KONSEP PENGENDALIAN MUTU PENDIDIKAN Oleh: Yusra Jamali

January 25, 2018 | Author: Anonymous | Category: Ilmu sosial, Psikologi, School Psychology
Share Embed Donate


Short Description

Download KONSEP PENGENDALIAN MUTU PENDIDIKAN Oleh: Yusra Jamali...

Description

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

KONSEP PENGENDALIAN MUTU PENDIDIKAN

Oleh: Yusra Jamali Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN SAS Bangka Belitung

Abstract Control is an instrument used to evaluate a product or services produced or provided by an agency. Control of the most important part of the management, followed by a planning, process and output. Quality control purposes of education is to make measurements and improvements to the concept of providing education in accordance with the plan. In more detailed control over the quality of education is aimed at aspects of the curriculum, coaching students and school management aspects related to resource management and education funds such as personnel, students, facilities and amenities, cost and collaboration with the public schools. These three target areas have all lead to the development of student competence optimally. Pengendalaian is a systematic process, which consists of planning (setting goals and performance standards), the measurement of real performance, compare performance and make improvements. Legally, education quality assurance is reinforced by the Decree of the Minister of Administrative Reform No. 63 / KEP / M.PAN7 / 2003 on General Guidelines for the Implementation of Public Service. It became one sign that since 2003 the government has designed a strategic perancanaan, so that public services can be done well. Public services, being output and the right for citizens to obtain better service and quality. Keywords: concept, control and quality of education A. PENDAHULUAN Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan dan satuan pendidikan. Beberapa fakta yang menunjukkan bahwa kualitas pendidikan kita masih rendah, hal ini terlihat jika dibandingkan dengan negara lain. Laporan UNESCO November 2010, menyebutkan peringkat Indonesia di bidang pendidikan turun dari peringkat 58 ke 68 dari 130 negara. Sedangkan Negara tetangga Malaysia yang merdeka lebih muda dari Indonesia

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

304

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

berada di urutan 56 dan korsel ke-5. Rendahnya mutu pendidikan Indonesia tercermin pada kesulitan mencari tenaga pendidik yang berkompetensi. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum 2007-2008 berada di level 54 dari 131 negara. Hal ini, berada jauh di bawah peringkat daya saing sesama Negara ASEAN, seperti Malaysia yang berada di urutan ke-21 dan Singapura di urutan ke-7. Kondisi ini dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia, rendahnya daya saing pendidikan, terbatasnya infrastruktur, terlalu panjang proses di birokrasi, lingkungan yang belum mendukung dan penegakan hokum yang belum optimal. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, baik yang dilakukan pada tingkat nasional maupun daerah, antara lain penguatan regulasi hak untuk mendapatkan pendidikan bagi anak usia sekolah, pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pendidik, penguatan dan peningkatan kompetensi guru, perbaikan dan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan buku ajar dan media pelajaran. Namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Berdasarkan masalah ini maka dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan selain melalui cara-cara yang di atas, juga perlu adanya peningkatan mutu manajemen pengendalian mutu pendidikan, salah satu diantaranya dengan meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pendidikan, pengendalian output yang berorientasi pada mutu.

B. KONSEP MUTU PENDIDIKAN Issu tentang mutu pendidikan terus berkembang sejalan dan sejurus dengan perkembangan kebutuhan dan kesiapan penyelenggaraan pendidikan. Salah satu sebabnya adalah rendahnya peluang kerja bagi alumni tingkat SLTA dan beratnya persaingan bagi alumni Perguruan Tinggi, sebagai tenaga potensial yang terampil dalam merebut dan memanfaatkan kesempatan kerja. Identifikasi terhadap kondisi tersebut dialamatkan pada rendahnya mutu lulusan, dalam arti pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang belum sesuai kualifikasi kompetensi yang dibutuhkan dua kerja.

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

305

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

Beeby (dalam A. Sabur, 1998:33) menjelaskan bahwa mutu pendidikan terdiri dari tiga perspektif yaitu: perspekstif ekonomi, sosiologi dan pendidikan. Berdasarkan perspektif ekonomi, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mempunyai kontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi. Lulusan pendidikan yang bermutu akan secara langsung dapat memenuhi angkatan kerja, yang secara ekonomi akan membantu peningkatan taraf hidup. Menurut pandangan sosiologi, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang bermanfaat terhadap pengembangan dan kemajuan masyarakat, seperti mobilitas sosial, perkembangan budaya, pertumbuhan kesejahteraan, dan pembebasan kebodohan. Pandangan pendidikan, mengarah pada upaya penyehatan sekolah yang direspon sebagai kemampuan sekolah dalam memenuhi kebutuhan hak peserta didik, kesejahteraan tenaga pendidik, kepuasan bagi masyarakat sebagai pengguna jasa sekolah. Hal ini sebagaimana dikemukakan Phillip (1977:57):’quality in school is, in part at least, defined by the school’ ability to respond to and satisfy these needs.“. Lebih lanjut dikemukakan :“ school are not only about meeting the needs of children; they must meet the needs of society as well. Sedangkan menurut perspektif pendidikan, melihat mutu pendidikan dari sisi pengayaan (richness) dari proses belajar mengajar dan dari segi kemampuan lulusan dalam hal memecahkan masalah dan berfikir kritis. Selanjutnya Beeby (dalam A. Sabur, 1998:.35) menegaskan, bahwa mutu pendidikan harus mengkaji makna dan esensi dari pendidikan, terkait dengan tujuan kurikulum, sarana prasarana, kesiapan tenaga pendidik dan manajemen pengelolaan lembaga pendidikan. Hal yang amat mendasar yang dapat memberikan ciri khusus, sebagai pemberbeda dari pendidikan yang lain. Untuk sampai kepada konsep ini maka mutu dapat dikaji baik dari segi perencanaan, proses dan produk. Perspektif

perencanaan

mutu

pendidikan

disiapkan

seperangkat

keputusan untuk kegiatan-kegiatan di masa depan yang diarahkan untuk mencapai tujuan setiap tahapan dalam pendidikan. Perencanaan pendidikan merupakan proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan konsisten. Kajian mutu dari segi proses

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

306

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

mengandung arti efektivitas atau ketepatan dan efisiensi keseluruhan faktor-faktor atau unsur-unsur yang berperan dalam proses pendidikan. Sekolah yang berada di daerah pedalaman terkesan kumuh sedangkan sekolah diperkotaan dicitrakan lebih elit dan bonafit, sementara menerima calon siswa yang sama, tetapi karena kualifikasi guru, kelengkapan sarana dan prasarana, suasana belajar yang berbeda, pengelolaan yang tingkat efisiensinya juga tidak sama. Maka sangat wajar bila proses pendidikan pada sekolah di daerah elit akan jauh lebih baik karena faktor ketepatan, kelengkapan, dan efisiensi pengelolaan yang lebih sempurna. Keunggulan

dalam

proses

pendidikan

dengan

sendirinya

akan

menghasilkan produk yang lebih baik dan berkualitas. Tingkat kemampuan lulusan dalam arti penguasaan ilmu, keterampilan dan pengalaman para lulusan sekolah elit terjadi karena proses pendidikannya lebih baik, mutunya akan berbeda dari sekolah di daerah kumuh. Dengan demikian mutu proses akan menghasilkan mutu lulusan yang berbeda. Mutu dapat juga dikaji dari sudut internal efisiensi dan kesesuaian, secara internal efisiensi pendidikan akan terjadi apabila tujuan pendidikan secara kelembagaan dapat terlaksana dengan baik termasuk kegiatan ekstrkurikuler. Mutu pendidikan itu, dapat dilihat dari sisi perencanaan, proses dan lulusan yang dihasilkan. Pendidikan yang bermutu dari sisi perencanaan dapat diukur dengan ketepatan

dokumen

perencanaan

yang

disandingkan

dengan

proses

pelaksanaannya. Sedangkan proses pelaksanaan dapat diukur dengan ketepatan, kelengkapan dan efisiensi pengelolaan proses belajar mengajar yang efektif. Sedangkan mutu pendidikan dilihat dari sisi produk yakni apabila lulusan/output antara lain; 1) dapat menyelesaikan studi dengan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana telah ditetapkan dalam tujuan pendidikan di sekolah, 2) memperoleh kepuasan atas hasil pendidikannya karena ada kesesuaian antara penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kebutuhan hidupnya, 3) mampu memanfaatkan secara fungsional ilmu pengetahuan dan teknologi hasil belajarnya demi perbaikan kehidupannya; dan 4) dapat dengan mudah memperoleh kesempatan kerja sesuai dengan tuntutan dan harapan dunia kerja.

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

307

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

Konsep pelayanan dan penjaminan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan pengukuran Total Quality Management (TQM), sebagaimana dinukilkan oleh Edward Sallis (1993:22) bahwa konsep mutu dalam kaitan dengan Total Quality Management (TQM), dimana menurutnya mutu itu harus dipandang sebagai konsep yang relatif bukan konsep yang absolut. Definisi relatif tersebut memandang, bahwa mutu pendidikan bukan sebagai sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan semata, tetapi harus melibatkan semua komponen yang berkaitan dengan sumber daya manusiadan non sumber daya manusia. Mutu dapat dikatakan baik, apabila sebuah layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu sebagai instrumen untuk menilai produk sudah memenuhi standar atau belum, masih bersifat relatif dan tidak ekslusif. Definisi relatif tentang mutu tersebut memiliki dua aspek, adalah dapat menyesuaikan diri dengan spesifikasi dan memenuhi kebutuhan pelanggan/user. Menurut, Philip H.Coombs (dalam A. Sabur, 1998:53) melihat konsep mutu pendidikan tidak hanya diukur dari prestasi belajar, seperti yang dikaitkan dengan kurikulum dan standarisasinya, tetapi perlu juga dilihat dari relevansi dan kebutuhan belajar saat ini dan untuk masa yang akan datang. Mutu pendidikan dalam arti luas ditentukan oleh tingkat keberhasilan seluruh faktor yang terlibat untuk mencapai tujuan pendidikan. Di samping itu mutu pendidikan tidak saja ditentukan oleh pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga harus disesuaikan dengan apa yang menjadi pandangan dan harapan masyarakat. Seiring dengan kecenderungan ini penilaian masyarakat tentang mutu lulusan sekolah pun terus-menerus berkembang. Mutu pendidikan itu bersifat multi dimensi yang meliput aspek input, proses dan keluaran (output dan outcomes). Oleh karena itu, indikator dan standar mutu pendidikan dikembangkan secara holistic mulai dari input, proses dan keluaran. Dengan demikian yang dimaksud dengan mutu lembaga pendidikan adalah kebermutuan dari berbagai pelayanan/services yang diberikan oleh institusi pendidikan kepada peserta didik maupun kepada tenaga staf pengajar untuk terjadinya proses pembelajaran.

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

308

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

Berbagai pelayanan (services) institusi pendidikan dapat dibagi atas lima jenis pokok jasa pelayanan, yaitu (a) pelayanan administrasi pendidikan (administration services); (b) pelayanan pembelajaran (curriculum services); (c) pelayanan ko-kurikuler (co-curriculum services); (d) pelayanan penelitian (researhes services) dan (e) pelayanan keinformasian pendidikan (information sistem services). Seperti telah disampaikan di awal bahwa konsep mutu bagi pelanggan berbeda-beda. Robert dan Prevost dalam Cristopher (1996:62), berdasarkan hasil penelitiannya telah membuktikan adanya perbedaan dimensi mutu yang meliputi: 1) Bagi pemakai jasa pendidikan, mutu pelayanan pendidikan lebih terkait pada dimensi ketanggapan pendidik dalam memenuhi kebutuhan peserta didik sebagai customers, kepedulian, kelancaran komunikasi/ hubungan antara peserta didik dan petugas pendidikan 2) Bagi penyelenggara pendidikan, mutu pelayanan pendidikan lebih terkait pada kesesuaian pelayanan pendidikan yang diselenggarakan dalam perkembangan ilmu dan otonomi profesi pendidik. 3) Bagi penyandang dana pelayanan pendidikan, mutu pelayanan lebih terkait kepada efisiensi pemakaian sumber dana dan kewajaran pembiayaan.

Pendapat lain yang mendukung pernyataan tentang mutu pelayanan pendidikan, sebagaimana model analisis posisi sistem pendidikan yang dikembangkan oleh Abin Hasyim (1996:19-21), mutu pendidikan dapat diidentifikasi dari gugus perangkat komponen sistemnya dan gugus perangkat indikator kinerjanya. Perangkat komponen sistem meliputi: tujuan, persyaratan ambang, perangkat masukan proses, perangkat keluaran dan perangkat stakeholders. Sedangkan perangkat kinerja terdiri atas efisiensi, produktivitas, efektivitas, relevansi, akuntabilitas, kesehatan organisasi, adaptabilitas dan semangat berinovasi. Mutu pendidikan dapat diperoleh beradasarkan dimensi mutu dari seorang customer (peserta didik), dikaitkan dengan kompetensi keilmuannya, kecepatan pelayanan, kepuasan terhadap lingkungan fisik, dosen yang ramah, terampil, profesional dan biaya pendidikan yang terjangkau.

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

309

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

Persepsi mutu bagi peserta didik yang paling utama adalah kepuasan. Dimensi mutu dari seorang guru/dosen adalah kelengkapan peralatan, sarana penunjang mengajar dan metode mengajar serta hasil proses belajar mengajar. Menurut pandangan Umaedi (1999:7) dalam konteks pendidikan pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan, yang bermutu terlibat berbagai input, seperti: bahan ajar (kognitif, afektif atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber belajar lainnya serta penciptaan suasana belajar yang kondusif.

C. SISTEM PENGENDALIAN MUTU PENDIDIKAN Pengendalian mutu atau quality control dalam manajemen mutu pendidikan merupakan suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian diperlukan untuk menjamin agar kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan dan kebutuhan pelanggan. Tugas pengendalian mutu dapat dilakukan dengan mengukur perbedaan seperti perencanaan, rancangan, menggunakan prosedur atau peralatan yang tepat, pemeriksaan, dan melakukan tindakan koreksi terhadap hal-hal yang menyimpang. Penyimpangan cendrung terjadi dalam hal produk, pelayanan, proses, output dan standar yang spesifik. Pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan output yang memnuhi standar yang telah ditetapkan. Hal ini seperti dikemukakan oleh Amitava Mitra (2001:9) :”quality control may generally be defined as a system that is used to maintain a desired level of quality in a product or service.” Tzvetelin Gueorguiev (2006) menyatakan Quality control – processes are monitored to ensure that all quality requiremnents are being met and performance problems are solved. Pandangan yang sama dikemukakan oleh Ishikawa (1995: 98) yang menyatakan pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimana

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

310

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan terjamin. Definisi yang dikemukakan oleh Ishikawa di atas merupakan pemikiran baru tentang quality control. Menurut pengertian di atas nampak bahwa pengendalian mutu itu mencakup keseluruhan proses atau kegiatan dalam memproduksi atau menghasilkan produk dan jasa yaitu sejak proses pengembangan produk baru sampai produk itu digunakan oleh pelanggan secara memuaskan. Sejalan dengan konsep pengendalian mutu di atas, pengendalian terhadap mutu pendidikan memang menyangkut unsure input, proses dan output. Konsep mutu pendidikan dapat dilihat dari unsur input, proses dan output, karena pengendalian mutu pendidikan lebih difokuskan pada tahapan dari program. Kepala Sekolah dapat merencanakan dan melakukan pengendalian mutu pendidikan sejak inoput siswa masuk, kemudian dididik di sekolah hingga menjadi lulusan dari sekolah. Perencanaan yang jelas, lengkap dan terintegrasi diperlukan agar para pimpinan seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala tata usaha, serta pimpinan unit lainnya dapat melaksanakan dan mengendalikan

kegiatan

dengan

baik.

Selain

itu,

dalam

pengendalian

membutuhkan adanya struktur yang jelas, artinya siapa yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan yang terjadi serta tindakan perbaikan apa yang perlu diberikan dan oleh siapan tindakan perbaikan itu dilakukan. Kegiatan pengendalian mutu mencakup metoda secara umum seperti pemeriksaan yang akurat terhadap data yang diperoleh dan diolah dengan menggunakan prosedur yang standar yang ditetapkan.

D. KEBIJAKAN MUTU PENDIDIKAN Secara

yuridis,

pemerintah

sudah

menetapkan

konsep,

standar

pengendalian mutu pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terutama Pasal 57 yang mengatur tentang kewenangan dan wewenang pemerintah pusat dan derah dalam pengendalian mutu pendididkan. “Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. (2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik,

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

311

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. Sedangkan pasal 58 menegaskan tentang Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,

kemajuan,

dan

perbaikan

hasil

belajar

peserta

didik

secara

berkesinambungan. Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan olehlembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untukmenilai pencapaian standar nasional pendidikan. Standar mutu pendidikan secara nasional diartikan sebagai sebagai kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Standar mutu pendidikan selanjutnya disebut Standar Nasional Pendidikan (SNP), dengan lingkup meliputi: 1. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan 2. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 3. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. 4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. 5. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. 6. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

312

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. 7. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan 8. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas daerah kabupaten/kota untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi dalam mengelola pendidikan di lembaganya. Untuk menindak lanjuti perintah undang-undang tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan dalam bentuk Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahu 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar pendidikan Indonesia secara umum di dalam dua katagori adalah; 1. Standar Akademik a. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. b. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. c. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

313

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

2. Standar Manajerial a. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria

minimal tentang ruang belajar, tempat

berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. b. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. c. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan d. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

E. PROSES PENGENDALIAN MUTU Pengendalian tidak bisa dipisahkan dengan perencanaan. Pimpinan membuat rencana, dan rencana tersebut merupakan standar, artinya sejumlah kegiatan dapat dilakukan dan dapat diukur atau dinilai dengan membandingkan standar dengan kegiatan yang dilakukan. Sistem dan teknik-teknik pengendalian dapat dikembangkan dari perencanaan yang telah diibuat. Pada pengendalian merupakan suatu propses karena terdiri dari rangkaian kegiatan yang sistematis, J. M. Juran (1988:165) menyatakan pengendalian mutu sebagai proses manajemen yang didalamnya terdapat kegitan: 1) Mengevaluasi kinerja nyata, 2).

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

314

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

Membandingkan kinerja nyata dengan tujuan dan 3) Mengambil tindakan terhadap perbedaan. Kegiatan pengendalian dilakukan untuk menjaga agar proses kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, sehingga tujuan bisa tercapai.Hal ini mengingat tidak selama perilaku personil atau berbagai peristiwa dapat mendukung sesuai dengan harapan atau rencana yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut N.S.Sukmadinata (2006:52) proses pengendalian mutu meliputi:1) perencanaan, yaitu menyusun tujuan dan standar, 2). Pengukuran performansi nyata, 3). Membandingkan performansi hasil pengukuran dengan performansi standar, 4) memperbaiki performansi. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Boone and Kurtz (dalam Turney1992:242) mengemukakan empat tahap pengendalian: a) Establish performance standars based on organisational goals, b) Monitor actual performance, c) Compare actual performance with planned performance, d) Take corrective action, if necessary. Memperhatikan langkah-langkah pengendalian mutu di atas, jadi pada dasarnya dalam setiap system pengendalian mutu mempunyai empat komponen, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Nana Syaodih (2006; 67) yaitu: 1) Alat pengamatan yang menditeksi, mengamati dan mengukur atau menguraikan kegiatan-kegiatan yang dikendalikan. 2) Alat penilai yang mengevaluasi unjuk kerja dari suatu kegiatan. 3) Alat modiifikasi perilaku untuk mengubah unjuk kerja jika diperlukan. 4) Alat untuk menyebarluaskan informasi kea lat lain. Keberhasilan kepala sekolah atau pentgawas dalam pelaksanaan pengendalian mutu, selain harus melakukannya secara sistematis, juga ada beberapa pra kondisi yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh sekolah. Kondisi ini diwujudkan dalam bentuk sikap, komitmen dan pemikiran dari semua unsure yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Menurut Nanang Fatah dan Ali (2006; 9) pra kondisi yang harus dipenuhi sekolah, antara lain: a) Mengubah pola piker sekolah sebagai unit produksi menjadi unit layanan jasa, b) Memfokuskan perhatian pada proses secara sistematik, c) Menerapkan pola pemikiran/strattegi jangka panjang, d) Mempunyai komitmen yang kuat pada mutu, e) Mementingkan pengembangan sumber daya manusia.

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

315

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

Kepala sekolah atau pimpinan pendidikan lainnnya dalam melaksanakan pengendalian mutu dapat melakukan beberapa cara, salah satu cara yang banyak digunakan dalam pelaksanaan pengendalian mutu adalah model Certo (dalam Sofyan Syafri 2001;23) yang meliputi 1) pre control-Feedfowerd, yang control yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai, misalnya untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu hanya memilih guru-guru yang memiliki kompetensi yang baik. 2) Concurrent Contrtol, yaitu pengendalaian dilakukan sejalan dengan pelaksanaan pekerjaaan, dan 3) Feedback Control, yaitu mengadakan penilaian atau pengukuran, dan perbaikan setelah kegiatan dilakukan.

F. SASARAN PENGENDALIAN MUTU PENDIDIKAN Sasaran pengendalian mutu pendidikan secara operasional ditujukan pada aspek input pendidikan, proses dan output atau hasil pendidikan. Menurut Djajuli (dalam Nanang dan Ali (2006: 56) secara substansi pengawasan pendidikan secara educative

adalah:

a)

pengawasan

implementasi

kurikulum,

pengajaran,

pemahaman guru terhadap kurikulum, penjabaran guru terhadap teknik penilaian, penjabaran dan penyesuaian kurikulum b) pengawasan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan menurut Nana Syaodih (2006; 35) bidang pengendalian ditujukan pada biding utama pendidikan, yaitu kurikulum, bimbingan siswa serta manajemen pendidikan. Bidang kurikulum berkaitan dengan perumusan tujuan pendidikan, bahan ajar, proses pengajaran, serta evaluasi, baik secara keseluruhan program pendidikan di sekolah maupun untuk setiaop bidang studi. Bidang bimbingan siswa berkaitan dengan program pembinaan siswa dan bimbingan dan konseling, sedangkan bidang manajemen berkaitan dengan upaya pengaturan dan pemanfaatan segala sumber daya dan dana pendidikan yang ada di sekolah. Bidang ini mencakup manajemen personil, siswa, sarana dan prasarana, fasilitas pemndidikan biaya dan kerja sama dengana masyarakat atau pihak luar sekolahj. Ketiga bidang ini mempunyai arah sasaran yang sama, yaitu perkembangan siswa secara optimal.

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

316

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

G. KESIMPULAN Pengendalian merupakan salah satu fungsi manajemen. Kegiatan ini dilakukan untuk menilai dan memberikan perbaikan-perbaikan terhadap kinerja guru atau personil lainnya yang terlibat dalam proses pendidikan untuk menjamin bahwa kegiatan tersebut terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan pengendalian adalah untuk melakukan pengukuran dan perbaikan agar apa yang telah direncanakan dapat tercapai secara optimal. Sesuai dengan konsep mutu dalam pendidikan yang mneliputi unsure input-proses-output. Maka pengendalian terhadap mutu pendidikan juga diarahkan pada aspek input, proses dan output. Secara lebih rinci pengendalian terhadap mutu pendidikan ditujukan pada aspek kurikulum pembelajaran, pembinaan murid dan aspek manajemen sekolah yang berkaitan dengan pengaturan sumber daya dan dana pendidikan seperti: personil, siswa, sarana dan fasilitas, biaya dan kerjasama sekolah dengan masyarakat. Ketiga bidang sasaran ini semuanya mengacu pada pengembangan kompetensi siswa secara optimal. Pengendalaian merupakan suatu proses sistematis, yang terdiri dari merencanakan (menyusun tujuan dan standar performansi), pengyukuran performansi nyata, membandingkan performansi dan melakukan perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Tholib (2009) Strategi Implementasi Kerbijakan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah dengan Pendekatan MMT, Penerbit Dewa Ruci Bandung. Arcaro,Jerome (1995) Pendidikan Berbasis Mutu, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Endang Herawan adalah Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan Isikawa (1998) Pengendalian Mutu Terpadu, Mitra,Amitava (2001) Fundamentals of Quality Control and Improvement Second Edition,Prentice Hall,Upper River,New Jersey.

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

317

Konsep Pengendalian Mutu Pendidikan

Nana Syaodih (2006) Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Penerbit Refika Aditama, Bandung. Nanang Fattah dan Mohammad Ali (2006) Manajemen Berbasis Sekolah, Penerbit Universitas Terbuka. Sabur A(1998) Pengendalian Mutu Pendidikan Tinggi, Thesis Tidak Diterbitkan IKIP Bandung Sallis,Edward (1993) Total Quality Management, London. Kogan Page. Sofyan Safry (2001) Sistem Pengawasan Manajemen, Penerbit Quantum Jakarta. Umaedi (1999) Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam

318

View more...

Comments

Copyright � 2017 NANOPDF Inc.
SUPPORT NANOPDF