OPTIMASI ASSAY KIT IRMA TSH

January 8, 2018 | Author: Anonymous | Category: Ilmu, Health Science, Endokrinologi
Share Embed Donate


Short Description

Download OPTIMASI ASSAY KIT IRMA TSH...

Description

SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________

OPTIMASI ASSAY KIT IRMA TSH Gina Mondrida1, Sutari1, Triningsih1, Sri Setyowati1, V. Yulianti S1, Wening Lestari1, Agus Ariyanto1, Puji Widayati1 1

Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) -BATAN Gedung 11, Kawasan Puspiptek Serpong [email protected]

ABSTRAK OPTIMASI ASSAY KIT IRMA TSH. Hormon tiroid merupakan hormon yang sangat penting diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan fisik secara normal, perkembangan otak dan mental. Range normal TSH untuk orang dewasa 0,4 – 4,5 mIU/L, sedangkan untuk bayi 3 – 18 mIU/L. Jika fungsi kelenjar tiroid terganggu maka sirkulasi hormon tiroid (T3 dan T4) dalam darah akan tidak normal, sehingga menyebabkan beberapa penyakit tiroid. Oleh karena itu perlu dilakukan penetapan kadar TSH (Thyroid Stimulating Hormon) di dalam darah guna mengetahui apakah fungsi kelenjar tiroid bekerja secara normal. Penetapan kadar TSH di dalam darah biasa dilakukan dengan metode IRMA (Immunoradiometricassay). Selama ini kit IRMA TSH didapat dari impor dengan harga yang cukup mahal. Sehingga perlu dilakukan penyiapan kit IRMA TSH ini secara lokal di dalam negeri. Penyiapan kit IRMA TSH ini meliputi: pembuatan perunut TSH (TSH-125I), pembuatan larutan standar TSH, pembuatan tabung berlapis antibodi TSH (coated tube). Selanjutnya untuk mendapatkan kit IRMA TSH sesuai dengan kriteria kit yang baik maka perlu dilakukan optimasi terhadap beberapa parameter prosedur assay yang meliputi: optimasi volume perunut, jumlah cacahan perunut, volume larutan standar, volume larutan assay buffer, suhu inkubasi dan waktu inkubasi. Dari optimasi assay tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: volume perunut: 50 μl, jumlah cacahan perunut: ± 100.000 cpm, volume larutan standar: 50 μl, volume larutan assay buffer 100 μl, waktu inkubasi: 18 jam (semalam) pada suhu kamar (25 oC) dengan kecepatan shaker 400 rpm. Kata kunci: Tiroid, IRMA (Immunoradiometricassay), TSH -125I, Coated tube

ABSTRACT OPTIMATION OF ASSAY TSH IRMA KIT. Thyroid hormone is an important hormone needed by the body for normal physical growth, brain and mental development. TSH normal range for adult is from 0.4 to 4.5 mIU/L, whereas for baby from 3 to 18 mIU/L. If the thyroid gland function disrupted then the circulation of thyroid hormone (T3 and T4) in blood will be abnormal, so it will cause some thyroid diseases. Therefore, TSH assay (Thyroid Stimulating Hormon) in the blood needs to be done to know whether the function of the thyroid gland works normally. Detection of Thyroid Stimulating Hormon (TSH) in blood is commonly performed by Immunoradiometricassay (IRMA) method. Immunoradiometricassay (IRMA) method was developed locally by replacing TSH IRMA kit which is imported costly from commercial companies. The TSH IRMA kit was developed by preparing TSH tracer (TSH-125I), TSH standard solution, and TSH antibody coated tube. Further steps to ascertain good performance of the kits were carried out including optimization of tracer volume, tracer counts, standard volume, length and temperature of incubation. The results showed that optimal conditions for TSH IRMA kits were tracer volume 50 μl, tracer counting 100,000 cpm, standard volume 50 μl, assay buffer volume 100 μl, incubation time 18 hours (overnight) at room temperature (25 °C) with a shaker speed of 400 rpm. Key words : Thyroid, IRMA (Immunoradiometricassay), TSH-125I, coated tube

PENDAHULUAN Hormon tiroid merupakan hormon yang sangat penting diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan normal, perkembangan otak dan

mental. Hormon-hormon yang aktif seperti T3 (triiodotironin) dan T4 (tiroksin) berguna sebagai katalis untuk reaksi oksidatif dalam sel jaringan tubuh. Sekresi hormon tiroid ini dikontrol oleh TSH (Thyroid Stimulating

_______________________ ________________________________________________ _____________________ 1

SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________

Hormon) dipengaruhi oleh TRH (thyrotropin releasing hormon) dari hipothalamus. Range normal TSH untuk orang dewasa 0,4 – 4,5 mIU/L, sedangkan untuk bayi 3 – 18 mIU/L. Jika fungsi kelenjar tiroid terganggu maka sirkulasi hormon tiroid (T 3 dan T4) dalam darah akan tidak normal, sehingga menyebabkan beberapa penyakit tiroid seperti gangguan pada janin, abortus cacat bawaan, retardasi mental, bisu tuli, kelumpuhan dan kerdil. Ketidaknormalan tersebut pada anak sekolah ditunjukkan dengan prestasi dan IQ anak kurang, sedangkan pada orang dewasa dapat terjadi gondok dan segala komplikasinya sampai terjadi kanker kelenjar tiroid [1,2,3,4]. Oleh karena itu, perlu dilakukan penetapan kadar TSH (Thyroid Stimulating Hormon) di dalam darah guna mengetahui apakah fungsi kelenjar tiroid bekerja secara normal. Penetapan kadar TSH (Thyroid Stimulating Hormon) di dalam darah biasa dilakukan dengan teknik IRMA (Immunoradiometricassay)[5,6]. Selama ini kit IRMA TSH didapatkan dari impor dengan harga yang cukup mahal. PTRR telah membuat kit ini sejak beberapa tahun lalu dengan metoda partikel magnetik. Metode ini mempunyai banyak kekurangan, antara lain: pengerjaannya lebih rumit dan menggunakan peralatan yang lebih banyak, seperti: rotator, magnetic, separator dan lain-lain. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pembuatan kit IRMA TSH dengan metode coated tube untuk deteksi hormon tiroid, yang lebih sederhana dan cepat. Metode IRMA merupakan metode analisis yang berdasarkan pada reaksi imunologi (ikatan antigen-antibodi), akan terjadi reaksi antara antigen (Ag) yang terdapat pada standar atau cuplikan dengan antibodi monoklonal bertanda (Ab*) dalam jumlah berlebih[7,8,10,11]. Prinsip penentuan kadar TSH (Thyroid Stimulating Hormon) dengan teknik IRMA adalah reaksi antara antigen (Ag) yang terdapat pada standar atau cuplikan dengan antibodi monoklonal bertanda (Ab*) dalam jumlah berlebih. Ke dalam suatu tabung yang sudah disalut dengan monoklonal antibodi TSH, kemudian ditambahkan sampel darah pasien (antigen tak bertanda) dan perunut TSH (monoklonal antibodi bertanda) dalam jumlah berlebih, kemudian diinkubasi. Setelah diinkubasi dalam waktu tertentu, selanjutnya

dilakukan pemisahan antara antibodi bertanda (Ab*) bebas dan antibodi bertanda (Ab*) terikat. Besarnya keradioaktifan Ab* terikat ditentukan dengan pencacah gamma (). Dalam hal ini kadar Ag berbanding lurus dengan jumlah Ab* terikat. Makin banyak Ag (analit) dalam standar / cuplikan, makin banyak Ab* terikat (Ab*-Ag) yang terbentuk [9]. Kit IRMA yang baik harus menunjukkan kinerja assay yang baik dengan % NSB (Non Specific Binding) yang rendah (< 5 %) dan ikatan maksimum (%B/T) yang tinggi, kurva

standar yang linear, nilai cuplikan kontrol terletak pada rentang nilai yang sudah ditentukan. Jika nilai NSB tinggi, dapat diperkirakan bahwa antibodi bertanda atau antibodi telah rusak. Nilai (%B/T) ini tidak boleh turun secara drastis selama masa pakai kit tersebut. Jika nilai %B/T rendah, maka dapat diperkirakan antibodi bertanda (perunut) atau antibodinya telah rusak[9]. Dalam mengembangkan suatu kit RIA / IRMA yang baru seperti kit IRMA TSH, agar diperoleh performen assay yang baik maka perlu dilakukan optimasi rancangan assay supaya diperoleh kondisi assay yang optimum [12]. Beberapa parameter yang perlu dioptimasi adalah: volume dan jumlah cacahan perunut (antibodi bertanda /Ab*), volume standar / sampel (antigen / Ag) serta kodisi inkubasi (waktu dan suhu). Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan optimasi assay kit IRMA TSH dengan tujuan mendapatkan rancangan assay yang optimal sehingga didapatkan kit IRMA yang memenuhi kriteria kit yang baik. TATA KERJA Bahan dan peralatan Bahan yang digunakan adalah Monoklonal antibodi TSH beta for coated (E86214M dari Biodesign), TSH 98 % pure (H6TO4), Monoklonal antibodi TSH intact for labelling (E86712M dari Biodesign), Na125I dari PRR-BATAN, Kolom PD-10, KloraminT, Natriumbisulfit (Na2S2O5), Bovin Serum Albumin, Tricloric Acid, Larutan Dapar Fosfat dari Merck, Tabung star (NUNC, Swedia) dan bahan kimia lainnya. Alat yang digunakan adalah pencacah gamma model 600 Gammatec II (The Nucleus Inc & Model buatan USA), Gamma Management System (GMS, Berthold,

_______________________ ________________________________________________ _____________________ 2

SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________

Germany), pH meter merek Fisher Accument model 810, Alat pengaduk model vorteks merek VWR, timbangan analitik Mettler AE 160, statif, pipet eppendorf beserta tipnya, peralatan gelas, stop watch dan rak tabung reaksi. Pembuatan Larutan Perunut TSH (TSH -125I) Ke dalam tabung polistiren ditambahkan 3,5 μl (10 μg) larutan Monoklonal antibodi TSH intact for labelling (E86712M dari Biodesign), 10 μl dapar fosfat 0,5 M pH 7,5, sejumlah larutan Na125I (± 0,4 mCi) dan 10 μl (10 μg) Cloramin-T dalam larutan (0,5M dapar fosfat pH 7,5). Campuran diinkubasi selama 2 menit sambil diaduk. Kemudian reaksi dihentikan dengan penambahan 25 μl (100 μg) larutan Na2S2O5 dalam larutan (0,5 M dapar fosfat pH 7,5). Kemudian ditambahkan 10 μl (10 μg) KI 0,1 %. Hasil penandaan dimurnikan dengan menggunakan kolom PD-10 yang sudah dijenuhkan dengan 1 ml BSA 10 %. Elusi dengan larutan dapar fosfat 0,05 M pH 7,5. Tampung eluat (hasil elusi) setiap fraksi ke dalam tabung reaksi masing-masing 500 μl (± 30 tabung). Kemudian masing-masing tabung diukur dengan alat pencacah gamma selama 1 menit. Hasil cacahan dibuat kromatogram hasil penandaan (pembuatan perunut TSH). Selanjutnya ditentukan rendemen penandaan dan kemurnian radiokimia dari perunut TSH dengan metode kromatografi lapis tipis dengan fase diam kertas Whatman I dan fase gerak yaitu etanol : butanol : NH4OH dengan perbandingan 3:2:1. Pembuatan Larutan Standar TSH Tabel 1. Pembuatan larutan standar TSH N o 1

Konsentrasi Standar (µIU/mL ) 0

Volume larutan Stok (µl) 0

Volume horse serum (µl) 10.000

Volume total (µl) 10.000

2

0,5

62,5

9937,5

10.000

3

2,5

313

9687

10.000

4

5

625

9375

10.000

5

10

1250

8750

10.000

6

20

2500

7500

10.000

7

40

5000

5000

10.000

Sebanyak 10 μl Human TSH 98 % pure (H6TO4) dengan konsentrasi (85000 µIU/mL), diencerkan menjadi 10,625 mL dengan horse serum yang sudah dilewatkan kedalam kolom charcoal / celite sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 80 µIU/mL ( disebut sebagai larutan stok A). Sejumlah larutan stok A diencerkan menjadi beberapa konsentrasi standar TSH : 0, 0,5, 2,5, 5, 10, 20 dan 40 μIU/mL dengan menggunakan horse serum seperti yang terlihat pada tabel 1. Untuk mengetahui konsentrasi dengan tepat digunakan spektrofotometer UV/Vis. Larutan standar ini digunakan untuk membuat kurva kalibrasi menggunakan prosedur assay (protokol pengujian kit IRMA TSH) sebagaimana tersebut di bawah ini. Pembuatan Coated Tube TSH Sebanyak 500 μl (3 mg/ml) monoklonal antibodi TSH beta (E86214M) dilarutkan dengan 225 ml NaHCO3 0,05M pH 8,5 (Titer 1:450). Kemudian dimasukkan sebanyak 500 μl ke dalam masing-masing tabung star NUNC dan diinkubasi selama 22 jam pada suhu kamar. Buang cairan, kemudian tabung tersebut dibilas dengan NaHCO3 0,05M pH 8,5 + 0,1 % BSA (Bovin Serum Albumin) + Tween 0,05 % (washing solution). Kemudian ditambahkan ke dalam masing-masing tabung 1 ml NaHCO3 0,05M pH 8,5 + 3 % BSA (Blocking solution) dan diinkubasi selama 22 jam pada suhu kamar. Buang cairan, kemudian tabung tersebut dibilas dengan NaHCO3 0,05M pH 8,5 + 0,1 % BSA (Bovin Serum Albumin) + Tween 0,05 % (washing solution). Tabung dikeringkan pada suhu kamar, setelah itu disimpan pada suhu 4oC. Tabung bersalut monoklonal antibodi TSH ini disebut tabung coated tube (CT) dan siap digunakan untuk assay. Optimasi Assay Prosedur baku Assay kit IRMA TSH Tabung coated tube (CT) diberi nomor lalu ditambahkan 50 μl larutan standar TSH dengan konsentrasi (0, 2,5, 5, 10, 20 dan 40 μIU/mL) ke dalam masing-masing tabung CT dan 50 μl larutan perunut TSH (TSH-125I) dengan aktifitas tertentu, serta 300 μl assay buffer ( PBS 0,05 M pH 7,5 + BSA 0,1 %). Kemudian tabung tersebut dikocok dengan vortek hingga homogen dan diinkubasi semalam pada suhu kamar dengan shaker

_______________________ ________________________________________________ _____________________ 3

SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________

pada 400 rpm. Supernatan dibuang dengan membalikkan tabung di atas kertas tisu selama 5 menit. Masing-masing tabung diukur dengan alat pencacah gamma selama 1 menit. Non Spesific Binding (%NSB) dan Maximum Binding(%MB) setiap standar kemudian dan ditentukan dengan prosedur assay dihitung dengan persamaan berikut:

Pada pembuatan kit IRMA TSH yang lalu, belum dilakukan optimasi rancangan assay terhadap kit ini, sehingga sekarang baru terlaksana. Pada Gambar 1 memperlihatkan optimasi terhadap volume perunut TSH, terlihat bahwa volume perunut 50 μl memberikan ikatan immunologi tertinggi (B/T) sebesar 28,92 % dan terus menurun sampai volume 200 μl. Hal ini menunjukkan bahwa dengan bertambahnya volume perunut, keradioaktifan perunut juga meningkat sehingga menimbulkan reaksi radiolisis yang mengakibatkan daya ikatan antara monoklonal antibodi TSH dengan perunut TSH semakin berkurang atau turun.

BG : Background

Kemudian prosedur assay tersebut dilakukan beberapa variasi untuk mendapatkan kondisi assay yang optimal: a. Variasi volume larutan perunut yaitu: 25 μl, 50 μl , 100 μl dan 200 μl. b.Variasi jumlah cacahan perunut yaitu: 25000cpm, 50000 cpm, 100000 cpm dan 200000 cpm. c.Variasi volume larutan standar TSH yaitu: 25 μl, 50 μl, 100 μl dan 200 μl. d.Variasi volume assay buffer yaitu: 0 μl, 100 μl, 200 μl dan 300 μl. e.Variasi inkubasi yaitu yaitu: 4 oC, suhu kamar, suhu kamar + shaker, 37 oC. f. Variasi waktu inkubasi shaker yaitu: 2 jam, 4 jam, 6 jam, 18 jam dan 24 jam. Optimasi assay kit IRMA TSH meliputi: penetapan jumlah cacahan radioaktivitas perunut, volume perunut, volume standar, volume assay buffer, suhu inkubasi dan waktu inkubasi shaker yang terbaik, sehingga diperoleh nilai ikatan maksimum (%B/T) dan nilai ikatan tidak spesifik (%NSB) yang optimum dan dapat digunakan sebagai acuan setiap kali assay. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam mengembangkan suatu kit RIA / IRMA yang baru seperti kit IRMA TSH, agar diperoleh performen assay yang baik maka perlu dilakukan optimasi rancangan assay supaya diperoleh kondisi assay yang optimum.

Gambar 1. Kurva optimasi volume perunut TSH. Adapun pada Gambar 2 menunjukkan sejauh mana pengaruh jumlah cacahan perunut TSH terhadap besarnya % ikatan immunologi (%B/T) dan % ikatan tidak spesifik (%NSB). Pada Gambar 2 terlihat cacahan ± 100.000 cpm memberikan ikatan immunologi paling tinggi sebesar 27,36 % dan NSB sebesar 1,32 % sedangkan cacahan ± 25.000 cpm dan cacahan ± 50.000 cpm memberikan ikatan immunologi yang hampir mendekati sebesar 19,09 % dan 19,29 % (lebih rendah dari cacahan ± 100.000 cpm). Hal ini disebabkan karena keradioaktifan perunut TSH (Ab*) masih kurang, sehingga reaksi antara antibodi bertanda TSH (Ab*) dengan Ag tidak optimal, sehingga ikatan immunologinya lebih rendah. Dengan jumlah cacahan ± 200.000 cpm memberikan ikatan immunologi sebesar 20,08 % lebih rendah dari cacahan ± 100.000 cpm. Hal ini disebabkan dengan cacahan ± 200.000 cpm, keradioaktifan perunut TSH terlalu tinggi sehingga menimbulkan reaksi radiolisis yang

_______________________ ________________________________________________ _____________________ 4

SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________

mengakibatkan daya ikatan antara monoklonal antibodi TSH dengan perunut TSH semakin berkurang. Jadi untuk assay selanjutnya jumlah cacahan perunut TSH yang digunakan ± 100.000 cpm.

Gambar 3. Kurva optimasi volume standar TSH Gambar 2. Kurva optimasi jumlah cacahan perunut TSH Dari optimasi volume standar TSH seperti Gambar 3, terlihat bahwa volume larutan standar yang optimal adalah 50 μl dengan ikatan immunologi sebesar 23,92 %. Dengan volume standar 25 μl diperoleh ikatan immunologi lebih rendah sebesar 20,61 %, hal ini disebabkan jumlah standar (Ag) masih kurang cukup, sehingga reaksi antara antibodi bertanda TSH (Ab*) dengan jumlah standar (Ag) tidak optimal, sehingga ikatan immunologinya lebih rendah. Dengan volume standar 100 μl dan 200 μl memberikan ikatan immunologi sebesar 21,05 % dan 19,05 %, lebih rendah dari volume standar 50 μl. Hal ini disebabkan dengan volume standar 100 μl dan 200 μl terjadi kejenuhan antigen (Ag) yang berikatan sehingga ikatan immunologinya menurun. Untuk assay selanjutnya volume standar yang digunakan 50 μl.

Hasil optimasi volume assay buffer ditampilkan pada Gambar 4, terlihat bahwa volume assay buffer yang optimal adalah 100 μl dengan ikatan immunologi sebesar 29,49 %. Tanpa menggunakan assay buffer diperoleh ikatan immunologi lebih rendah sebesar 28,48 %. Hal ini disebabkan karena volume total pereaksi masih dibawah volume coated tube (CT), sehingga masih ada antibodi yang menempel pada tabung (CT) tidak ikut bereaksi dengan antigen pada standar dan antibodi bertanda (Ab*) pada perunut (reaksi tidak optimal). Dengan menggunakan assay buffer 200 μl dan 300 μl memberikan ikatan immunologi sebesar 26,68 % dan 27,93 %, lebih rendah dari menggunakan assay buffer 100 μl. Hal ini disebabkan karena kelebihan assay buffer, akan mengganggu reaksi kesetimbangan antara antigen (Ag) pada standar dan antibodi bertanda (Ab*) pada perunut. Jadi untuk assay selanjutnya assay buffer yang digunakan sebanyak 100 μl saja.

_______________________ ________________________________________________ _____________________ 5

SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________

Dengan waktu inkubasi shaker 2 jam, shaker 4 jam dan shaker 6 jam, diperoleh ikatan immunologi lebih rendah sebesar 11,47 %, 17,07 %, dan 20,13 %. Hal ini disebabkan karena waktu reaksi yang dibutuhkan untuk berikatan antara Ag yang terdapat pada standar dengan Ab* pada perunut belum cukup, sehingga reaksi (Ag-Ab*) belum optimal terbentuk. Untuk assay selanjutnya waktu inkubasi yang digunakan selama 18 jam sambil dishaker dengan kecepatan 400 rpm.

Gambar 4. Kurva optimasi volume assay buffer Untuk melihat pengaruh suhu inkubasi ketika melakukan assay kit ini maka dilakukan variasi suhu inkubasi mulai dari 4 oC, suhu kamar, gabungan suhu kamar dan shaker serta pada suhu 37 oC. Pada Gambar 5 terlihat bahwa suhu inkubasi optimal pada suhu kamar dan shaker diperoleh ikatan immunologi sebesar 34,64 % dan NSB sebesar 0,68 %.

Gambar 6. Kurva optimasi waktu inkubasi Dari hasil optimasi assay kit IRMA TSH, diperoleh kurva standar kit IRMA TSH yang linear seperti yang terlihat pada Gambar 7.

Gambar 5. Kurva optimasi suhu inkubasi Pada Gambar 6 ditunjukkan optimasi waktu inkubasi, terlihat bahwa waktu inkubasi dengan shaker 18 jam dan shaker 24 jam memberikan hasil yang lebih baik, dengan ikatan immunologi yang hampir sama sebesar 29,78 % dan 29,71 %. Adanya phenomena ini disebabkan pada waktu reaksi shaker 18 jam sudah tercapainya kesetimbangan reaksi antara antigen (Ag) dan antibodi bertanda (Ab*).

Gambar 7. Kurva standar kit IRMA TSH KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh assay kit IRMA TSH yang optimal dengan menggunakan volume perunut 50 μl dengan jumlah cacahan perunut sebesar

_______________________ ________________________________________________ _____________________ 6

SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________

100.000 cpm, volume larutan standar 50 μl, volume larutan assay buffer 100 μl dan suhu inkubasi pada temperatur kamar (25°C) selama 18 jam dengan kecepatan shaker 400 rpm. Dengan rancangan assay seperti diatas, diperoleh kurva standar kit IRMA yang linear. Komponen kit IRMA TSH yang dibuat menunjukkan kinerja assay yang baik, dengan ikatan immunologi (%B/T) sebesar 34,64 % dan ikatan non spesifik (%NSB) sebesar 0,68 %. DAFTAR PUSTAKA 1. http://gaky.promosikesehatan.com, GAKY, Penyakit Penyebab Retardasi Mental. Diakses tanggal 20 Oktober 2014. 2. http://pharmacistsreet.blogspot.com/2013/0 1/hormon-tiroid., Hormon Tiroid dan Antitiroid. Diakses 14 Mei 2014. 3. http://www.medicastore.com., Kelenjer Tiroid. Diakses tanggal 24 Oktober 2014. 4. OPPENHEIRMER, J.H., Role of Plasma Protein in the Binding, Distribution and Metabolism of the Thyroid Hormones. New England Journal or Medicine,. 1968, May 23:278(21):1153-62. 5. http://www.google.com/2008election/., Gejala Hormon Tiroksin. Diakses 20 Oktober 2014. 6. http://www.medicastore.com/med/detail_p yk.php?id=&iddtl=957&idktg=19&idobat =&UID=2004, Kelainan Kelenjar Tiroid. Diakses tanggal 23 Oktober 2014. 7. PRASAD, J.A. et.al., Thyroxine and Triidothyronine, in ”Method of Hormone Radioimmunoassay”, 1979, 2nd ed., p357 8. MARDELL,R., A Strategy for Vitro Tests of Thyroid Function. Amersham, the Radio-Chemical Centre, 1978, 21. 9. WAYAN REDIATNING, Dasar-Dasar RIA dan IRMA. Badan Tenaga Atom Nasional, 1993. 10. Puji Widayati, Agus Ariyanto, Produksi Kit Immunoradiometricassay (IRMA) CA125 Untuk Deteksi Dini Kanker Ovarium, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol 7, Nomor 2, hal 91 – 97, September 2009. 11. http://www.izotop.hu, Turbo TSH [125 I] IRMA KIT (RK-ICT3). Diakses tanggal 14 Januari 2015. 12. Agus Ariyanto, V. Yulianti, Puji Widayati, Gina Mondrida, Optimasi Beberapa Parameter Kit RIA Aflatoksin B1,

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011, ISSN 0216 – 3128.

TANYA JAWAB Pertanyaan 1. Bagaimana prinsip penggunaan kit IRMA TSH dalam diagnosa penyakit. 2. Apakah memungkinkan seandainya diaplikasikan untuk kegiatan di jurusan teknokimia nuklir Jawaban 1. Prinsip penggunaan kit IRMA TSH dalam diagnosa suatu penyakit. Prinsip penentuan berdasarkan reaksi immunologi (ikatan antigen dengan antibodi) menggunakan radioisotop 125-I sebagai perunut. 2. Memungkinkan sekali untuk diaplikasikan dalam kegiatan di jurusan teknokimia nuklir, aal ada laboratorium aktif untuk pembuatan perunut (penandaan monktonal antibodi /Mab) dengan 125-I (NaI), serta punya alat pencacah gamma. Untuk pembuatan coated tube (CT) TSH, bisa dipesan antibodi monoktonal TSH pada suplier, seperti memesan standar TSH dari bahan kimia lain.

_______________________ ________________________________________________ _____________________ 7

View more...

Comments

Copyright � 2017 NANOPDF Inc.
SUPPORT NANOPDF