang di cekungan di busur belakang (backarc sedimentary basin) dekat dengan busur magmatik (magmatic arc): Tulisan ini disusun berdasarkan serangkaian data (data set) dan hasil kerja lapangan, pada suatu gunung lumpur yang relatif baru menyembur di Jawa Timur (Indonesia), yang selanjutnya diberi nama sebagai LUSI. Lokasi yang berdekatan busur magma (magmatic arc) memicu transformasi mineralogi dan reaksi geokimia pada kedalaman dangkal (shallow deep): Lokasi yang spesifik tersebut dengan latar belakang gradien temperatur yang tinggi (high gradient temperature), telah memicu terjadinya transformasi mineralogi (mineralogy transformation) dan reaksi geokimia (geochemical reaction), pada kedalaman yang dangkal (shallow deep). Pre semburan Lusi diindikasikan adanya struktur pembubungan (piercement): Penampang seismik refleksi (seismic reflection profile) memotong sumur eksplorasi BPJ-1 memperlihatkan bahwa sebelum terjadinya semburan, telah diidentifikasikan adanya aktivitas struktur (diapir lumpur membentuk pembubungan ’piercement’). Pembentukan sistem panas bumi dan ekspresi permukaan seperti geyser: Kondisi di atas menghasilkan pembentukan suatu sistem panas bumi (geothermal system), dengan ekspresi permukaan menyerupai geyser, dan berhubungan dengan terjadinya aktivitas yang terkait dengan kegempaan regional. Kedudukan Geologi Jarak terdekat Lusi dengan G. Pananggungan: Situasi LUSI pada busur belakang berjarak 10 km arah timur laut dari gunung Penanggungan. Terdapatnya indikasi sesar regional: Penampang seismik dan pengamatan lapangan menunjukkan adanya sesar regional (yang dimaksud adalah Sesar Watukosek) melalui daerah Lusi, walaupun sebagian diantaranya ia ditutupi oleh sedimen alluvial. Ada tiga gunung lumpur yang telah terbentuk sebelumnya: Beberapa kemunculan gunung lumpur berlokasi dekat Lusi. Tiga diantaranya diperlihatkan pada gambar 1 tapi kedua sejarah semburannya dan kemungkinan aktivitas yang baru-baru ini belum didokumentasikan seperti halnya lainnya yang sebelumnya telah dilakukan seperti penyelidikan di Timor (Barber et al., 1986). Stratigrafi Sidoarjo sampai pada ketebalan 3000m berumur Pleistosen: Stratigrafi daerah Sidoarjo secara lokal diperlihatkan pada gambar dari atas ke bawah yaitu : 1) sedimen alluvial, 2) Formasi Pucangan, berumur Pleistosen terdiri dari selang seling batupasir dan serpih, tebal lebih dari 900 m, 3) Formasi Kalibeng Atas, berumur Pleistosen, terdiri dari lempung abu-abu kebiruan pada kedalaman 1871 m, dan 4) Pasir volkanoklastik dengan ketebalan sekurang-kurangnya 962 m. Penegasan tidak menembus Formasi Kujung (Kubu Gempa, menganggap menembus).

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

42

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

Gambar Kolom stratigrafi dan gradien temperatur-tekanan di sumur BJP-1. Catatan bahwa tidak tersedia data pada bagian dasar sehingga tidak ada bukti yang mendukung bahwa paling dalam dari sumur BJP1 telah menembus formasi batugamping. Sekuen sedimen regresif terdiri dari sedimen lempung dan pasiran. Satuan tekanan berlebih (overpressure unit) yang tercatat selama pemboran diperlihatkan pada interval 762-914, 1323-1457, 16790-1740, 1822-1871. T=100oC dicapai pada kedalaman 1700 m. Nilai vitrinite reflectance diukur dari klastik semburan lumpur pada angka dihasilkan di bawah 1700 m pada lubang bor. Suatu hiatus kira-kira 14,4 juta tahun berada pada bagian paling dalam dari satuan pasiran ditutupi oleh fasies karbonat Miosen (Formasi Kujung). Estimasi tekanan pori didasarkan pada pengukuran pemboran. Estimasi tekanan rongga sebesar 12,8 ppg berdasarkan atas pengisian volume atas hilangnya sirkulasi.

Bagian bawah pemboran BJP-1 menembus pasir turbidit (laut dalam?): Penegasan kembali Kubu Gempa bahwa sumur BJP-1 tidak menembus Formasi Kujung Pemboran BJP-1 pada bagian lebih bawah menembus formasi pasir turbidit, tapi berbeda dengan asumsi sebelumnya (Davies et al., 2007), yang dilakukan dengan pengukuran well logging. Sanggahan pemboran tidak menembus Formasi Kujung: Memperlihatkan tidak ada bukti-bukti bahwa lubang bor telah menembus Formasi Kujung .

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

43

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

Bukti tidak adanya batuan karbonat dari bagian terdalam pemboran: Potongan terhadap batuan hasil pemboran yang terdalam, ternyata tidak menunjukkan keberadaan batuan karbonat, dan data kalsimetri mengindikasikan kandungan kalsit hanya 4% dengan tidak ada peningkatan atau perubahan yang signifikan. Sumber dari semburan lumpur: Semburan lumpur LUSI mempunyai kesamaan mineralogi lempung pada contoh dari interval 1615–1828 m, dimana lapisan-lapisan ilit dengan kandungan ilit 65% dari smektit-ilit, dan klorit dengan pengkristalan lebih tinggi didapatkan lebih sedikit. Perbandingan biostratigrafi dengan potongan sumur memperlihatkan bahwa semburan lumpur berasal dari interval lumpur antara 1219–1828 m. Prediksi sumber lumpur pada interval 1219 dan 1828m: Di sini semburan lumpur mempunyai asal usul yang dalam dan bermigrasi dari kedalaman sekurang-kurangnya 1219 m dan kemungkinan sedalam 1828 m. Alternatif kombinasi dari kedalaman 1871 m dengan tiga alternatif mekanisme fluidization: Terdapatnya pasir volkanoklastik (umumnya bersumber dari Formasi Pucangan atau dari kedalaman 1871 m) semburan setelah fase awal dari aktivitas awal Lupsi dapat berhubungan dengan faktor-faktor kombinasi. Usulan alternatifnya adalah: a)

pencairan (fluidization) dari lapisan pasiran Pucangan selama fluida kaya air naik,

b)

sebagian pencairan (partial fluidization) pada bagian paling atas dari satuan turbidit karena volume air meningkat selama terjadinya dehidarasi dari mineral lempung,

c)

sebagian pasir mengalami pencairan mengikuti adanya aktivitas seismik atau kegempaan (partial sand fluidization following seismic activity),

d)

kemungkinan masukan dari naiknya fluida dari kedudukan yang lebih dalam dari Formasi Kujung.

Bukti-bukti adanya percampuran fluida dalam dan dangkal: Hasil geokimia konsisten dengan pengamatan geologi menunjukkan adanya percampuran dari fluida dalam dan fluida dangkal (a mixture of deep and shallow fluids). Hipotesis yang mendukung bahwa gas Lusi berasal dari percampuran biogenik dan termogenik: Komposisi isotop gas mendukung hipotesis bahwa gas yang disemburkan pada LUSI berasal dari percampuran asal usul biogenik dan termogenik. Relatif rendahnya δ13C CH4 (dibawah dari − 51,8‰) mencirikan bahwa gas biogenik bercampur dengan kontribusi termogenik (thermogenic contribution). Sebagaimana didukung oleh adanya kandungan hidrokarbon berat (heavier hydrocarbons). Sumber gas biogenik lempung overpressure (1223 - 1871 m): Dalam kasus ini, satuan lempung bertekanan berlebih (overpressured clayey units) dengan kedalaman 1323–1871 m merupakan kandidat sebagai sumber gas biogenik. Sumber gas termonegik dari formasi yang lebih dalam:

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

44

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Sedangkan secara isotop termogenik gas harus bermigrasi dari formasi yang lebih dalam (antara lain Formasi Ngimbang yang berada pada kedalaman yang lebih besar. Kemungkinan H2S dikontribusikan dari gas dalam: Terdapatnya H2S yang konstan sejak awal semburan juga memberikan dugaan suatu kontribusi dari gas dalam (deep gas), atau lebih mungkin, H2S sebelumnya dibentuk pada lapisan yang lebih dangkal kaya dengan SO4 dan atau metan atau material organik. Besarnya semburan air dari proses dehidarasi lempung (Perbedaan bukan dari Formasi Kujung): Adalah sangat mungkin bahwa bagian air disemburkan sangat besar jumlahnya yaitu 15 juta m3, berasal dari dehidrasi mineral lempung sebagaimana dicirikan oleh analisis air? Lapisan 1109-1828 mengalami dampak transformasi smektit-ilit: Dalam rangka merespon pertanyaan ini, perhitungan konservatif jumlah air yang dihasilkan dari dehidrasi mineral lempung dapat dilakukan. Diketahui bahwa sekurang-kurangnya interval 1109–1828 m mengalami dampak transformasi dari smektit-ilit (smectite–illite transformation). Daerah penenggelaman 3,5 X 2 km sebagai daerah sumber: Berdasarkan pemantauan penenggelaman di permukaan, diperkirakan bahwa daerah yang berpotensi berbentuk elips dengan 2 sumbu berukuran 3,5×2 km di sekitar saluran yang berperan sebagai suatu daerah sumber. Hasil perhitungan total air dihasilkan transformasi smektit-ilit 1,2 milyar m3: Diperkirakan akan menghasilkan lebih dari 1,2 milyar m3 air dengan asumsi-asumsi, bila: 1.

1 m3 dari smektit dapat menghasilkan lebih dari 0,35 m3 dari air selama dehidrasi,

2.

rata-rata smektit terkandung dari studi lempung sebesar 35%, dan bahwa,

3.

65% dari smektit telah ditransformasikan menjadi ilit. Angka ini harus ditambahkan dengan air laut yang berasal pada satuan lempung marin yang belum terkompakkan satuan undercompacted marine clayey dan konservasi didalam satuan impermeable yang sangat tipis karena penguburan yang cepat.

Kontribusi tekanan dari diagenesis: Suatu kesimpulan penting bahwa semburan air dan mineral lempung mendemonstrasikan bahwa diagenis pada kedalaman 1109 m mengkontribusikan tekanan pada sekuen sedimen. Model semburan berulang seperti sistem hidrotermal: Analogi yang terbaik untuk perulangan dari Lusi adalah sistem panas bumi (hydrothermal systems), dimana fluida disemburkan setelah siklus pendidihan dan seketika melepaskan tekanan diikuti masa tenang. Adanya H2S membuktikan bahwa fluida muncul dari satuan yang lebih dalam: Jumlah gas H2S yang dideteksi selama fase awal dari erupsi dan secara sistematik meningkatkan aktivitas puncak, mendukung hipotesis bahwa fluida muncul dari satuan yang lebih dalam. Belum ada cukup bukti plumbing system berkaitan dengan busur gunung api: Belum ada indikasi bahwa sistem pengaliran Lusi (the LUSI plumbing system) langsung berkaitan dengan busur gunung api yang berlokasi di selatannya.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

45

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Walaupun secara umum mempunyai gradien geothermal di daerah yang tinggi, bisanya berhubungan dengan proses magmatisme. Catatan: Studi dari Badan Geologi ESDM memperlihatkan adanya bukti-bukti bahwa sumber panas antara lain dikontribusikan oleh adanya tubuh magma statis (static magma). Semburan Lusi memperlihatkan perilaku quasi-hydrothermal: Belum terdapat bukti untuk menjelaskan pergerakan fluida pada kedalaman yang besar sebagai daya pengendali erupsi. Berdasarkan data yang tersedia, dipercaya bahwa perulangan aktivitas Lusi dan temperatur yang tinggi mencerminkan perilaku sistem semburan tipe quasi-hydrothermal. Adanya bukti tambahan dari fenomena loss tanggal 27 Mei: Kemungkinan ini juga didukung oleh fakta bahwa kehilangan (loss) sebagian telah dicatat pada cairan pemboran kira-kira 10 menit setelah gempa bumi 27 Mei. Rekaman ini dapat menjadi fakta keterkaitan pergerakan sepanjang sesar, bersamaan dengan hilang kapasitas penutup (lost its sealing capacity) dan menjadi lebih permeabel. Bukti pengurangan produksi gas dari sumur Carat: Pengurangan secara simultan dari produksi gas dari sumur Carat yang berlokasi di dekat lokasi mengindikasikan bahwa sistem saluran regional (regional plumbing system) telah diefektifkan oleh even seismik (gempa bumi). Peningkatan aktivitas semburan gunung lumpur di tempat lain: Sangat menarik, bahwa terjadinya peningkatan aktivitas dari semburan-semburan kecil di tetangga gunung lumpur juga bersamaan dengan even seismik yang Resen (i.e. 27 Mei), memperlihatkan bahwa jalur aliran fluida telah diefektifkan. Semburan yang paling signifikan diamati di gunung lumpur Purwodadi (Jawa tengah) yang telah mendidihkan lumpur dan air. Antara Desember 2006 dan Januari 2007 semburan baru dengan ciri yang sama dengan LUSI terjadi di Jawa Tengah (Bojonegoro mud eruption) dan Jawa Barat (Serang mud eruption) setelah gempa bumi.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

46

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

BAGIAN VII: PANDANGAN KUBU LUPSI DISEBABKAN OLEH MASALAH PEMBORAN SUMUR BJP-1

Umum Paper Utama The East Java Mud Volcano (2006 to Present): An Earthquake or Drilling Trigger? Davies, R., Brumm, M., Manga, M., Rubiandini, R., Swarbrick, R. & Tingay, M., in press. The east Java mud volcano (2006 to present): an earthquake or drilling trigger?, Earth and Planetary Science Letters; doi: 10.1016/j.epsl.2008.05.029 Richard J. Davies*, Maria Brumm**, Michael Manga**, Rudi Rubiandini*** Richard Swarbrick**** and Mark Tingay***** *Centre for Research into Earth Energy Systems (CeREES), Department of Earth Sciences, University of Durham, Science Labs, Durham, DH1 3LE, UK (email: [email protected]) **Dept Earth and Planetary Science, UC Berkeley, Berkeley CA 94720-4767, USA. ***Petroleum Engineering, Teknik Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No.10, Bandung 40132, Indonesia ****Geopressure Technology Ltd. Science Labs, Durham, DH1 3LE, UK. *****School of Earth & Environmental Sciences, University of Adelaide, SA, 5005, Australia

Pernyataan dari Kubu Pemboran bahwa lusi dipicu oleh kegiatan eksplorasi sumur BJP-1 •

Hasil penelitian baru dari gabungan akademisi menyatakan sebagai kesalahan manusia (human error): Publikasi penelitian baru asal usul, penyebab dan pemicu Lupsi Kubu Pemboran, oleh akademisi Inggris, Amerika dan Australia mengkonfirmasi bahwa semburan Lupsi sebagai kesalahan manusia (blames human error).



Keyakinan 98% mud volcano sebagai kesalahan pemboran pada kegiatan eksplorasi: Para Peneliti mengatakan bahwa mereka sekarang 98 persen yakin bahwa kesalahan telah terjadi pada lokasi kegiatan eksplorasi sumur BJO-1 yang telah memicu mud volcano yang saat ini telah tumbuh dengan sangat cepat (The scientists say they're now 98 per cent certain that mistakes made at the mine site triggered the seemingly mud volcano).



Rasionalisasi bahwa Lupsi Mud Volcano dipicu oleh pemboran sumur eksplorasi

– Sangat pasti bahwa semburan Lupsi dipicu oleh pemboran dari sumur eksplorasi.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

47

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

– Saat ini Kubu Pemboran dipimpin Davies telah mempunyai data yang rinci tentang pemboran. – Sumur eksplorasi telah dibor sejauh 150 m jaraknya dari saat pertama kali semburan Lupsi terjadi. – Kami mengetahui bahwa pada tanggal 27th Mei 2006 di tengah malam, sampai pagi harinya tanggal 28 Mei 2006, terjadi beberapa masalah besar pada operasi pemboran.

– Pada dasarnya, operasi pemboran telah mengalami apa yang disebut suatu ‘kick’, yaitu masuknya gas dan air ke dalam lubang bor.

– Hanya ada satu cara untuk dapat menghentikan kick dari gas dan air yang datang ke permukaan adalah dengan menutup klep di permukaan.

– Ketika mereka menutup klep tersebut, di dalam catatan tekanan berada pada titik kritis di mana bagian di bawah tanah mulai mengalami perekahan (fracturing).

– Sehingga rekahan-rekahan secara mendasar berkembang dan berpropagasi ke permukaan. – Pada pagi berikutnya, 29 Mei 2006, air lumpur dan gas mulai menyembur. Pandangan/Sikap Davies sebagai counter isu, terhadap pernyataan Kubu Gempa Mazzini dkk., (2007) bahwa Lupsi disebabkan oleh suatu gempabumi lokal? •

Gempa bumi yang terjadi itu bukan bersifat lokal.



Tapi berjarak sejauh 280 km dari pusat semburan Lupsi, dengan intensitas 6,3.



Hal tersebut telah ditunjukkan oleh Michael Manga, Profesor di Universitas Berkeley yang menyatakan bahwa gempabumi ini sangat kecil (intensitasnya) dan sangat jauh (jaraknya).

Dalam makalah yang telah kami publikasi kan sebelumnya (Davies dkk., 2007), telah diperlihatkan pada bagian pertama dari paper bahwa gempabumi benar-benar sangat kecil dan sangat jauh lokasinya. Pada bagian kedua dari makalah tersebut telah dibuka semua data dan semua fakta tentang apa yang terjadi dengan pemboran pada sumur eksplorasi ini. Analisis 3 Alternatif Pada Artikel terbaru sebagai artikel utama Kubu Pemboran yaitu Richard J. Davies, Maria Brumm, Michael Manga, Rudi Rubiandini, Richard Swarbrick, and Mark Tingay., 2008, berjudul Mud Volcano Jawa Timur (2006-Sekarang): Dipicu Gempabumi atau Pemboran (The East Java Mud Volcano 2006 to Present: An Earthquake or Drilling Trigger), sebagai pintu masuk (entry points) dijajaki tiga alternatif skenario pemicu Lupsi yaitu: 1) pemicu tunggal gempabumi, 2) pemicu pemboran sumur eksplorasi BJP-1 dan 3) kombinasi gempabumi dan pemboran. Alternatif-1 Pemicu tanggal Gempabumi (Earthquake sole trigger) Pernyataan Utama Berdasarkan pada kegempaan masa lalu dan respon gempabumi yang dapat didokumentasikan, penulis mengambil kesimpulan. Tidak percaya dengan kesimpulan yang dibuat oleh Mazzini et al., (2007) bahwa gempabumi Yogyakarta mengaktifkan kembali zona patahan dengan jurus Timurlaut-Baratdaya, yang dikatakan melintas pada lokasi sumur, menyebabkan semburan.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

48

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Argumen: •

Membandingkan dengan gempabumi sebelumnya yang pemicu mud volcano, gempabumi dengan kekuatan 6,3 terjadi 27 Mei 2006 sangat terlalu kecil dan berjarak sangat jauh untuk memicu semburan.



Dalam kaitan ini terdapat gempabumi dengan intensitas gempabumi jauh lebih besar, dan pusat gempanya yang lebih dekat tapi tidak memicu terjadinya semburan.



Perubahan pada tekanan pori disebabkan oleh perubahan tekanan statis telah disebabkan oleh gempabumi adalah ~10 Pa, dimana dapat diabaikan.



Perubahan tekanan Coulomb dari gempabumi Yogyakarta sangat terlalu kecil dan telah memberikan sinyal yang salah untuk dapat mengaktifkan kembali sesar gerakan mengkiri (left-lateral fault).



Pembelokan rel kereta yang menurut Mazzini et al., (2007) diuraikan sebagai bukti dari pergerakan yang dibentuk beberapa bulan setelah mulai semburan, tidak selama gempabumi Yogyakarta (dibahas pada artikel Abidin dkk., 2008).



Alasan paling kuat menentang gempabumi sebagai pemicu adalah bahwa gempa lain, dimana lebih besar, dan lebih dekat, dan menimbulkan goyangan yang lebih kuat, ternyata tidak menimbulkan semburan.



Perubahan tekanan yang ditimbulkan gempabumi sebagai mekanisme tunggal adalah cukup kecil, sehingga Kubu Pemboran menyimpulkan bahwa skenario ini dapat untuk tidak diperhitungkan.

Alternatif-2 Kombinasi dari gempabumi dan Pemboran (Combination of earthquake and drilling) •

Enam jam setelah gempabumi terdapat hilangnya lumpur secara signifikan (mud losses), tapi hilangnya lumpur tersebut telah disebabkan oleh pemboran ke batuan yang mempunyai rekahan atau rongga-rongga di dalam batugamping seperti Formasi Kujung, atau karena berat lumpur telah terlalu tinggi.



Namun kehilangan tersebut secara sukses dapat diatasi.



Jadi tidak ada bukti-bukti yang mendukung untuk melemahnya lubang bor selama gempabumi atau setelah guncangan.



Sehingga kubu pemboran menyimpulkan bahwa sangat kecil bukti-bukti yang mendukung pemicu merupakan kombinasi dampak dari pemboran dan gempabumi.

Alternatif-3 Operasi Sumur (Well operations) •

Kubu Pemboran mempunyai bukti langsung terhadap terjadinya kebocoran lumpur yang masuk ke lapisan sedimen di sekitarnya (formasi). Bocoran ini tampaknya berawal ketika operasi sumur dihentikan, namun saat itu tekanan di dalam lubang bor telah mencapai tingkat tertinggi (critical pressure).



Kebocoran ke batuan sekitarnya umumnya terjadi oleh suatu proses rekahan hidrolika (hydraulic fracture) dimana tekanan cairan melampaui tekanan minimum utama dan tensile strength dari batuan. Rekahan akan berpropagasi ke permukaan bila aliran yang konstan dari tekanan carian tinggi dapat dilampaui.



Kebocoran tersebut diperkirakan terjadi dari sejak pagi tanggal 28 Mei 2006, sampai pagi hari 29 Mei 2006, ketika air dan percampuran gas dan lumpur tampak terlihat ke permukaan.



Arah kelurusan semburan (terhadap kelurusan struktur utama Patahan Watukosek) memberikan kepercayaan bahwa beberapa dari tingkat aliran berlangsung dari struktur yang lemah (weakness zone). Di sini mempunyai kelurusan berarah Bimurlaut-Baratdaya atau bahwa rekahan berkembang secara orthogonal terhadap arah tekanan utama.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

49

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI •

Tampaknya kebanyakan mekanisme untuk kick adalah lumpur tidak mampu digunakan untuk mengganti volume dari pipa pemboran yang telah diekstaksi pada 27 Mei dan 28 Mei 2006.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

50

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI

Gambar. Ringkasan operasi kunci (Summary of key operations), berat lumpur dan shut in tekanan di dalam pipa antara 27 mei dan 29 Mei 2006. (1)

Selama pemboran pada tanggal 27 Mei terjadi total loss of returns, material pengontrol kehilangan (loss control material) digunakan untuk menghentikan ‘losses’. Keputusan yang diambil adalah mencabut mata bor dan pipa bor (to retrieve drill bit and drill pipe).

(2)

Selama menarik mata bor, ditafsirkan bahwa fluida dan/atau gas telah masuk ke dalam lubang.

(3)

Ketika mencapai kedalaman 1293m mata bor macet terjadilah kick (masuknya ke dalam sumur bor fluida atau gas atau keduanya ke dalam lubang bor).

(4)

Sumur dimatikan dan tekanan berada pada 2,41 dan 3,10 MPa diukur didalam pipa. Tekanan ini bila ditambahkan dengan perbesaran tekanan oleh fluida pemboran di bawah bagian terdalam dari titik casing adalah lebih besar daripada leak off test yang telah dilaksanakan pada kedalaman 1091 m.

(5)

Karena itu selama proses shut in pada tanggal 29 Mei 2006, telah berkembang rekahan di bawah kedalaman ini.

(6)

Selanjutnya rekahan tersebut telah menyediakan hubungan langsung dengan batugamping Formasi Kujung, dan lumpur bertekanan lebih (overpressure) pada kedalaman 1323 m sampai 1871m (Mazzini et al., 2007) dan permukaan. Lumpur, gas, uap dan air mulai menyembur ke permukaan pada 29 Mei 2006.

BANJAR PANJI-1 WELL OPERATIONS Untuk meyakinkan bahwa Kubu Pemboran mempunyai informasi yang relevan, pada Artikel Davies et al., 2006 dilampirkan ringkasan dari even yang terjadi setelah casing 33,7 cm telah ditempatkan disajikan pada Tabel di bawah ini.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

51

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Tabel Even Kunci Even Kunci (Key Event) LOT pada 33,7 cm (13 3/8’) sepatu dicatat pada 21,6 MPa (16,4 ppg).

Waktu (2006) 6 Mei

Pemboran lubang baru dengan tanpa casing Gempa Yogyakarta Pemboran menggunakan lumpur berat 0,00181 MPa m-1 (14,7 ppg), 3,2 X 102 liter (20 barrel lumpur hilang).

6 Mei – 27 Mei 27 Mei 05:54 27 Mei 06:02

Total loss dari pengembalian (returns) ketika pemboran pada kedalaman 3834m. 27 Mei 12:50 Memompa 9,6 X 202 liter (60 barrel) dari material yang hilang kontrol, losses dapat dihentikan Mulai mencabut lubang bor Ketika mencabut keluar lubang, terdapat suatu kick, yaitu masuknya fluida dan gas formasi ke dalam lubang bor.

Mulai 27 Mei jam 13:20 lengkap sekitar 27 Mei jam 17.00 27 Mei 23:15 sampai 28 Mei jam 0500 Antara 28 Mei 05:00 dan 08:00

Masukan air asin dan gas hidrogen sulfida ke dalam lubang bor. Hidrogen sulfida pada permukaan diukur 500 ppm pada permukaan. Rig dievakuasi. Volume dari kick sangat signifikan. Volume sebenarnya sulit diperkirakan, antara 62.000-95.000 liter (390-600 barrels) dari lumpur pemboran telah dipaksa keluar pada puncak dari lubang sumur pada lokasi rig. Sekitar 50% dari total volume lumpur telah dipindahkan oleh aliran masukan. Klep pada permukaan (BOV) ditutup. Tekanan masukan telah dilaporkan selama 28 Mei 07:50 140 menit. Gas pada kick di bakar pada permukaan. Berat lumpur ditingkatkan untuk mendapatkan kondisi sebelum kick dan berat 28 Mei 08:00 to 22:00 lumpur sebesar 0,00181 MPa m-1 (14,7 ppg) Pipa pemboran macet pada 1293 m. Dicoba untuk memindahkan kabel tapi tidak sukses. Pemompaan 6,4 X 102 liter (40 barel) lumpur dengan viskositas yang tinggi Setelah kick dikontrol, blow out preventer di buka

28 Mei sekitar12.00 (siang) 28 Mei sekitar12.00 (siang)

Free point indicator dibatalkan Mengevakuasi personal dari daerah kejadian 29 Mei 05.00 subuh Memompakan lumpur dengan volume 20.670 liter (130 barel) 0,00181 MPa 29 Mei dan 30 Mei m-1 (14,7 ppg); dengan 0,00175 MPa m-1 (16 ppg) dengan hilang kontrol material 31,800 liters (200 barrels). Memompa semen, 159.000 liter (100 barrel) 0.00173 MPa m-1 (15,8 ppg) lumpur, semburan lumpur melemah dari tinggi 8 m setiap 8 menit, berkurang menjadi tinggi 3m dan mengurangi terendah dengan interval 39 menit.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

52

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Even Kunci (Key Event) Memindahkan perlengkapan dan orang Test FPI (free point indicator) dan memotong pipa pemboran pada kedalaman 911 m, semburan kedua bermula Memompa semen penyumbat (untuk mencegah fluida mengalir ke atas sumur bor) Pelepasan selubung dari rig pemboran • Beberapa nilai dari leak off test telah dilaporkan pada bulan-bulan setelah semburan bermula, meningkat dari 19,9 MPa (15.68 ppg) menjadi 21,03 MPa (16,4 ppg). • 21,03 MPa (16,4 ppg) cukup signifikan tinggi daripada leak off tests dekat sumur pada kedalaman yang sama dan kami mengusulkan suatu nilai maksimum, kemungkinan tingginya tidak realitas.

Waktu (2006) 31 Mei 21.00 – 1 Juni 04.00 1 Juni 04.00 - 18.00 2 Juni sampai 2 Juni 3 Juni

Model Inisiasi Mud Volcano Lupsi •

Asumsi Formasi Kujung sebagai akuifer regional Dengan asumsi bahwa batugamping Kujung merupakan akuifer regional (dimana tampaknya memberikan tekanan Kecepatan tinggi berlanjut pada Lusi).



Perkiraan overpressure pada dasar sumur BJP-1 Diperkirakan tekanan berlebih ~ 21 MPa pada dasar dari Banjar Panji-1 pada kedalaman 2830 m.



Hubungan tekanan antara Fm Kujung dan Kalibeng Atas Sumur bor itu sendiri menyediakan hubungan tekanan dari batugamping pada akuifer lebih dangkal juga lumpur bertekanan lebih pada Formasi Kalibeng Atas.



Tekanan Pori Ditentukan bahwa tekanan pori (pore pressure) sebesar 38 MPa (5500) pada kedalaman 2130 m di sumur Banjar Panji-1 (pada 2300 psi) pada kedalaman ini.



Penafsiran terjadinya ’kick’ Diusulkan bahwa pemboran pada batugamping bertekanan lebih menyebabkan masukan fluida rongga ke dalam sumur bor (diketahui sebagai suatu ‘kick’).



Data Sumur Porong-1 Pada sumur Porong-1, digunakan tekanan 48 MPa (6970 psi) pada kedalaman 2597 m untuk menghitung suatu tekanan berlebih ke 31 MPa dalam batugamping Kujung.



Awal terjadinya semburan Semburan bermula dengan uap dan air, dan ini tidak keluar melalui lubang sumur, tapi terjadi pada tempat sejauh 200-1000 m menjauhi.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

53

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI •

Jalur pengangkutan pada batuan penutup Karena itu rute pengangkutan untuk uap dan lumpur tidak melalui lubang bor tapi melalui sekitar batuan penutup.



Terjadinya rekahan hidrolik dipicu tekanan pori yang tinggi Tekanan pori yang tinggi telah menyebabkan rekahan hidrolik mulai dari penutup sedimen, (lihat Engelder, 1993) ketika tekanan rongga melebihi kekuatan rekahan (fracture strength). Kondisi ini untuk menciptakan rekahan-rekahan hidrolik (hydraulic fractures) yang umumnya terbentuk pada strata terdangkal yang tidak dilindungi casing.



Penafsiran pembentukan rekahan dari kedalaman 1-2 Km (F. Kalibeng Atas) Diusulkan bahwa rekahan-rekahan terbentuk pada Formasi Kalibeng Atas dan berpropagasi dari kedalaman 1-2 km ke permukaan pada suatu periode jaman.



Bukti temperatur dan asumsi gradien panas bumi Kedalaman tersebut didukung oleh temperatur dari semburan campuran lumpur-air, yang mencapai 70-100oC, diindikasikan oleh pengangkutan yang cepat dari kedalaman 1,5 ke 3 km. Diasumsikan dengan suatu gradien panas bumi (geothermal gradient) sebesar 25o/km dan temperatur permukaan sebesar 28oC.



Rekahan diinduksi pemboran dan aliran fluida Rekahan yang telah diinduksi oleh pemboran dan proses aliran fluida.

Skematik tiga dimensi dari Lusi. Gunung lumpur Lusi memperlihatkan empat tahapan pengembangan.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

54

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Satu dari tiga diagram menggambarkan evolusi antara bulan Mei-Desember 2006 (A-C), dan diagram keempat diagram (D) memperlihatkan perkiraan fase evolusi yang berikutnya, (B)

Maret sampai Mei 2006:

Sumur Banjar Panji-1 dibor ke arah Formasi Kujung, melalui lumpur bertekanan lebih (Formasi Kalibeng) dan selingan pasir dengan lumpur; (C)

Mei 2006:

Karbonat dari Formasi Kujung ditebus, dimana menyebabkan kick (masuknya fluida ke dalam lubang bor). (D)

Pasca 2007:

Kawah terbentuk sekitar cerobong (vent), dan terjadi amblesan halus menyerupai keruntuhan (gentle sag-like subsidence) dari kawasan aliran lumpur panas berlangsung. Puncak lumpur kecil (smaller mud cones) kemungkinan disemburkan sebagai hasil pengembangan dari semburan (conduit). Karena foundering dari stratigrafi penutup. •

Sumber air dari Formasi Kujung Pada Lusi, masuknya air pori ke dalam lubang bor kemungkinan berasal dari batugamping Kujung, tapi suatu lumpur berat pemboran telah dipindahkan ke dalam rekahan. Sehingga fluida mulai mengalir dari Formasi yang lebih berporositas dan dapat dialiri air pada batuan penutup (overvorden).



Proses penggerusan sedimen oleh aliran fluida bertekanan tinggi Mengalirnya fluida pada lumpur bertekanan tinggi (dan karena undercompacted), lumpur akan menggerus sedimen yang tidak terlitifikasikan (unlithified sediment), dimana juga akan mengkontribusikan rongga air untuk tercampur. Lumpur akan kohesif, dan pada suatu jalan yang sama untuk entrainment lumpur pada kedudukan sedimen, shear stress oleh pergerakan air telah menyebabkan sediment’s cohesive yield strength untuk ia menjadi entrained. Proses entrainment telah diusulkan untuk mud volcano di UK, contohnya, dimana air dari akuifer di bawahnya melewati penutup yang kaya lumpur, menyebabkan terbentuknya suatu sistem subterranean cavern.



Alternatif percampuran fluida dan lumpur Proses umum yang sama juga telah diusulkan oleh Deville et al. (2003) untuk gunung Lumpur di Trinidad. Diperkirakan bahwa runtuhnya lapisan Kalibeng Atas akan mengkontribusikan pada proses-proses percampuran. Juga dipercaya bahwa air panas pada dimensi yang luas akan memungkinkan berkembangnya sel konveksi (convection cells), dimana akan memberikan proses percampuran (a.l., Deville et al., 2003). Hasil dari percampuran air-lumpur adalah bergeraknya ke atas rekahan-rekahan saat sedimen mengalir dengan Lumpur berada pada kondisi suspensi. Percampuran berawal untuk menyemburkan pada permukaan, dikendalikan oleh tekanan dari fluida pori (pore fluids) dalam batugamping Kujung.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

55

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI Percampuran mekanisme untuk gunung lumpur kemungkinan telah menyebabkan sangat dilute komposisi dari percampuran air-lumpur dan aspek rasio dari aliran. •

Proses erosi dinding saluran dan keruntuhan Erosi dari dinding pada rekahan-rekahan juga tampaknya (itu terjadi pada gunung Lumpur lainnya), dan karena itu semburan utama akan tumbuh ke atas dan lateral, secara periodik akan runtuh ke dalam.

Pengendali Tekanan •

Asumsi tekanan pada dasar lubang sumur BJP-1 Bila suatu kolom pada kedalaman 2830 m selanjutnya semburan dari Lumpur-air tercampur dan mempunyai densitas 1,3 gsm-3, berdasarkan asumsi rasio air: Lumpur 80:20, kolom Lumpur akan mencapai tekanan 36 MPa (5225 psi) pada dasar dari lubang eksplorasi Banjar Panji-1.



Pengendali mekanisme aliran fluida-lumpur oleh perbedaan tekanan Tekanan ini sebesar 12 MPa kurang dari perkiraan dari tekanan didalam batu gampur (48 MPa), karena itu tampaknya bahwa aliran yang diamati dikendalikan oleh perbedaan tekanan.

Model mud volcano Lupsi Dalam model Mud Volcano Lupsi, Formasi Kujung memegang peran sangat penting, namun disanggah oleh Mazzini dkk., 2007 bahwa BJP-1 tidak menyentuh atau menembusnya •

Kira-kira kedalaman Di bawah 3000m terdapat batugamping yang disebut sebagai ‘Batugamping Kujung’ (Kujung Limestone – Reef).



Kujung Limestone merupakan suatu akuifer (lapisan dengan porositas dan permeabilitas yang baik sehingga sangat ideal untuk mengalirkan fluida atau gas) yang menakjubkan (fantastic aquifer).



Formasi Kujung mempunyai permeabilitas yang tinggi, artinya air dapat dengan mudah mengalir.



Batugamping Kujung tersebut telah bocor ke atas, ke dalam batulempung yang berada 100 kaki lebih tinggi.



Selanjutnya ia mengikis batulempung dan membawanya ke permukaan.



Mekanisme pengaliran, pengikisan, dan pengaliran ke permukaan tersebut dikendalikan oleh terdapatnya tekanan (pressure) gas di dalam campuran lumpur-air.



Gas tersebut juga kemungkinan menyediakan mekanisme pengangkatan dengan cara yang sama seperti gunung magma.

Pandangan terhadap kemungkinan menghentikan semburan mud volcano Lupsi? •

Semburan mud volcano telah berlangsung lebih dari dua tahun hampir tanpa terputus, sehingga mempunyai makna bahwa ia mengalir pada akuifer yang sangat baik (yang dimaksud adalah Formasi Kujung).



Davies memperkirakan berapa lama lagi ia dapat berlanjut menyembur, dengan memperhatikan pada 3 indikator, yaitu: (1) akuifer, (2) tekanan awal (initial pressure) di dalam akuifer, dan (3) berapa lama lagi akan berlangsung dimana tekanan (overpressure) akan menurun menjadi normal (normal pressure).

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

56

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI •

Faktanya setelah lebih dari dua tahun semburan mud volcano terus berlangsung tanpa memperlihatkan sinyal berhenti.



Karena itu, saya berpikir bahwa fenomena semburan mud volcano akan berlangsung terus selama beberapa tahun ke depan.



Walaupun tekanan telah menipis akan tetap ada gas dalam sistem. Gas menyediakan mekanisme pengangkatan seperti halnya bila kita mengocok botol Coca Cola. Gas akan menarik lumpur ke atas. Itu akan memberikan efek pengapungan.

Pandangan Davies terhadap Bencana Lupsi Davies berpendapat bencana akan berlangsung selama decade: • •

Itu baru berlangsung dua tahun tidak dapat diatasi dan saya berpikir itu akan dapat berlangsung yang mungkin sampai waktu dekade (probably for decades). Antara waktu untuk memahami yang memerlukan tahunan dengan bencana yang berlangsung dekade-an:



Namun saya berpikir episode semburan utama, anda ketahui, kemungkinan dalam arti tahunan.



Namun itu akan berlangsung dengan lambat, jalan bualan (bubbling) kemungkinan beberapa dekade.

Richard Davies walaupun menggebu-gebu untuk membuka takbir misteri Lusi, namun pesimis kesempatan mematikan sudah berlalu: •

Ya, itu adalah apa yang saya pikirkan. Saya berpikir kans (rasio keberhasilan) kemungkinan sudah pergi. Sekarang hal yang lebih penting adalah berapa lama lagi akan terjadi dan selanjutnya dari sana membuat perencanaan ke depan. (I think the chance of stopping it are probably gone and now it's a matter of finding out how long it will last for and then planning forward from there).

Temuan signifikan dari aspek gempa bumi (MICHAEL MANGA): •

Hal yang paling signifikan dari temuan Michael Manga adalah banyak tremor gempabumi di Indonesia yang memungkinkan, tapi tidak menyebabkan menekan lumpur, air dan gas sumur di Jawa timur ke permukaan.



Banyak gempa lebih yang besar dan lokasi lebih dekat dari Lusi tapi tidak menimbulkan semburan: Banyak gempabumi yang bisa menyebabkan semburan itu. Namun khususnya dengan gempabumi yang satu ini (Yogyakarta), cukup mengejutkan bahwa terlalu jauh dan kekuatan terlalu kecil untuk menyebabkan semburan.

Penegasan tingkat kepercayaan 90% (Mark Tingay): •

Kita mempunyai keyakinan lebih dari 90 persen. Saya tidak dapat melihat suatu mekanisme dimana gempabumi dapat menyebabkan hal ini.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

57

SERI KAJIAN ASPEK STRATEGIS: KONTROVERSI PEMICU SEMBURAN LUSI •

Rekaman memberikan kepastian dan analogi dengan peristiwa semburan lainnya: Dan apa yang kita lihat pada rekaman pemboran adalah seperti yang kita telah lihat dari buatan manusia lainnya, sama semburan pada skala yang kecil telah terjadi dimana-mana.

Pandangan terhadap kemungkinan menghentikan semburan mud volcano Lupsi (Mark Tingay) •

Semburan Lupsi dengan kecepatan aliran sangat tinggi dan berlangsung dengan durasi yang panjang terjadi hampir tanpa henti, merupakan hal yang tidak lumrah dari tumbuh dan berkembangnya suatu mud volcano.



Terhadap semburan Lupsi maka Mark Tingay berspekulasi akan terus terjadi sepuluh tahun, ratusan, bahkan ribuan tahun ke depan!



Mark Tingay dalam publikasinya (lihat Kapeta Selekta) menunjukkan analogi Lupsi dengan Champion Field Blowout offshore Brunei, dimana untuk menghentikannya memerlukan waktu 20 tahun menggunakan puluhan relief well.



Disamping itu yang menarik Mark Tingay menggambarkan bahwa lokasi underground blow out Champion Field tersebut terjadi di dekat lokasi pemboran, dan disertai dengan rekahan-rekahan (fracture), sehingga menurutnya mempunyai analogi dengan semburan Lupsi.

“War Game” Debat Lusi di Cape Town Afrika Selatan

58

View more...

Comments

Copyright � 2017 NANOPDF Inc.
SUPPORT NANOPDF