Microsoft Word - BAB 2

January 14, 2018 | Author: Anonymous | Category: Ilmu, Ilmu kebumian, Seismologi
Share Embed Donate


Short Description

Download Microsoft Word - BAB 2...

Description

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1

Teori Umum 2.1.1 Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem adalah kumpulan dari komponen yang mengimplementasikan model dari requirement, function, dan interface (Mathiassen, 2000, p17). Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan organisasi atau perusahaan yang terdiri dari sejumlah sumber daya dan sumber daya tersebut bekerja menuju tercapainya suatu tujuan tertentu yang ditentukan oleh pemilih atau manajemen perusahaan tersebut (McLeod, 2001, p15). Sistem adalah suatu komponen kelompok yang saling berhubungan yang bekerja sama untuk mencapai tujuan umum dengan menerima input dan memproses output dengan mengatur proses transformasi (O’Brien, 2003, p23). Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang (Kadir, 2003, p12). Informasi adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki arti (McLeod, 2001). Informasi adalah data yang telah diubah menjadi berarti dan berguna khususnya bagi end user (O’Brien, 2003, p22). Informasi merupakan kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima (Kristanto, 2003, p27). 8

9

Sistem informasi dapat diartikan sebagai sekumpulan komponen yang saling berhubungan dalam mengumpulkan (atau menerima), proses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi dan pengaturan dalam sebuah organisasi (Laudon, 2006, p7). Sistem informasi adalah penggabungan dari manusia, hardware, software, dan jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mampu mengumpulkan, mengubah, dan membagikan informasi dalam sebuah organisasi (O’brien, 2005, p37). Tujuan utama dari sistem informasi adalah mengumpulkan, memproses dan menukar informasi antar pelaku bisnis serta didesain untuk mendukung operasi sistem bisnis, (Whitten, et.al., 2004, p39). Kata geografi berasal dari kata geographika dari bahasa yunani yang dikemukakan oleh Eratosthenes sekitar abad ke-1 SM. Asal katanya adalah Geo yang berarti Bumi dan graphika yang berarti tulisan atau lukisan. Berdasarkan asal katanya, geografi dapat diartikan sebagai tulisan mengenai Bumi atau lukisan tentang Bumi. Dalam arti yang lebih luas, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang permukaan bumi, penduduk, serta hubungan timbal-balik antara keduanya. Menurut Richthoffen, geografi adalah ilmu yang mempelajari permukaan bumi sesuai dengan referensinya, atau studi mengenai area-area yang berbeda di permukaan bumi (Prahasta, 2009, p33). Sistem Informasi Geografis adalah kumpulan yang terorganisasi dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografis dan personil yang

10

dirancang

secara

efisien

untuk

memperoleh,

menyimpan,

mengupdate,

memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis (ESRI,1990,p37). Sistem Informasi Geografis adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akuisisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan persentasi data dan analisa data (Bernhardsen, 1999, p28). Sistem Informasi Geografis merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objekobjek yang terdapat di permukaan bumi (Prahasta, 2005, p49). 2.1.2

Subsistem Sistem Informasi Geografis

Gambar 2.1 Subsistem SIG

11

Untuk membangun suatu Sistem Informasi Geografis ada beberapa subsistem. Subsistem tersebut antara lain : 1. Data input Sub-sistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Sub-sistem ini juga bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format data-data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh Sistem Informasi Geografis. 2. Data output Sub-sistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data (spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti tabel, grafik, peta, dan lain sebagainya. 3. Data manajemen Sub-sistem ini mengorganisasikan data spasial maupun table-tabel atribut ke dalam sebuah basis

data

sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil,

diperbaharui, maupun diperbaiki. 4. Manipulasi dan Analisa Data Sub-sistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh sistem informasi geografis. Selain itu, sub-sistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. 2.1.3 Komponen Sistem Informasi Geografis Sistem infomasi geografis (SIG) terdiri dari beberapa komponen dengan berbagai karakteristiknya, antara lain :

12

a. Perangkat Keras (Hardware) Perangkat keras yang biasanya digunakan dalam aplikasi SIG : 1. CPU Merupakan pusat proses data yang terhubung dengan media penyimpanan dengan ruang yang cukup besar dengan sejumlah perangkat lainnya. 2. Disk Drive Menyediakan

tempat

untuk

membantu

jalannya

penginputan,

membaca, pemrosesan, dan penyimpanan data. 3. Digitizer Digunakan untuk mengkonversi data dari peta ke dalam bentuk digital dan memasukannya ke dalam komputer. 4. Plotter / Printer Digunakan untuk mencetak hasil dari data yang sudah diolah. 5. Tape Drive Digunakan untuk menyimpan data / program ke dalam pita magnetik atau untuk berkomunikasi dengan sistem lainnya.. b. Perangkat Lunak (Software) Software SIG berfungsi untuk memasukkan, menganalisis dan menampilkan informasi SIG. Software SIG memiliki beberapa kemampuan utama, antara lain : 1. Memanipulasi atau menyajikan data geografis atau peta berupa layer. 2. Berfungsi untuk analisis, query, visualisasi geografis. 3. Penyimpanan data dan manajemen database (DBMS).

13

4. Graphical user interface (GUI). c. Data dan Informasi Geografis SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara mengimport dari perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan cara medigitasi data spasial dan memasukkannya ke tabel-tabel. 2.1.4 Manfaat Sistem Informasi Geografis Menurut Budiyanto (2004,p98) ada beberapa manfaat dari SIG adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan tentang lokasi atau letak Lokasi atau tempat dapat dikelaskan dengan memberi keterangan tentang nama tempat tersebut, kode pos, kode wilayah, atau atribut lainnya. SIG menyimpan informasi ini sebagai data atribut yang digambarkannya secara spasial. 2. Menjelaskan kondisi ruang Ruang yang dimaksud adalah tempat tertentu dengan satu atau beberapa syarat tertentu pula. Dengan menggunakan SIG dapat dijelaskan secara keseluruhan kondisi suatu kawasan dalam kaitannya dengan tujuan tertentu. 3. Menjelaskan suatu kecenderungan (trend) Analisis spasial dalam SIG dapat dilakukan secara multi temporal dengan menggunakan data multi waktu. Perkembangan antar waktu dari beberapa

14

data tersebut menjadi dasar analisis kemungkinan yang akan terjadi pada masa depan. Analisis ini memberi penjelasan tentang sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang dengan penggambaran lokasi di mana fenomena tersebut akan terjadi. 4. Menjelaskan tentang pola spasial (spatial pattern) Pola sebuah fenomena dapat dilihat dari sebarannya secara spasial. Dengan mengetahui pola-pola secara spasial, dapat dicari korelasinya dengan fenomena lain. 5. Pemodelan Pemodelan mengaitkan berbagai informasi tentang letak, kondisi lokasi, pola, dan kecenderungannya yang akan terjadi di masa mendatang secara bersama-sama atau sebagian. Dalam sebuah pemodelan dibentuk suatu formulasi yang memungkinkan dilakukan beberapa manipulasi data input. Hasil keluaran dari suatu pemodelan merupakan gambaran fenomena yang akan terjadi. SIG didukung oleh kemampuan beberapa software dapat melakukan pemodelan spasial secara dua dimensi ataupun tiga dimensi. Selain itu, kemampuan SIG juga dikenali dari fungsi analisis spasial yang dapat dilakukan oleh kemampuan SIG terdiri dari : 1. Klasifikasi (reclassify) Fungsi ini mengklasifikasikan kembali suatu data spasial menjadi data spasial baru berdasarkan kriteria (atribut) tertentu, misalnya dengan

15

menggunakan data spasial ketinggian permukaan bumi (topografi), akan dapat diturunkan data spasial kemiringan atau gradien permukaan bumi yang dinyatakan dalam presentase nilai-nilai kemiringan. Nilai-nilai presentase kemiringan ini dapat diklasifikasikan hingga menjadi data spasial baru yang dapat digunakan untuk merancang perencanaan pengembangan suatu wilayah. Contohnya adalah untuk mendapatkan data spasial kesuburan tanah dari data spasial kadar air atau kedalaman air tanah, dan sebagainya. 2. Jaringan (network) Fungsi ini merujuk data spasial titik (point) atau garis (line) sebagai suatu jaringan yang tak terpisahkan. Fungsi ini sering digunakan di bidang-bidang transportasi dan utility, seperti misalnya aplikasi jaringan kabel listrik, komunikasi, pipa minyak dan gas, air minum, dan saluran pembuangan. Sebagai contoh, dengan fungsi analisis spasial network, cari seluruh kombinasi jalan-jalan yang menghubungkan titik awal dan titik akhir. Pada setiap

kombinasi,

hitung

jarak

titik

awal

dan

akhir

dengan

mengakumulasikan jarak dari jalan-jalan yang membentuknya. Kemudian pilih jarak terpendek dari kombinasi-kombinasi yang ada. 3. Overlay Fungsi ini menghasilkan layer data spasial baru yang merupakan hasil kombinasi dari minimal dua layer yang menjadi masukannya. Sebagai contoh, bila untuk mengasilkan wilayah-wilayah yang sesuai untuk budidaya tanaman tertentu, misalnya padi, dimana data-data yang diperlukan adalah

16

ketinggian permukaan bumi, kadar air tanah, dan jenis tanah, maka fungsi analisis spasial overlay akan dikenakan terhadap data-data spasial tersebut. 4. Buffering Fungsi ini akan menghasilkan layer data spasial baru yang berbentuk polygon atau zone dengan jarak tertentu dari unsur-unsur spasial yang menjadi masukannya. Data spasial titik akan menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran-lingkaran yang mengelilingi titik pusatnya. Untuk data spasial grafis akan menghasilkan data spasial baru yang berupa polygon yang melingkupi garis-garis. Demikian pula untuk data spasial polygon, akan menghasilkan data spasial baru yang berupa polygon yang lebih besar dan konsentris. 5. 3D analysis Fungsi ini terdiri dari beberapa subfungsi yang berhubungan dengan presentasi data spasial dalam ruang 3 dimensi. Fungsi analisis spasial ini banyak menggunakan fungsi interpolasi. Sebagai contoh adalah untuk menampilkan data spasial ketinggian, tataguna tanah, jaringan jalan dan utility dalam bentuk model 3 dimensi. 6. Digital image processing Fungsi ini dimiliki oleh perangkat SIG yang berbasiskan raster. Karena data spasial permukaan bumi (citra digital) banyak didapat dari perekaman data satelit yang berformat raster, maka banyak SIG raster yang juga dilengkapi dengan fungsi analisis ini.

17

2.1.5 Jenis-jenis Data Pada Sistem Informasi Geografis Jenis data yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografis adalah data spasial (peta atau geografis) dan data atribut (keterangan atau non-spasial). Perbedaan antara dua jenis data tersebut adalah sebagai berikut : a. Data spasial Data spasial adalah data sistem informasi yang terpaut pada dimensi ruang, dapat digambarkan dengan berbagai komponen data spasial. Komponen tersebut adalah : 1. Titik Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana untuk suatu objek spasial. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat diidentifikasikan diatas peta dan dapat ditampilkan pada layer monitor menggunakan simbol-simbol tertentu. 2. Garis Garis adalah bentuk geometri linear yang akan menghubungkan paling sedikit dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek satu dimensi. Batas-batas poligon merupakan garis-garis, demikian pula jaringan listrik, komunikasi pipa air minum, saluran pembuangan, dan keperluan lainnya. 3. Poligon Poligon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua dimensi. Sungai, danau, batas propinsi, batas kota, adalah tipe-tipe entity yang pada umumnya direpresentasikan sebagai poligon. Suatu objek yang

18

berbentuk poligon paling sedikit dibatasi oleh tiga garis (sisi) yang saling terhubung diantara ketiga titik sudutnya.

.

titik

garis

poligon

Gambar 2.2 Komponen Data Spasial Terdapat 2 konsep representasi entity spasial, yaitu : 1. Raster (Model data Raster) Menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau pixel-pixel yang membentuk grids. Akurasi model data ini sangat tergantung pada resolusi atau ukuran pixelnya di permukaan bumi. Entity spasial raster disimpan dalam layer secara fungsionalitas direlasikan dengan unsur-unsur petanya. Contoh sumber entity spatial raster adalah citra satelit, citra radar, dan model ketinggian (Prahasta, 2005, p163).

19

Kelebihan format raster adalah : a. Data dalam bentuk raster lebih mudah. b. Metode untuk mendapatkan citra raster lebih mudah melalui scanning. c. Gambar didapat lebih detail dari radar atau satelit. Kekurangan format raster adalah : a. Membutuhkan memory yang besar. b. Akurasi posisinya bergantung dari ukuran pixelnya. c. Penggunaan sel atau ukuran grid yang lebih besar untuk menghemat ruang penyimpanan akan menyebabkan kehilangan informasi atau ketelitian. 2. Vektor (Model data Vektor) Menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik, garis-garis atau kurva atau polygon beserta atributatributnya. Bentuk-bentuk dasar representasi data spasial dalam format vektor didefinisikan oleh sistem koordinat kartesius dua dimensi (Prahasta, 2005, p269). Dalam format vektor, garis merupakan sekumpulan titik-titik terurut yang dihubungkan. Sedangkan polygon disimpan sebagai sekumpulan titiktitik tetapi titik awal dan titik akhir polygon memiliki koordinat yang sama.

20

Format vektor memiliki kelebihan : a. Memerlukan tempat penyimpanan yang sedikit. b. Memiliki resolusi spasial yang tinggi. c. Memiliki batas-batas yang teliti, tegas, dan jelas. Format vektor memiliki kekurangan : a. Memiliki struktur data yang kompleks. b. Tidak compatibel dengan citra satelit penginderaan jauh. c. Memerlukan hardware dan software yang mahal. b. Data atribut / non spasial Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau fenomena yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak mempunyai hubungan posisi geografis. Contoh : data atribut sungai berupa kedalaman, kualitas air, habitat, komposisi kimia, konfigurasi biologis dan lain sebagainya. Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada pendeskripsian secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe, klasifikasi, label suatu objek agar dapat dikenal dan dapat dibedakan dengan objek yang lain, misalnya : rumah sakit, hotel, dan sebagainya. Bila dilakukan secara kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai secara skala ordinat atau tingkatan, interval atau selang rasio atau perbandingan dari suatu titik tertentu. Contohnya : populasi sungai 10 sampai 15 ekor ikan, kadar kimia air pada sungai tersebut buruk, dan sebagainya.

21

2.1.6 Peta Peta merupakan gambaran wilayah geografis, biasanya bagian permukaan bumi. Peta dapat disajikan dengan berbagai cara yang berbeda. Dari peta konvensional yang tercetak sampai peta digital yang tampil di layar komputer. Peta dapat menunjukkan banyak informasi penting, misalnya sungai, gunung, hutan, daerah perbukitan, laut, danau, batas-batas kota, dan lain-lain. Menurut

Rockville,

peta

adalah suatu

representasi konvensional

(miniatur) dari unsur-unsur fisik (alamiah dan buatan manusia) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi diatas media bidang datar dengan skala tertentu (Prahasta, 2002, p42). Bagian-bagian pokok peta antara lain: a. Judul peta Setiap peta harus diberi judul untuk mencerminkan isi dan tipe peta. Judul suatu peta dapat diletakkan pada bagian atas tengah layar peta utama, bagian atas kiri atau kanan diluar peta utama, atau disembarang tempat diluar peta utama, dan jangan sampai mengganggu peta utama. b. Garis Astronomis Garis astronomis berfungsi untuk menentukan lokasi suatu tempat. Umumnya, garis astronomis dibuat dengan memberi tanda di tepi atau garis tepi dengan menunjukan angka derajat, menit, dan detiknya tanpa membuat garis bujur atau lintang.

22

c. Inset Inset menunjukan lokasi daerah yang dipetakan pada kedudukannya dengan daerah sekitar yang lebih luas. d. Garis Tepi Peta Garis tepi peta sebaiknya dibuat rangkap. Garis tepi peta ini dapat membantu dalam membuat peta pulau, kota, ataupun wilayah yang tepat ditengah-tengahnya. e. Skala Peta Skala peta merupakan angka yang menunjukkan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya. Penulisan skala diletakkan dibawah judul peta. Skala merupakan hal penting sebab pengguna peta dapat mengetahui jarak sebenarnya dari perbandingan skala tersebut. f. Sumber Peta dan Tahun Pembuatan Peta Sumber peta digunakan sebagai informasi dari mana sumber peta diperoleh. Tahun pembuatan peta sangat diperlukan terutama peta-peta dengan data yang mudah berubah, misalnya peta penyebaran penduduk, peta hasil perkebunan, dan lain-lain. g. Penunjuk Arah / Mata Angin / Tanda Arah Untuk membantu pembaca mengetahui arah mata angin : utara, selatan, timur, dan barat. Penunjuk arah diletakkan di kiri atas atau bagian bawah peta.

23

h. Simbol Peta Simbol peta merupakan tanda-tanda yang umum digunakan untuk mewakili keadaan yang sebenarnya. Simbol peta dapat dibagi sebagai berikut, simbol titik melambangkan ketinggian, tanaman, monumen (candi); simbol garis melambangkan sungai, jalan, rel kereta api, batas wilayah administrasi; dan simbol area melambangkan pemukiman, area pertanian dan perkebunan. i. Warna Peta Warna peta digunakan untuk menggambarkan keadaan objek tertentu, misalnya : warna biru digunakan untuk melambangkan lautan / perairan, warna hijau digunakan untuk dataran rendah, warna kuning digunakan untuk dataran tinggi, warna coklat digunakan untuk pegunungan, warna merah digunakan untuk bentang hasil budi daya manusia, dan warna putih digunakan untuk puncak pegunungan salju. j. Legenda Legenda merupakan informasi atau keterangan dari simbol-simbol agar lebih mudah dibaca. Pada umumnya legenda diletakkan dibagian kiri atau kanan bawah suatu peta dan sebaliknya dalam garis peta. k. Lettering Merupakan semua tulisan atau angka-angka untuk mempertegas arti dari simbol-simbol yang ada. Lettering jangan terlalu sering digunakan dan biasanya ditulis dengan huruf cetak kecil.

24

l. Penggunaan Tulisan Pada Peta Judul peta harus ditulis dengan huruf cetak besar yang tegak. Tinggi huruf harus disesuaikan dengan besar peta dan kenampakan di air menggunakan huruf miring, besar kecilnya berdasarkan strategisnya. 2.1.7 Jenis-jenis Peta Peta pada umumnya dapat dibagi berdasarkan skala dan data yang disediakan oleh peta tersebut. Berdasarkan skalanya peta dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu: 1. Peta kadaster, berskala 1:100 sampai 1:5.000, menggambarkan peta-peta tanah dan peta sertifikat tanah. 2. Peta skala besar, berskala 1:5.000 sampai 1:250.000, menggambarkan wilayah-wilayah yang relatif sempit, seperti kelurahan dan kecamatan. 3. Peta skala sedang, berskala 1:250.000 sampai 1:500.000, menggambarkan wilayah-wilayah yang agak luas, seperti propinsi, daerah regional, dan pulau. 4. Peta skala kecil, berskala 1:500.000 sampai 1:1.000.000, menggambarkan wilayah-wilayah yang cukup luas, misalnya negara. 5. Peta skala geografis, berskala lebih dari 1:1.000.000, menggambarkan sekumpulan negara, benua, atau dunia. Berdasarkan data yang disediakan, terdapat dua macam bentuk peta: 1. Peta umum / peta ikhtisiar Peta umum merupakan peta yang menggambarkan topografi daerah ataupun batas-batas administrasi suatu wilayah / Negara yang biasa digunakan untuk bermacam-macam tujuan.

25

2. Peta khusus / peta tematik Peta tematik merupakan peta yang menampilkan hubungan keruangan, kenampakan tertentu di permukaan bumi dalam bentuk atribut tunggal ataupun hubungan atribut seperti geologi, geografis, pertanahan dan sebagainya. Contohnya : a. Peta Geologi Peta yang menggambarkan struktur batuan dan sifat-sifatnya yang mempengaruhi bentuk-bentuk permukaan tanah. b. Peta Air Tanah Peta yang menggambarkan lokasi atau sebaran air tanah di suatu tempat / daerah. c. Peta Irigasi Peta yang menggambarkan aliran sungai, bendungan air, dan saluran irigasi. d. Peta Transportasi Peta yang menggambarkan peta lalu lintas baik di darat, laut, maupun udara. e. Peta Lokasi Peta yang menggambarkan tinggi rendahnya permukaan bumi. f. Peta Arkeologi Peta yang menggambarkan penyebaran letak benda-benda atau peninggalan purba.

26

g. Peta Seismisitas Peta seismisitas adalah peta yang menunjukkan aktifitas gempa bumi. Aktifitas gempa bumi bisa ditinjau dari bermacam cara, diantaranya adalah dengan peta distribusi gempa bumi. Setiap gempa bumi melepaskan energi gelombang seismik, sehingga kumpulan gempa bumi pada periode tertentu pada suatu area juga suatu cara untuk menggambarkan konsentrasi aktifitas gempa bumi

2.1.8 Penggunaan Peta Pada umumnya peta dapat digunakan untuk mengetahui berbagai kenampakan pada suatu wilayah yang dipetakan, yakni : 1. Memperlihatkan posisi suatu tempat di permukaan bumi. 2. Mengukur luas dan jarak suatu daerah di permukaan bumi berdasarkan skala dan ukuran peta. 3. Memperlihatkan bentuk suatu daerah yang sesungguhnya dengan skala tertentu. 4. Menghimpun data suatu daerah yang disajikan dalam bentuk peta. Adapun peta khusus digunakan untuk tujuan tertentu yang menonjolkan satu jenis data saja. Misalnya pada iklim, peta curah hujan, peta penyebaran penduduk, dan sebagainya. 2.1.9 Basis Data (Database) Basis data adalah penggabungan dari sekumpulan usur data yang berhubungan secara logika. Basis data menggabungkan catatan lama yang

27

disimpan dalam arsip terpisah ke dalam unsur data yang biasa menyediakan data untuk banyak aplikasi (O’Brien, 2003, p145). Basis data dapat diartikan sebagai kumpulan data yang saling berhubungan secara logika dan saling berbgi serta menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Basis data merupakan sebuah penyimpanan data yang besar yang dapat digunakan oleh pemakai dan departemen secara simultan (Connolly, 2002, p14-p15). a. Pengertian Table Table adalah suatu relasi data yang digambarkan dalam kolom dan baris (Connolly, 2002, p72). b. Pengertian Field Field dalam konteks database biasanya sering disebut dengan atribut. Field merupakan nama kolom dari sebuah tabel atau relasi (Connolly, 2002, p72). c. Pengertian Record Record adalah suatu baris data atau informasi dalam sebuah tabel. Record sering juga disebut dengan tuple (Connolly, 2002, p73). d. Pengertian Primary Key Primary key

adalah sebuah atribut atau himpunan atribut yang dipilih

untuk mengindentifikasikan tuple-tuple atau record dalam tabel yang bersifat unik. Unik memiliki arti tidak boleh ada duplikat atau key yang untuk dua atau lebih tuple atau record dalam sebuah table (Connolly, 2002, p79).

28

e. Pengertian Foreign Key Foreign Key adalah sebuah atribut atau himpunan atribut dalam suatu tabel yang menunjuk pada key yang terdapat pada tabel lain. Foreign Key berfungsi untuk menunjukan hubungan antar satu tabel dengan tabel yang lainnya (Connolly, 2002, p79). f. Entitas Relationship Diagram (ERD) Entitas Relationship Diagram (ERD) adalah pendekatan top-down untuk mendesain basis data yang dimulai dengan mengidentifikasikan data yang penting, yang disebut sebagai entitas dan hubungan antara data harus digambarkan (Connolly, 2002, p330). Batasan utama dalam relasi disebut multiplicity. Multiplicity adalah jumlah kejadian yang mungkin muncul dari entitas satu ke entitas lainnya yang mempunyai hubungan khusus. Hubungan yang paling umum adalah berpasangan (Connolly, 2002, p344p348) seperti : 1. one-to-one(1:1) Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu entitas di B, dan begitupun sebaliknya. 2. one-to-many (1:*) Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu entitas di B, namun sebuah entitas di B dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di A.

29

3. many-to-many (*:*) Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di B dan sebuah entitas di B dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di A. g. Data Flow Diagram (DFD) Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu gambaran garis dari suatu sistem yang menggunakan sejumlah bentuk simbol untuk menggambarkan aliran data melalui suatu proses yang saling berkaitan. Simbol menggambarkan hubungan antar elemen proses, aliran data dan penyimpanan data (McLeod, 2007, p171). Proses adalah sesuatu yang mengubah masukan menjadi keluaran. Aliran data mengandung sekelompok elemen data yang saling berhubungan secara logika. Penyimpanan data bertugas mengambil data atau meng-update (O’Brien, 2005, p115). Dengan pemakain DFD, pengguna dapat memahami aliran data dalam sebuah sistem. Ada tiga keuntungan pemakaian DFD : 1.

Terhindar dari satu usaha untuk mengimplementasikan sistem yang terlalu dini. Pengguna perlu memikirkan secara cermat aliran-aliran data sebelum memakai keputusan untuk merealisasikannya secara teknis.

2. Dapat mengerti lebih dalam hubungan sistem dengan subsistemnya. Pengguna dapat membedakan sistem dari lingkungan beserta batasanbatasannya.

30

3.

Dapat menginformasikan sistem yang berlaku kepada dunia. DFD dapat digunakan sebagai alat untuk berinteraksi dengan pengguna dalam bentuk representasi simbol-simbol yang digunakan. Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD adalah sebagai berikut : 1. Entitas Eksternal Entitas eksternal adalah entitas yang berada di luar sistem yang memberi data ke sistem atau menerima keluaran dari sistem dan tidak termasuk dalam bagian sistem. Entitas ini digambarkan dengan simbol

2. Proses Menggambarkan

apa

yang

dilakukan

sistem.

Berfungsi

mentransformasikan satu atau beberapa data input menjadi satu atau beberapa output sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.

Dalam

penamaan suatu proses digunakan kata kerja dan kata benda. Digambarkan dengan simbol

31

3. Aliran Data Menggambarkan aliran data dari suatu entitas ke entitas lain. Simbol anak panah menggambarkan arah aliran data. Digambarkan dengan simbol

4. Penyimpanan Data (Storage) Merupakan data untuk menyimpan data. Proses dapat mengambil data dari atau memberikan data ke data store. Digambarkan dengan

Tingkatan dalam DFD ada tiga, yaitu : 1. Diagram Konteks a. Merupakan level tertinggi yang menggambarkan masukan dan keluaran sistem. b. Terdiri dari suatu proses yang tidak memiliki data store. 2. Diagram Nol a. Memiliki data store. b. Diagram tidak rinci, diberikan tanda bintang pada akhir nomor. 3. Diagram Rinci a. Merupakan rincian dari diagram nol atau diagram level di atasnya. b. Proses yang ada sebaiknya tidak lebih dari tujuh titik.

32

h. State Transaction Diagram (STD) STD menggambarkan sifat suatu sistem informasi, menjelaskan cara sistem melakukan suatu respon untuk setiap kejadian dan cara kejadian merubah State suatu sistem. STD digunakan untuk menggambarkan diagram dari kebiasaan sistem dan beberapa jenis pesan dengan proses yang kompleks dan sinkronisasi kebutuhan. STD memiliki komponen-komponen utama, yaitu state dan arrow yang mewakili sebuah perubahan state. Setiap persegi panjang mewakili sebuah state, tempat sistem tersebut berada. Sebuah state didefinisikan sebagai suatu atribut atau keadaan suatu sistem pada saat tertentu. 2.2

Teori Khusus 2.2.1 Gempa Gempa bumi adalah getaran di permukaan bumi / tanah yang terjadi karena pelepasan energi secara tiba-tiba oleh batuan yang berada di bawah permukaan atau seperti diterangkan di atas karena batuan mengalami pematahan atau pensesaran. Gempa bumi dengan magnitude cukup besar (mb > 5,9 skala Richter) mampu merusakkan bangunan. Gempa bumi bisa merusak melalui dua cara, yaitu langsung dari getarannya yang memberikan efek gaya horisontal, dan secara tidak langsung melalui liquefaction. Magnitude / besaran gempa bumi adalah energi yang dilepaskan saat gempa bumi, biasanya diukur dari rekaman gelombang seismik. Skala Richter dipergunakan untuk menentukan besaran gempa menengah yang episentrumnya

33

kurang / sama dengan 100 km dari seismograf (ML). Semakin besar magnitudo gempa bumi, semakin luas dan semakin lama orang merasakannya. Gempa bumi adalah suatu peristiwa yang kompleks, sehingga untuk menilainya pun diperlukan cara lain yaitu: MB (body wave) menggunakan gelombang P yang berperiode 1-10 detik; MS (surface wave) menggunakan gelombang Rayleigh yang berperide 18-22 detik. Jika dibandingkan dengan sesar yang terbentuk maka yang digunakan adalah momen seismik (MO) dan masih ada lagi untuk gempa bumi berskala besar yaitu MW (moment magnitude scale) = 2/3 log10 (MO) – 6. Ada tiga kelompok pembagian gempa bumi yang lazim kita kenal, yaitu : a. Gempa tektonik Gempa yang berkaitan erat dengan pembentukan patahan (fault), sebagai akibat langsung dari tumbukan antar lempeng pembentuk kulit bumi. b. Gempa vulkanik Gempa berkaitan dengan aktivitas gunung api. c. Terban Gempa yang muncul akibat longsoran / terban dan merupakan gempa kecil. Kekuatan gempa mungkin sangat kecil sehingga yang muncul tidak terasa, berupa tremor dan hanya terdeteksi oleh seismograf. Patahan-patahan besar juga merupakan penyebab gempa yang dahsyat. Misalnya patahan Semangko yang membujur membelah pulau Sumatera, patahan Palu-Koro di Sulawesi, patahan berarah Laut- Barat Daya dan Barat Laut – Tenggara yang merajam Jawa dan juga patahan Sorong di Kepala

34

Burung Irian. Patahan-patahan tersebut merupakan zona lemah yang mudah oleh gempa tektonik. Pusat gempa itu sendiri begitu banyak dan mengerombol. Menyebabkan Indonesia ini banyak memiliki potensi bencana gempa. Antara lain Aceh, Padang, Bengkulu, Sukabumi, Wonosobo, Maluku dan Irian Jaya. Adapun Skala Richter untuk magnitude gempa bumi adalah sebagai berikut : a.

< 2 Secara umum getaran tak terasa tetapi terekam oleh seismograf.

b. 2 – 2,9 Getaran hampir terasa oleh sebagian kecil orang. c. 3 – 3,9 Getaran terasa oleh sebagian kecil orang. d. 4 – 4,9 Getaran terasa oleh hampir semua orang. e. 5 – 5,9 Getaran mulai menimbulkan kerusakan bangunan. f. 6 – 6,9 Getaran menimbulkan kerusakan. g. 7 – 7,9 Gempa skala besar, getaran kuat, menimbulkan kerusakan besar. h. 8 – 9,0 Gempa dahsyat, getaran sangat kuat dan meluluh lantakkan bangunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dampak gempa bumi terhadap struktur bangunan, antara lain : a. Kekuatan gempa bumi (Mekanisme) b. Hyposenter c. Jarak dan medium yang dilalui gelombang gempabumi

35

d. Faktor perbesaran getaran tanah oleh lapisan tanah setempat e. Orientasi bangunan f. Resonansi antara tanah dan bangunan g. Durasi gelombang seismik dan h. Konstruksi dan material bangunan Istilah-istilah umum yang digunakan dalam mengukur parameter gempa a. Magnitude adalah ukuran kekuatan gempa bumi, menggambarkan besarnya energi yang terlepas pada saat gempa bumi terjadi dan merupakan hasil pengamatan Seismograf. b. Modifide Marcaly Intensity (MMI) adalah skala yang digunakan untuk

mengukur

intensitas

gempa

bumi

dilambangkan

dengan

menggunakan angka romawi sebagai berikut : I MMI Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luarbiasa oleh beberapa orang II MMI Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang. III MMI Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.

36

IV MMI Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela / pintu berderik dan dinding berbunyi. V MMI Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti. VI MMI Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan. VII MMI Tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan. VIII MMI Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak pada bangunan degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.

37

IX MMI Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus. X MMI Bangunan dari kayu yang kuat rusak,rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam. XI MMI Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali. XII MMI Hancur sama sekali, Gelombang tampak pada permukaan tanah. Pemandangan menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.

c. Skala Richter didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari amplitudo maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen pengukur gempa (seismometer) WoodAnderson, pada jarak 100 km dari pusat gempanya. Sebagai contoh, misalkan rekaman gempa bumi (seismogram) dari seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari pusat gempanya, amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa tersebut adalah log (10 pangkat 3

38

mikrometer) sama dengan 3,0 skala Richter. Skala ini diusulkan oleh fisikawan Charles Richter. 2.2.2 Percepatan Gempa a.

Percepatan Gempa di Batuan Dasar Percepatan gempa di batuan dasar dapat dihitung dengan

mempergunakan fungsi antenuase. Fungsi atenuase adalah suatu fungsi yang menggambarkan korelasi antara intensitas gerakan tanah setempat (a), Magnitude Gempa (M), serta jarak dari suatu titik dalam daerah sumber gempa (r). Para ahli geoteknik telah banyak merumuskan fungsi atenuase. Fungsi atenuase yang berlaku di suatu tempat belum tentu dapat berlaku di tempat yang lain, karena fungsi atenuase sangat tergantung pada kondisi alam di suatu tempat (Mabrur, 2009, p43).

Ada 2 jenis rumus fungsi atenuase yaitu fungsi atenuase Joyner & Boore dan fungsi atenuase Crouse

1. Rumus fungsi atenuase Joyner & Boore adalah: a = 10[0.71+0.23(Mw-6)-log(r)-0.0027r]…(2.3) Dimana : a

= Percepatan yang dinyatakan dalam g

Mw

=

Momen Magnitude Gempa (Mw=M)

ro

= Jarak

terdekat dari lokasi ke proyeksi vertical dari

gempa akibat aktivitas pada permukaan tanah. r2

=

ro2+82

39

2. Rumus Fungsi atenuase Crouse adalah : ln(PGA) = 6.36 + 1.76 – 2.73 ln(R + 1.58e(0.068M) + 0.0091h) Dimana :

PGA = Peak Ground Acceleration, gal (cm/sec) R

= Jarak Hipocenter, KM =

M

= Momen Magnitude Gempa

H

= Kedalaman Fokus (Km)

Untuk menentukan percepatan gempa di batuan dasar secara teliti, maka perhitungan fungsi atenuase ini harus dilakukan pada seluruh kejadian gempa.

b.

Percepatan Gempa di Permukaan Tanah Berbeda dengan perhitungan gempa di batuan dasar yang

menganalisis kejadian gempa, perhitungan percepatan gempa di permukaan tanah pada suatu lokasi harus dilakukan dengan menganalisis lapisan tanah pada lokasi tersebut.

Perubahan percepatan gempa di batuan dasar akan berpengaruh langsung pada percepatan gempa di permukaan tanah. Perubahan percepatan gempa di permukaan tanah di Indonesia dari tahun 1987, 2002, dan 2010 dapat dilihat berturut-turut pada gambar 2.3, gambar 2.4, dan gambar 2.5.

40

Gambar 2.3 Peta zona gempa di permukaan tanah tahun 1987

Gambar 2.4 Peta zona gempa di permukaan tanah tahun 2002

41

Gambar 2.5 Peta zona gempa di permukaan tanah tahun 2010

Gambar 2.6 Tabel Risiko Kegempaan Dunia

2.2.3 Algoritma Kriging Kriging adalah suatu metode geostatistika yang memanfaatkan nilai spasial pada lokasi tersampel dan variogram untuk memprediksi nilai pada lokasi lain yang belum dan/atau tidak tersampel dimana nilai prediksi tersebut tergantung pada kedekatannya terhadap lokasi tersampel. Pada penerapannya, kriging dibawah asumsi kestasioneran dalam rata-rata (0) dan varians (σ2), sehingga

jika

asumsi

kestasioneran

tersebut

dilanggar

maka

kriging

menghasilkan nilai prediksi yang kurang presisif. Selain itu, sebagaimana pada semua metode analisis data non-spatial (cross-sectional, time series, panel, dll.),

42

kriging juga dapat menghasilkan nilai prediksi kurang presisif jika di antara data yang ada terdapat pencilan (outlier). Outlier didefinisikan sebagai nilai yang ekstrim dari nilai amatan lainnya yang kemungkinan dapat disebabkan oleh kesalahanpencatatan, kalibrasi alat yang tidak tepat atau kemungkinan lainnya. Ada beberapa model kriging yang umum digunakan di antaranya adalah ordinary kriging dan universal kriging yang notabenenya tidak mengakomodir adanya outlier. Lebih lanjut, pengembangan ordinary kriging adalah robust kriging yang mentransformasi bobot variogram pada variogram klasik sehingga menjadi variogram yang robust terhadap outlier. Nilai interpolasi Kriging Z (x0) dari bidang acak Z (x) (misalnya elevasi Z dari suatu daerah sebagai fungsi dari x lokasi geografis) di lokasi pengamatan medan acak pada lokasi terdekat

.

Kriging menghitung estimator terbaik berisi linier Ź(x0) dari Z(x0) berdasarkan model stokastik dari ketergantungan spasial diukur baik dengan variogram γ (x, y) atau dengan ekspektasi μ (x) = E [Z (x)] dan fungsi kovarians c (x, y) dari bidang acak. Formula Kriging disusun oleh kombinasi linear

Dari

nilai-nilai

yang

diamati

zi

=

Z

(xi)

dengan

bobot

dipilih bahwa varians (disebut juga varians Kriging atau kesalahan Kriging) :

43

Dapat disederhanakan dalam kondisi yang tidak seimbang, menjadi :

Kriging varians tidak boleh membingungkan dengan varians :

Dari perkiraan Kriging

itu sendiri.

Metode Kriging : Ketergantungan pada sifat stokastik dari jenis daerah acak yang berbeda dalam penggunaan Kriging. Jenis kriging menentukan kendala linear pada bobot wi tersirat oleh kondisi yang tidak seimbang; yaitu kendala linier, dan oleh karena itu metode untuk menghitung bobot, sangat tergantung pada jenis kriging yang akan digunakan.

Metode klasik dari Kriging : a.

Kriging sederhana mengasumsikan kecenderungan konstan yang dikenal: μ (x) = 0.

b.

Kriging biasa mengasumsikan kecenderungan konstan yang tidak diketahui: μ (x) = μ.

44

c.

Universal Kriging mengasumsikan model kecenderungan umum linear

d.

IRFk-kriging mengasumsikan μ (x) menjadi polinomial yang tidak diketahui dalam x.

e.

Indikator kriging menggunakan fungsi indikator bukan proses itu sendiri, untuk memperkirakan probabilitas transisi.

f.

Beberapa indikator kriging adalah versi kriging indikator bekerja dengan keluarga indikator. Namun, MIK telah jatuh dari nikmat sebagai teknik interpolasi dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini karena beberapa kesulitan yang melekat terkait dengan operasi dan validasi model. Simulasi Bersyarat cepat menjadi teknik pengganti diterima dalam kasus ini.

g.

Kriging yang tidak saling terkait adalah generalisasi nonlinier kriging.

h.

Kriging lognormal interpolates data positif dengan cara logaritma.

Kriging Sederhana Kriging sederhana secara matematis paling sederhana, tetapi paling tidak umum. Ini mengasumsikan untuk mengetahui dugaan daerah acak, dan bergantung pada fungsi kovarians. Namun, dalam sebagian besar aplikasi baik dari dugaan maupun kovarians telah dikenali sebelumnya. Asumsi praktis untuk aplikasi kriging sederhana adalah: a. Keseimbangan arti yang luas di daerah penelitian. b. Dimanapun dugaan adalah nol: μ (x) = 0.

45

c. Fungsi kovarians Dikenal c (x, y) = Cov (Z (x), Z (y)) Bobot Kriging dari Kriging sederhana yang tidak memiliki kondisi seimbang dapat menggunakan persamaan kriging sederhana berikut:

Ini sejalan dengan regresi linear dari Z(x0) pada

.

Interpolasi Kriging sederhana :

Kesalahan Kriging :

yang mengarah ke versi kuadrat paling umum dari teorema Gauss-Markov:

Kriging Biasa Kriging biasa adalah jenis yang paling umum digunakan kriging. Ini mengasumsikan rata-rata konstan tetapi tidak diketahui.

46

Asumsi khas untuk aplikasi praktis dari kriging biasa : a. Keseimbangan intrinsic atau keseimbangan arti luas daerah. b. Pengamatan cukup untuk memperkirakan variogram tersebut. Kondisi matematika untuk penerapan kriging biasa : a. Berarti E [Z (x)] = μ tidak diketahui tapi konstan b. Variogram Para γ (x, y) = E [(Z (x) - Z (y)) 2] dari Z (x) diketahui.

Bobot Kriging dari Kriging biasa, memenuhi bobot tidak seimbang :

Dan menggunakan persamaan Kriging biasa :

Dengan μ adalah parameter tambahan pengali Lagrange digunakan dalam minimalisasi kesalahan kriging seimbang

Interpolasi Kriging Biasa :

untuk menghormati kondisi tidak

47

Kesalahan Kriging :

. 2.2.4 Sistem Informasi Kegempaan Gempa dapat terjadi kapan saja, tanpa mengenal musim. Meskipun demikian, konsentrasi gempa cenderung terjadi di tempat-tempat tertentu saja, seperti pada batas Plat Pasifik. Tempat ini dikenal dengan Lingkaran Api karena banyaknya gunung berapi. Seismologist adalah ilmuwan yang mempelajari sesar dan gempa. Mereka menggunakan peralatan yang disebut seismograf untuk mencatat gerakan tanah dan mengukur besarnya suatu gempa. Seismograf msemantau gerakan-gerakan bumi mencatatnya dalam seismogram, Gelombang seismik, atau getaran, yang terjadi selama gempa tergambar sebagai garis bergelombang pada seismogram. Seismologist mengukur garis-garis ini dan menghitung besaran gempa. Seismologist menggunakan skala Richter1 untuk menggambarkan besaran gempa, dan skala Mercalli untuk menunjukkan intensitas gempa, atau pengaruh gempa terhadap tanah, gedung dan manusia.

48

Contoh sistem informasi kegempaan yang ada saat ini di BMKG Pusat :

Gambar 2.7 Sistem Informasi kegempaan

Sistem diatas menampilkan informasi-informasi sebagai berikut : a.

Informasi gempa terkini meliputi peta, tanggal terjadinya gempa, lokasi gempa, besaran kekuatan gempa, kedalaman, keterangan tambahan, keterangan pusat gempa.

b. Catatan Informasi 60 gempa terkini meliputi peta, tanggal terjadinya gempa, lokasi, besaran kekuatan gempa, kedalaman, keterangan pusat gempa. c. Informasi Cuaca, gempa yang dirasakan dan peringatan bahaya.

49

Saat ini Saputra et al, (2010, p50) telah mengembangkan sistem informasi kegempaan pada area kerja Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Badan Wilayah II. Dalam sistem tersebut dilakukan analisis dan perancangan sistem

informasi

geografis

yang

dapat

menyajikan

data-data

dan

menampilkan secara visual sehingga memudahkan para pengguna untuk mendukung pengambilan keputusan. Dengan melihat data - data yang ada maka pihak pengguna dapat melihat posisi terjadinya gempa beserta informasi kegempaan meliputi lokasi, magnitude dan intesitas besaran gempa. Metodelogi penelitian yang digunakan ada tiga, yaitu studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku referensi dan artikel-artikel ilmiah yang bersangkutan, metode analisis sistem yang sedang berjalan di perusahaan dengan melakukan wawancara terhadap karyawan dan metode perancangan, yaitu merancang sistem informasi geografis dengan menggunakan arcGIS 9.3 yang dikombinasikan dengan VB 6. Hasil

yang

dicapai

adalah

suatu

sistem

aplikasi

yang

dapat

mempermudah pengelolaan dan penginformasian data yang diperlukan oleh perusahaan baik data spasial maupun

data nonspasial, sehingga dapat

meningkatkan performa dan arus informasi. Simpulan dari penulisan skripsi ini adalah sistem informasi geografis yang dirancang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi pihak pengguna pada pihak BMKG Badan Wilayah II. Perbedaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian diatas dapat dilihat dari pembuatan zonasi kegempaan berdasarkan perhitungan Peak Ground

50

Acceleration (PGA) / percepatan gempa secara otomatis, sehingga jika terjadi gempabumi di suatu daerah sistem ini akan dapat dengan cepat melakukan zonasi rawan gempa berdasarkan nilai PGA dari titik gempa yang baru terjadi.

View more...

Comments

Copyright � 2017 NANOPDF Inc.
SUPPORT NANOPDF