perbedaan tingkat kecemasan komunikasi

January 8, 2018 | Author: Anonymous | Category: Seni & Humaniora, Communications
Share Embed Donate


Short Description

Download perbedaan tingkat kecemasan komunikasi...

Description

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN KOMUNIKASI TERHADAP LAWAN JENIS ANTARA REMAJA PUTRA DAN REMAJA PUTRI SLEMAN YOGYAKARTA Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Oleh: Sutri Astuti NIM: 029114138

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Terima kasih

Telah mengajariku membedakan yang benar dan yang salah Mendorongku untuk mempertahankan mimpi-mimpiku Menunjukkan padaku agar tidak terpengaruh oleh rintangan Dan untuk mengubah kebingunganku menjadi senyuman Telah mengatakan bahwa kalian menyayangiku Menunjukkan bahwa betapa istimewanya cinta itu Menghapuskan air mataku kala aku sedih Dan untuk menenangkan kala aku ingin marah Telah membantu sesama dengan perbuatan baik kalian Mengajariku bahwa aku pun mesti menolong sesama Memelukku ketika aku merasa sunyi Dan membisikkan padaku, “Aku sayang padamu” Terima kasih, keluargaku, atas segala yang kalian lakukan. Entah bagaimana jadinya diriku tanpa kalian. James Malinchak Ada orang yang memberikan waktunya, uangnya, keterampilannya dan koneksinya. Ada juga yang memberikan darahnya ..., tapi setiap orang selalu mempunyai sesuatu untuk diberikan. Barbara bush

“Karya ini kupersembahkan

bagi keluargaku terkasih”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 April 2007 Penulis

Sutri Astuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK Sutri Astuti (2007). Perbedaan Tingkat Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis antara Remaja Putra dan Remaja Putri Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perbedaan kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta. Kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis yang dapat mengganggu hubungan individu dengan lawan jenisnya dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya berkaitan dengan stereotip perbedaan peran gender laki-laki dan perempuan yang ada di dalam masyarakat. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Terdiri dari 50 orang lakilaki dan 50 orang perempuan, berusia 13 – 17 tahun, yang merupakan keturunan dari perkawinan antar suku Jawa, yang dilahirkan, dibesarkan dan bertempat tinggal di Sleman Yogyakarta, serta mengenal bahasa Jawa sebagai bahasa ibu. Pengujian hipotesis menggunakan Independent Sample t-Test. Dari hasil analisis diperoleh nilai t = -4,534 dengan p = 0,000 (p < 0,05), yang berarti hipotesis penelitian diterima. Dari hasil analisis juga didapatkan mean empiris remaja putra sebesar 72,72 dan mean empiris remaja putri sebesar 82,16. Mean empiris remaja putra lebih rendah daripada mean empiris remaja putri. Hal ini menunjukkan bahwa remaja putra Sleman Yogyakarta memiliki tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis yang lebih rendah dibandingkan remaja putri Sleman Yogyakarta. Berdasarkan kategorisasi yang menjadi analisis tambahan dalam penelitian ini juga didapatkan bahwa prosentase remaja putra yang paling dominan terdapat pada kategori rendah yaitu sebesar 64% dan prosentase yang paling dominan remaja putri terdapat pada kategori sedang yaitu sebesar 66%. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum remaja putra Sleman Yogyakarta memiliki tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis yang rendah dan remaja putri Sleman Yogyakarta memiliki tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis yang sedang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT Astuti, S (2007). The Difference of Communication Anxiety Level toward The Opposite Sex between Sleman Yogyakarta Male and Female Teenagers. Yogyakarta: Departement of Psychology, Faculty of Psychology, Sanata Dharma University. The research was aimed at investigating the defference of communication anxiety level toward the opposite sex between Sleman Yogyakarta male and female teenagers. Communication anxiety toward the opposite sex that could disturb individual and the opposite sex relationship, was under the influence of culture values hooked on defference gender rules stereotypes males and females in society. The hypothesis proposed there was defference communication anxiety level toward the opposite sex between Sleman Yogyakarta male and female teenagers. Participant in this research were 100 persons. Consist of 50 males and 50 females, in 13 – 17 years old, were descent of the Javanese marriage, were born, stayed in Sleman Yogyakarta and knew the Javanese language as the mother tongue. The test of hypothesis was using Independent Sample t-Test. The result of tTest was -4,534 with p = 0,000 (p < 0,05), that meant the hypothesis was accepted. From the result of the analysis was found that empirical mean for male teenagers was 72,72 and empirical mean for female teenagers was 82,16. Empirical mean for male teenangers was lower than empirical mean for female teenagers. This indicated that Sleman Yogyakarta male teenagers was lower than Sleman Yogyakarta female teenagers in level of communication anxiety toward the opposite sex. Based in categorize as additional analysis in this research was found that dominance pesentage for male teenagers in low category was 64 % and dominance presentage for female teenagers in medium category was 66%. This indicated that generally Sleman Yogyakarta male teenagers had low in level of communication anxiety toward the opposite sex and Sleman Yogyakarta female teenagers had medium in level of communication anxiety toward the opposite sex.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini penulis hendak berterima kasih kepada segenap pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, dorongan dan bantuannya dalam bentuk waktu, pikiran, tenaga ataupun doa kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Maka sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini. 2. Ibu Sylvia CMYM, S. Psi., M. Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah membantu dan membimbing penulis selama ini, baik di dalam maupun di luar kelas. 3. Ibu ML. Anantasari, S. Psi., M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas waktu, tenaga dan sumbangan pikiran yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 4. Ibu MM. Nimas Eki Suprawati, S. Psi., M. Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih telah menjadi dosen pembimbing yang baik pada dua semester ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Bapak Y. Agung Santoso, S. Psi. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa membantu penulis selama empat tahun terakhir. 6. Dra. L. Pratidarmanastiti, MS. selaku Dosen Mata Kuliah Seminar yang telah memberikan banyak pengetahuan kepada penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian ini dengan lancar. 7. Pegawai Sekretariat Psikologi. Mas Gandung, Mbak Nanik dan Pak Gie yang dengan sabar membantu dan melayani kebutuhan administrasi perkuliahan penulis. 8. Mas Muji dan Mas Doni selaku pengurus Laboratorium dan Ruang Baca Psikologi yang dengan sabar membantu dan melayani penulis selama praktikum psikodiagnostik dan juga peminjaman koleksi buku serta literatur. 9. Kedua orangtua penulis yang telah membesarkan dan mendidik dengan sepenuh hati serta membantu dalam segala hal, baik dalam bentuk dukungan , semangat ataupun doa. Suatu penghargaan bagiku memiliki kalian. 10. Adik-adikku yang bandel. Terima kasih atas semangat, doa, bantuan dan kegembiraan yang kalian berikan di setiap hari-hariku. 11. Bude, pakde, bulik dan paklik-paklikku terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini. 12. Kakak-kakakku, Mbak Tantie, Mbak Rinie, Mbak Tutut. Terima kasih atas doa dan nasehat-nasehat yang kalian berikan. 13. Sahabatku di rumah. Siwar, Dewok dan Imung, terima kasih atas dukungan, pengertian dan doa kalian. Aku bahagia berteman dengan kalian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14. Sahabat-sahabatku di SMA. Indrek, Nitul dan Nety. terima kasih atas bantuan, doa dan dukungannya. 15. Sahabatku Dina yang mau menjadi teman ngobrolku dari bangku SMA hingga di bangku kuliah. 16. Sahabat-sahabatku di kampus. Winda, Katy, Cicil, terima kasih atas hari-hari yang begitu mengebirakan, doa dan dukungan yang kalian berikan padaku. Aku beruntung mengenal kalian. 17. Temen-temen KKN-ku, Nick, Rinda, Lenta, Anez, Domi dan Heri. Terima kasih atas doa dan bantuannya, senang pernah mengenal kalian. 18. Bappeda Kabupaten Sleman, segenap Perangkat Kelurahan Sinduadi dan segenap Perangkat Dusun terima kasih atas ijin serta bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 19. Teman-teman angkatan 2002, baik cewek ataupun cowok yang telah menjadi sahabat yang baik bagiku. Terima kasih atas saran, doa dan dukungannya. 20. Segenap subjek penelitian yang telah rela meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam mengisi angket penelitian. 21. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis, yang telah membantu, baik secara moril maupun materiil. Terima kasih penulis sampaikan kepada Anda semua. Skripsi ini telah disusun oleh penulis dengan usaha yang maksimal. Namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menerima segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan bagi semua pihak yang terkait.

Yogyakarta, 20 April 2007 Penulis

Sutri Astuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL Halaman Persetujuan ............................................................................................

i

Halaman Pengesahan ............................................................................................

ii

Halaman Motto dan Persembahan ........................................................................

iii

Pernyataan Keaslian Karya ...................................................................................

iv

Abstrak .................................................................................................................

v

Abstract .................................................................................................................

vi

Kata Pengantar ......................................................................................................

vii

Daftar Isi ...............................................................................................................

xi

Daftar Tabel ..........................................................................................................

xv

Daftar Gambar ......................................................................................................

xvi

Daftar Lampiran ...................................................................................................

xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................................

1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................

8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................

8

D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

8

1. Manfaat Teoritis ...........................................................................

8

2. Manfaat Praktis .............................................................................

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja ............................................................................................. 10 1. Definisi dan batasan Remaja ..................................................... 10 2. Ciri-ciri Masa Remaja................................................................ 11 3. Tugas Perkembangan Remaja ................................................... 14 B. Jenis Kelamin .................................................................................. 16 1. Pengertian Jenis Kelamin .......................................................... 16 2. Perbedaan Karakteristik Laki-laki dan Perempuan .................. 17 C. Budaya Jawa Terkait dengan Stereotip Perbedaan Peran Gender Laki-laki dan Perempuan .......................................... 18 D. Kecemasan Komunikasi................................................................... 19 1. Pengertian Komunikasi ............................................................. 19 2. Pengertian Kecemasan ............................................................... 20 3. Kecemasan Komunikasi ............................................................ 21 4. Ciri-ciri Kecemasan Komunikasi .............................................. 22 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Komunikasi ................................................................................ 24 E. Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis............................... 25 F. Perbedaan Tingkat Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis antara Remaja Putra dan Remaja Putri Sleman Yogyakarta ......................................................................... 27 G. Hipotesis .......................................................................................... 33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................................ 35 B. Variabel Penelitian .......................................................................... 35 1. Variabel Bebas ........................................................................... 35 2. Variabel Tergantung .................................................................. 36 C. Definisi Operasional ........................................................................ 36 1. Jenis Kelamin ............................................................................ 36 2. Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis......................... 36 D. Subjek Penelitian ............................................................................. 38 E. Prosedur Penelitian .......................................................................... 39 F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ............................................... 40 G. Validitas, Seleksi Aitem dan Reliabilitas ........................................ 42 1. Validitas ..................................................................................... 42 2. Seleksi Aitem ............................................................................. 43 3. Reliabilitas ................................................................................. 45 H. Metode Alnalisis Data ..................................................................... 46

BAB IV. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 47 B. Hasil Penelitian ................................................................................ 48 1. Deskripsi Data Penelitian .......................................................... 48 2. Uji Asumsi ................................................................................. 48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Uji Normalitas .................................................................... 48 b. Uji Homogenitas .................................................................. 49 3. Uji Perbedaan ............................................................................ 49 C. Analisis Tambahan .......................................................................... 51 D. Pembahasan ..................................................................................... 53

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 60 B. Saran ................................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 62 LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis ...........................

41

Tabel 2. Blue Print Aitem Skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis ............................................................................

41

Tabel 3. Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis ............................................................................

42

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis yang Lolos Seleksi .............................................

44

Tabel 5. Distribusi Aitem Paska Uji Coba Skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis ............................................................................

45

Tabel 6. Deskripsi Data Skor Penelitian Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis ............................................................................

48

Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji t Skor Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis ............................................................................

50

Tabel 8. Norma Kategori Skor .............................................................................

51

Tabel 9. Kategori Skor Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis ..............

52

Tabel 9. 1. Kategori Skor Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis Remaja Putra .....................................................................

53

Tabel 9. 2. Kategori Skor Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis Remaja Putri .....................................................................

53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gbr 1. Skema Perbedaan Tingkat Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis antara Remaja Putra dan Remaja Putri Sleman Yogyakarta ..........................................................................

34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN UJI COBA Uji Daya Beda Aitem dan Estimasi Reliabilitas ...................................................

64

Slkala Uji Coba Penelitian ....................................................................................

70

Tabulasi Data Hasil Uji Coba ...............................................................................

75

LAMPIRAN PENELITIAN Uji Normalitas ......................................................................................................

83

Uji Homogenitas ...................................................................................................

86

Uji perbedaan / Uji t .............................................................................................

87

Skala Penelitian ....................................................................................................

88

Tabulasi Data Penelitian .......................................................................................

92

LAMPIRAN SURAT IJIN PENELITIAN DAN SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN PENELITIAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu berkeinginan untuk menjalin hubungan dan berinteraksi dengan manusia yang lain. Proses interaksi antar manusia tersebut selalu didahului dengan kontak komunikasi. Komunikasi merupakan peristiwa sosial, yaitu peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain (Rakhmat, 2001). Komunikasi merupakan hal yang biasa dilakukan oleh manusia. Komunikasi dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, seperti komunikasi antara guru dan murid, orangtua dan anak serta komunikasi yang dilakukan remaja putra dan remaja putri pada masa pacaran, yaitu masa untuk lebih mengenal lawan jenis. Komunikasi menurut Johnson (dalam Supratiknya, 2003), dinyatakan sebagai proses penyampaian pesan baik dalam bentuk verbal ataupun nonverbal yang dikirimkan oleh seseorang kepada orang lain. Komunikasi juga merupakan hal yang akrab dalam kehidupan manusia, seperti komunikasi yang dilakukan oleh remaja putra dan remaja putri dalam pergaulan untuk lebih mengenal temantemannya, termasuk teman lawan jenisnya. Berdasarkan hal tersebut maka setiap manusia, khususnya remaja diharapkan dapat melakukan komunikasi dengan sesama dan lawan jenisnya secara baik. Namun pada kenyataannya ternyata tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

demikian, masih saja ada orang yang mengalami kegagalan dalam komunikasi dengan sesama dan tidak semua remaja dapat berkomunikasi secara baik dengan lawan jenisnya. Menurut Rakhmat (2001) kecemasan adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan kegagalan komunikasi dengan orang lain. Kecemasan dalam komunikasi menurut De Vito (1995) dinyatakan sebagai perasaan malu, perasaan takut dan keengganan untuk berkomunikasi atau terlibat dalam interaksi komunikasi. Orang yang pencemas dalam komunikasi cenderung menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin untuk tidak terlibat komunikasi dan berbicara apabila terdesak saja (Rakhmat, 2001). Kecemasan dalam berkomunikasi sering terjadi pada remaja dalam hubungannya dengan lawan jenis. Kanuyoso (1986) menyatakan bahwa tidak sedikit muda-mudi atau remaja

yang kesulitan berhadapan dengan lawan

jenisnya. Hal ini biasanya disebabkan oleh perasaan malu dan minder ketika berhadapan

dengan

lawan

jenis

yang

mengakibatkan

kesulitan

untuk

berkomunikasi, sehingga mereka hanya diam saja ketika harus berhadapan dengan lawan jenisnya. Masa remaja adalah masa yang penting dimana seorang individu mengalami berbagai perubahan baik secara biologis, psikologis ataupun sosial. Hurlock (1991) menyatakan bahwa awal masa ini berlangsung antara umur 13 tahun sampai dengan kira-kira 17 tahun dan berakhir antara umur 18 hingga kirakira 21 tahun. Pada masa ini seorang individu mulai mengemban tugas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perkembangan

yang

berhubungan

dengan

lawan

jenis.

Mereka

harus

menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada. Mereka yang sebelumnya lebih berminat untuk bermain dengan sesama jenis, pada masa remaja ini minat tersebut mulai beralih kepada ketertarikan untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Keadaan atau perasaan tersebut adalah hal yang baru yang memerlukan penyesuaian, sehingga terkadang dapat menimbulkan ketegangan emosi atau kecemasan. Kecemasan komunikasi yang dialami remaja dalam hubungannya dengan lawan jenis dapat mengganggu terpenuhinya tugas perkembangan remaja, yaitu menjalin hubungan yang baru dengan lawan jenisnya. Kegagalan penguasaan tugas perkembangan akan menimbulkan konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi seorang individu. Salah satunya adalah pertimbangan sosial yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dihindari sebagai seorang individu yang dianggap belum matang. Hal ini akan mengakibatkan penilaian diri yang kurang menyenangkan dan dapat mengakibatkan konsep diri yang negatif (Hurlock, 1991). Kecemasan komunikasi tersebut menurut Burgoon dan Ruffner (1978) memiliki beberapa ciri, meliputi unwillingness yaitu keengganan individu untuk terlibat komunikasi akibat adanya rasa cemas. Remaja cenderung merasa enggan untuk terlibat komunikasi dengan lawan jenisnya karena telah dikuasai oleh perasaan cemas yang ada dalam dirinya. Avoiding yang merupakan komponen kedua, yaitu individu cendrung menghindar untuk terlibat komunikasi akibat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

adanya rasa cemas. Remaja memiliki minat untuk berkomunikasi, tetapi mereka dikuasai oleh perasaan cemas, sehingga cenderung menghindari situasi komunikasi dengan lawan jenis. Komponen yang terakhir adalah uncontrol, yaitu kurangnya kontrol terhadap situasi komunikasi yang diakibatkan adanya rasa cemas. Remaja kurang dapat mengontrol situasi komunikasi dengan lawan jenis akibat adanya rasa cemas. Kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis tidak timbul begitu saja Kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh stereotip masyarakat tempat individu hidup dan dibesarkan. Anthony (dalam Hurlock, 1991), menegaskan bahwa stereotip berfungsi sebagai cerminan yang ditegakkan masyarakat bagi remaja, yang menggambarkan citra diri remaja sendiri yang lambat laun akan dianggap sebagai gambaran yang asli atau konsep diri dari remaja sendiri dan remaja membentuk perilakunya melalui gambaran ini. Menurut Maxwell Maltz (dalam Rakhmat, 2001), konsep diri yang positif

dapat

meningkatkan

rasa

percaya

diri.

Rakhmat

(2001)

juga

mengemukakan bahwa percaya diri adalah faktor yang paling menentukan adanya kecemasan komunikasi. Orang yang kurang percaya diri cenderung menghindari situasi komuniksi, lebih banyak diam dan dalam diskusi cendrung berbicara terpatah-patah. Masyarakat sebagai lingkungan sosial telah memberikan stereotip atau penilaian yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan semenjak lahir. Lakilaki lebih diharapkan untuk bersifat maskulin dan perempuan lebih diharapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk bersifat feminin (Uyun, 2002). Penelitian mengenai stereotip atau penilaian perbedaan peran gender (gender rules) laki-laki dan perempuan telah banyak dilakukan dan dapat disimpulkan bahwa stereotip atau penilaian perbedaan peran gender tersebut ada pada semua budaya, termasuk budaya Jawa (Uyun, 2002). Budaya Jawa hidup dan berkembang pada masyarakat Jawa atau suku bangsa Jawa. Magnis-Suseno (2001) menyatakan bahwa masyarakat atau suku bangsa Jawa adalah mereka yang tinggal di bagian tengah dan timur pulau Jawa dan menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu. Budaya Jawa sendiri dipelajari melalui pendidikan dalam keluarga sejak seorang individu masih kecil dan ditekankan oleh masyarakat kepada individu sebagai anggota dari masyarakat. Pendidikan dalam keluarga dimaksudkan untuk menghasilkan individu yang sosial dan patuh terhadap otoritas norma dan penilaian masyarakatnya (Mulder, 1986). Penelitian mengenai budaya Jawa terkadang dikaitkan dengan kota Yogyakarta dan ada beberapa peneliti yang memilih kota tersebut sebagai lokasi penelitian. Hal ini dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan Mulder (1986) dan penelitian yang dilakukan oleh Nurmawati (2004) yang menggunakan kota Yogyakarta sebagai lokasi penelitian. Namun dalam penelitian ini peneliti ingin menggunakan Sleman sebagai lokasi penelitian mengingat Sleman merupakan salah satu daerah yang masih menjunjung budaya Jawa. Sebagian besar masyarakat Sleman juga mengakui pentingnya nilai-nilai dan norma budaya Jawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebagai pedoman dan tuntunan berperilaku dalam masyarakat (Ariani, dkk., 2002). Masyarakat Kabupaten Sleman yang masih menjunjung budaya Jawa memberikan stereotip atau penilaian bagi laki-laki pada umumnya sebagai seorang yang superior, yaitu aktif, pemberani, mau berusaha, agresif dan realistik. Stereotip atau penilaian superioritas tersebut membuat mereka juga mendapatkan aturan dalam pergaulan dari masyarakat, namun tidak begitu ketat seperti halnya kaum perempuan (Uyun, 2002). Stereotip atau penilaian superioritas

dan

larangan yang tidak begitu ketat dalam hal pergaulan tersebut justru menjadi suatu hal yang akan mendukung bagi tumbuhnya konsep diri yang positif dan rasa percaya diri remaja putra ketika harus berkomunikasi dengan orang lain, yang membuat mereka menjadi seorang yang aktif, pemberani, mau berusaha dan agresif dalam situasi komunikasi dengan orang lain, termasuk dengan lawan jenisnya. Berbeda dengan kaum perempuan yang pada umumnya dipandang sebagai seorang yang inferior, yaitu penakut, pencemas, tergantung dan pemalu. Stereotip inferioritas tersebut membuat mereka mendapatkan aturan dalam pergaulan yang lebih ketat dari masyarakat. Mereka selalu mengingatkan bahwa seorang remaja putri harus menjaga kehormatan dan tidak boleh keluar malam sendirian (Uyun, 2002). Aturan dalam pergaulan yang lebih ketat dan stereotip atau penilaian inferioritas masyarakat tersebut menjadi suatu hal yang kurang mendukung bagi tumbuhnya konsep diri yang positif dan rasa percaya diri remaja putri ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

harus berkomunikasi dengan orang lain, yang membuat mereka menjadi seorang yang penakut, pencemas, tergantung dan pemalu dalam situasi komunikasi dengan orang lain, termasuk dengan lawan jenisnya. Peran kaum perempuan dalam budaya Jawa memang cenderung ditekan dengan stereotip atau penilaian inferioritas dan ruang gerak dalam kehidupan serta pergaulannya cenderung dibatasi. Namun, seiring dengan perkembangan zaman kearah modernisasi, tampak peran kaum perempuan cukup besar dalam berbagai aspek kehidupan. Ruang gerak kaum perempuan sudah semakin luas dan mereka juga mulai mendapat kesempatan untuk bekerja di luar rumah serta memperoleh

pendidikan

seperti

halnya

kaum

laki-laki.

Uyun

(2002),

mengemukakan bahwa ada perempuan yang bekerja di pabrik, di kantor, di toko ataupun bekerja sebagai tenaga kerja di negara lain. Bahkan, menurut Nurmawati (2004), dalam kegiatan yang melibatkan kedua jenis kelamin, kaum perempuan mulai diberi kesempatan menduduki posisi-posisi penting yang biasanya diberikan kepada kaum laki-laki. Peran kaum perempuan dalam kehidupan yang semakin besar tersebut, tentu saja menunjukkan bahwa kemampuan kaum perempuan sebenarnya belum tentu kalah bila dibandingkan dengan kemampuan kaum laki-laki, salah satunya adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, termasuk berkomunikasi dengan lawan jenis dalam aktivitas kehidupannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan telaah di atas maka peneliti disini ingin melihat apakah ada perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Apabila penelitian ini terbukti ada perbedaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan bukti empiris dan menambah informasi di bidang psikologi,

khususnya

bagi

psikologi

komunikasi

dan

psikologi

perkembangan mengenai perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan inspirasi bagi peneliti selanjutnya untuk melaksanakan penelitian yang akan datang.

2. Manfaat praktis a. Bagi remaja Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai wacana reflektif dan dasar pengembangan keterampilan sosial dalam diri remaja, terutama keterampilan komunikasi remaja dalam pergaulan dengan lawan jenis, sehingga remaja dapat lebih mempersiapkan diri untuk mengantisipasi terjadinya kecemasan komunikasi dalam pergaulan mereka dengan teman lawan jenis. b. Bagi masyarakat dan keluarga Apabila penelitian ini terbukti ada perbedaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi keluarga dan masyarakat untuk

lebih

mengembangkan

dan

menanamkan

nilai-nilai

yang

mendukung keterampilan sosial remaja putra dan remaja putri, terutama keterampilan komunikasi dalam pergaulan dengan lawan jenis bagi kelompok remaja yang memiliki tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis yang lebih tinggi dan tetap menanamkan nilai-nilai yang mendukung keterampilan komunikasi dalam pergaulan dengan lawan jenis bagi kelompok remaja yang memiliki tingkat kecemasan komunikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terhadap lawan jenis yang lebih rendah, sehingga perbedaan kecemasan komunikasi yang terjadi pada remaja putra dan remaja putri dalam pergaulan dengan lawan jenisnya dapat diantisipasi secara tepat dan efektif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja 1. Definisi dan Batasan Remaja Istilah remaja sering dikenal dengan istilah adolescence yang berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence memiliki artian yang luas, meliputi kematangan mental, emosional, sosial dan fisik yang berawal pada usia 13 tahun hingga kurang lebih 17 tahun dan berakhir antara usia 18 tahun hingga kurang lebih 21 tahun (Hurlock, 1991). Piaget (dalam Hurlock, 1991) menyatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah masa dimana seorang individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dimana mereka sudah tidak merasakan adanya perbedaan tingkat usia, baik merasa lebih tua ataupun merasa lebih muda. Neidhart

(dalam

Gunarsa,

1981)

berpendapat

bahwa

remaja

merupakan masa peralihan dan ketergantungan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimana ia sudah harus berdiri sendiri. Erikson (dalam Gunarsa, 1981) juga menyatakan definisi mengenai remaja yang dihubungkan dengan perkembangan

psikis

yang

berlangsung

pada

masa

tersebut.

Ia

mengemukakan bahwa remaja merupakan suatu masa dimana terbentuk perasaan baru mengenai identitas. Identitas mencakup cara hidup pribadi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dialami sendiri dan sulit dikenal oleh orang lain, serta tetap ada walaupun telah mengalami berbagai perubahan. Pandangan dari segi seksualitas juga dikemukakan oleh Anna Freud (dalam Gunarsa, 1981), menurutnya remaja merupakan suatu masa yang meliputi proses perkembangan dimana terjadi perubahan-perubahan dalam hal motivasi seksual, organisasi ego, hubungan dengan orangtua dan orang lain serta cita-cita yang dimiliki. Spranger (dalam Gunarsa, 1981) juga berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa dimana seorang individu sangat membutuhkan pengertian dan hanya dengan pengertian yang mendalam para remaja dapat dibantu. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, maka dapat dikatakan bahwa remaja adalah individu yang berada pada masa

peralihan dan

perubahan berbagai aspek diri, baik fisik, seksual, emosional ataupun psikis kearah tingkatan yang lebih matang.

2. Ciri-ciri Masa Remaja Masa remaja adalah masa yang paling menonjol dalam kehidupan setiap individu. Pada masa ini setiap individu akan mengalami suatau situasi yang khas yang mungkin tidak dialami pada masa kanak-kanak ataupun masa dewasa. Ciri-ciri yang merupakan kekhasan masa remaja lebih baik diketahui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

agar dapat diarahkan dengan baik. Zulkifli (1995) mengemukakan beberapa ciri masa remaja, yaitu: a. Perubahan fisik Fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan perubahan yang terjadi pada masa kanak-kanak dan masa dewasa. Untuk mengimbangi perubahan yang cepat itu maka remaja memerlukan makan dan tidur yang lebih banyak. b. Perkembangan seksual Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah. Tanda-tanda kematangan seksual mulai muncul baik pada remaja putra ataupun remaja putri. Pada remaja putra alat reproduksi sperma mulai diprodukasi, leher menonjol karena tumbuhnya buah jakun yang membuat suara menjadi pecah dan tumbuh bulu-bulu (rambut) di sekitar alat kemaluannya. Sedangkan pada remaja putri, karena produksi hormon dalam tubuhnya mulai timbul jerawat, buah dada mulai tumbuh, pinggul melebar dan mengalami menstruasi. c. Cara berpikir kausalitas Remaja akan berpikir kritis sehingga mereka akan melawan bila guru dan orangtua tidak memahami cara berpikir remaja dan akibatnya akan muncul masalah kenakalan remaja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

d. Emosi yang meluap-luap Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka dari pikiran yang realistis. e. Mulai tertarik pada lawan jenis Secara biologis manusia dibagi menjadi laki-laki dan perempuan. Dalam kehidupan sosial remaja mulai tertarik pada lawan jenis dan mulai berpacaran. Jika dalam hal ini orangtua kurang mengerti dan melarang, maka akan menimbulkan masalah dan remaja akan bersikap tertutup terhadap orangtuanya. f. Menarik perhatian lingkungan Remaja mulai menarik perhatian dari lingkungannya, mereka berusaha mendapatkan status dan peran. Bila tidak diberi peranan, ia akan menarik perhatian masyarakat dengan malakukan perkelahian atau kenakalan lainnya. g. Terikat dengan kelompok Remaja dalam kehidupan sosial sangat terikat dengan kelompok sebayanya, sehingga tidak jarang orangtua atau keluarga dinomorduakan dan kelompok dinomorsatukan. Orangtua biasanya akan marah dan karena remaja di rumah kurang dimengerti oleh orangtuanya, maka mereka bergabung dengan kelompok sebaya yang mau mengerti dirinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hurlock (1991) mengemukakan beberapa ciri masa remaja meliputi perubahan fisik, keraguan akan peran dan status, nilai kausalitas, penyesuaian terhadap standar kelompok, terlibat dalam perbuatan seks dan meningginya emosi. Gunarsa (1981), juga mengemukakan beberapa ciri remaja meliputi kegelisahan akan keinginan yang tak tersalurkan, kebingungan akan status, keinginan akan hal yang berhubungan dengan fungsi ketubuhan (seks, obatobatan dan merokok) dan terlibat aktivitas kelompok. Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perubahan fisik, perkembangan seksual, cara berpikir kausalitas, emosi yang meluap-luap, mulai tertarik pada lawan jenis atau minat akan seks, menarik perhatian lingkungan, keraguan akan peran dan status, serta terikat dengan kelompok merupakan ciri-ciri yang menjadi kekhasan masa remaja.

3. Tugas Perkembangan Remaja Remaja harus belajar untuk dapat mengembangkan diri. Pada masa remaja seorang individu akan melewati masa belajar yang cukup luas meliputi berbagai bidang yang akan menunjang perkembangan kepribadiannya di dalam kehidupan. Dalam rangka belajar untuk mengembangkan diri, seorang remaja harus memenuhi beberapa tugas perkembangan. Beberapa tugas perkembangan tersebut dikemukakan oleh Havighurst (dalam Gunarsa, 1981) adalah sebagai berikaut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Mencapai hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan teman sebaya baik pria atau wanita. b. Mencapai peran sosial pria atau wanita. c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. d. Memperoleh kebebasan emosionil dari orangtua dan orang dewasa lain. e. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya. f. Mempersiapkan karir ekonomi atau lapangan pekerjaan. g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. h. Memperoleh perangkat nilai dan falsafah hidup. Remaja

harus

berusaha

untuk

memenuhi

tugas-tugas

perkembangannya tersebut supaya dapat lebih diterima oleh lingkungan sosialnya. Pendapat serupa mengenai tugas perkembangan remaja juga dikemukakan oleh Zulkifli (1995), meliputi menarik perhatian teman sebaya dari kedua jenis kelamin, mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita, menerima keadaan fisik sendiri, mempersiapkan lapangan kerja dan mempersiapkan diri untuk hidup berkeluarga. Hurlock (1991) juga mengemukakan beberapa tugas perkembangan remaja, meliputi menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat, mencapai

kemandirian

emosional,

mencapai

kecakapan

sosial

dan

mengembangkan nilai yang selaras dengan orang dewasa. Berdasarkan paparan di atas maka dapat dikatakan bahwa mencapai hubungan antar pribadi dengan teman sebaya pria atau wanita, mencapai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

peran sosial pria atau wanita, menerima keadaan fisik, memperoleh kebebasan emosional, mencapai kemandirian emosional, mempersiapkan karir dan lapangan kerja, mempersiapkan perkawinan, serta memperoleh perangkat nilai dan falsafah hidup merupakan tugas perkembangan remaja yang harus dipelajari oleh remaja dan diteruskan ke masa berikutnya.

B. Jenis Kelamin 1. Pengertian Jenis Kelamin Individu ditinjau dari jenis kelamin, terdiri dari individu berjenis kelamin laki-laki dan individu berjenis kelamin perempuan atau dengan istilah lain disebut sebagai pria dan wanita atau putra dan putri. Pengertian jenis kelamin menurut Gilarso (2003) dinyatakan sebagai keseluruhan ciri-ciri baik biologis ataupun psikologis yang membedakan manusia sebagai pria dan wanita. Mahmud (dalam Nurmawati, 2004), memberikan pengertian mengenai jenis kelamin sebagai suatu komponen yang kritis dalam identitas seseorang dan membedakan manusia dalam dua kelompok, yaitu laki-laki dan perempuan. Menurut kamus psikologi (dalam Chaplin, 2002), jenis kelamin diartikan sebagai perbedaan yang khas antara perempuan dan laki-laki atau antara organisme yang memproduksi sel telur dan sel sperma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan paparan di atas maka dapat dikatakan bahwa jenis kelamin adalah keseluruhan ciri atau karakteristik baik secara biologis ataupun psikologis yang membedakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan.

2. Perbedaan Karakteristik Laki-laki dan perempuan Gilarso (2003) menyatakan bahwa secara biologis laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik yang berbeda. Laki-laki memiliki kaki dan tangan yang kuat, suara besar dan dada yang lapang. Sedangkan perempuan memiliki tangan dan kaki yang runcing dan lembut, suara kecil merdu dan dada yang agak menonjol. Secara psikologis atau kejiwaan mernurut Gilarso (2003), laki-laki dan perempuan juga memiliki karakteristik yang berbeda. Laki-laki cenderung lebih terbuka dalam memandang, aktif dan lebih rasional. Sedangkan perempuan cenderung tertutup dan dipengaruhi oleh perasaan. Sifat keterbukaan yang dimiliki oleh laki-laki akan membuatnya lebih mudah dalam

menumbuhkan

hubungan

interpersonal

dengan

orang

lain

dibandingkan dengan sifat tertutup yang dimiliki oleh perempuan, sehingga laki-laki lebih mudah untuk menjalin komunikasi dengan orang lain, karena keterbukaan adalah salah satu faktor yang amat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi yang efektif (Rakhmat, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat dikatakan bahwa baik secara biologis ataupun psikologis, laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik yang berbeda, dimana laki-laki memiliki karakteristik yang sifatnya lebih superior atau kuat dan perempuan memiliki karakteristik yang sifatnya lebih inferior atau lemah.

C. Budaya Jawa Terkait dengan Stereotip Perbedaan Peran Gender Laki-laki dan Perempuan Budaya Jawa menurut Magnis-Suseno (2001) adalah budaya yang hidup dan berkembang dalam masyarakat atau suku bangsa Jawa. Budaya Jawa dipelajari melalui pendidikan dalam keluarga sejak individu masih kecil dan ditekankan oleh masyarakat kepada individu sebagi anggota masyarakat (Mulder, 1986). Masyarakat atau suku bangsa Jawa sendiri menurut Magnis-Suseno (2001) adalah mereka yang tinggal di tengah atau timur pulau Jawa, serta menggunakan bahasa Jawa sebagi bahasa ibu. Masyarakat dalam budaya Jawa mengatur secara otoriter keseluruhan hidup pesertanya. Orang sebagai individu dianggap tidak penting dan bersama-sama mereka mewujudkan masyarakat. Keselarasan masyarakat dianggap menjamin kehidupan yang baik bagi individu sebagai anggota masyarakat (Mulder, 1986). Penilaian atau stereotip perbedaan peran gender laki-laki dan perempuan dalam budaya Jawa sudah diperkenalkan sejak individu masih kecil. Sosialisasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

nilai terkait stereotip perbedaan gender ini tidak hanya dilakukan oleh orangtua, tetapi juga dilakukan oleh masyarakat secara jelas sejalan dengan pertumbuhan mereka. Dalam budaya Jawa laki-laki dipandang sebagai kaum yang superior, yaitu dipandang sebagai individu yang aktif, mau berusaha, pemberani, agresif dan realistik. Sedangkan perempuan dipandang sebagai kaum yang inferior, yaitu dipandang sebagai individu yang penakut, pencemas, tergantung dan pemalu (Uyun, 2002). Individu menginjak remaja dalam budaya Jawa terkait dengan perbedaan stereotip atau penilaian terhadap laki-laki dan perempuan juga ditekan oleh perbedaan peraturan dalam pergaulan. Aturan-aturan tersebut lebih banyak ditujukan pada remaja putri. Uyun (2002) mengemukakan bahwa masyarakat atau orangtua dalam budaya Jawa memberikan larangan yang lebih banyak bagi remaja putri. Seorang pemuda dan pemudi dalam budaya Jawa tidak boleh memperlihatkan diri bersama sendirian dan kontak yang mungkin terjadi antara mereka hanya sebentar (Magnis-Suseno, 2001). Berdasarkan paparan di atas maka dapat dikatakan bahwa stereotip perbeaan peran gender laki-laki dan perempuan dalam budaya Jawa ditanamkan oleh masyarakat secara otoriter dan ditenamkan sejak kecil oleh keluarga kepada setiap anggota mesyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Kecemasan Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu kata commutio atau common. Ketika mengadakan komunikasi, berarti mencoba memberikan informasi agar si penerima atau si pengirim sepaham atas pesan tertentu (Schramm dalam Siahaan, 2000). Effendi (dalam Siahaan, 2000) juga menyatakan bahwa komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan. Johnson (dalam Supratiknya, 2003) mendefinisikan komunikasi secara luas sebagai setiap bentuk tingkah laku seseorang, baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi secara sempit oleh Johnson ( dalam Supratiknya, 2003), diartikan sebagai pesan yang dikirimkan oleh seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima. Berdasarkan beberapa pendapat tentang komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi yang berupa tingkah laku verbal ataupun nonverbal yang didalamnya terkandung pikiran dan perasaan dari orang sebagai pengirim pesan (komunikator) yang ingin disampaikan kepada orang sebagai penerima pesan (komunikan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Pengertian Kecemasan Setiap orang pasti pernah merasa cemas karena dihadapkan pada suatu peristiwa atau pengalaman yang tidak enak, menegangkan dan menekan dalam kehidupan. Kartono (dalam Ikawati dan Astuti, 2004) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas. Sulaeman (dalam Ikawati dan Astuti, 2004), juga menambahkan bahwa kecemasan adalah ketidaktenteraman yang kabur, suatu perasaan gugup atau perasaan-perasaan lain yang tidak menyenangkan seperti takut, gelisah dan tertekan. Lazarus (1969) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu keadaan atau kondisi yang kurang menyenangkan. Seseorang akan merasa ragu-ragu, waswas, curiga dan tidak tenang dalam keadaan cemas, sehingga sulit untuk melakukan aktivitas dengan baik serta sulit untuk mencapai keberhasilan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu pengalaman emosional yang kurang menyenangkan yang muncul karena situasi yang menegangkan dan menekan, yang ditandai dengan perasaan ragu-ragu, was-was, curiga dan tidak tenang.

3. Kecemasan Komunikasi Kecemasan komunikasi dengan orang lain merupakan suatu gejala yang mempunyai beberapa istilah. Pada awalnya label kecemasan komunikasi dikenal dengan istilah stage fright, yang ditekankan pada kecemasan atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ketakutan untuk berkomunikasi di depan umum. Kemudian istilah tersebut berkembang menjadi communication apprehension, yang merupakan label kecemasan komunikasi dengan arti yang lebih luas dan meliputi berbagai situasi dan konteks komunikasi (Mc Croskey, 1982). Mc Croskey (1982) mendefinisikan communication apprehension sebagai suatu kecemasan yang dihubungkan dengan tingkah laku yang banyak dialami oleh individu. Individu yang mempunyai kecemasan untuk berpartisipasi dalam komunikasi yang tinggi, tidak dapat mengantisipasi perasaan negatifnya dan sedapat mungkin menghindari komunikasi. De Vito (1995) mendefinisikan communication apprehension sebagai perasaan malu, perasaan takut dan keengganan untuk berkomunikasi atau terlibat dalam interaksi komunikasi. Burgoon dan Ruffner (1978) menyebutkan kecemasan komunikasi sebagai communication anxiety yang didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang merasa cemas dalam menghadapi situasi komunikasi. Beatty dan Beatty (1976) juga menyebutkan kecemasan komunikasi sebagai communication anxiety yang didefinisikan sebagai reaksi negatif terhadap tugas untuk melakukan interaksi komunikasi dengan orang lain atau orang-orang, dimana muncul kecenderungan penghindaran yang kuat. Orang dengan kecemasan komunikasi yang tinggi akan memilih untuk menghindari komunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan komunikasi adalah kecemasan yang dialami individu dalam situasi komunikasi dengan orang lain. Kecemasan komunikasi ini merupakan reaksi negatif terhadap interaksi komunikasi dengan orang lain, yang ditandai dengan perasaan malu, perasaan takut dan keengganan untuk berkomunikasi ketika dihadapkan pada situasi komunikasi dengan orang lain.

4. Ciri-ciri Kecemasan Komunikasi Burgoon dan Ruffner (1978) mengemukakan tentang ciri-ciri kecemasan komunikasi, yaitu: a. Keengganan

atau

ketidaksediaan

(Unwillingness),

yaitu

individu

cenderung enggan dan tidak bersedia dalam komunikasi. Individu enggan berkomunikasi yang disebabkan adanya rasa cemas dan

adanya sifat

introvert, sehingga mengakibatkan rendahnya frekuensi partisipasi dalam situasi komunikasi. b. Penghindaran (Avoiding), yaitu individu cendrung menghindar terlibat dalam komunikasi. Hal ini dapat disebabkan adanya kecemasan atau kurangnya informasi mengenai situasi komunikasi yang dihadapi yang dapat mempengaruhi intimasi dan empati terhadap orang lain. c. Uncontrol, kurangnya kontrol dalam situasi komunikasi yang diakibatkan oleh kecemasan. Hal ini dapat dikarenakan kurangnya penyesuaikan diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terhadap perbedaan individu, reaksi lawan bicara dan faktor lingkungan lainnya. Orang yang mengalami kecemasan komunikasi memiliki ciri-ciri antara lain merasa terganggu dalam interaksi sosial, cenderung menghindar dari pergaulan, kurang berpartisipasi dalam kelompok, kurang dapat mengekspresikan diri, merasa tertekan, takut bercakap-cakap dan kurang dapat mengontrol diri dalam interaksi (De Vito, 1995). Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keenganan untuk berkomunikasi, penghindaran terhadap komunikasi dan kurangnya kontrol dalam situasi komunikasi merupakan ciri-ciri yang muncul ketika seseorang mengalami kecemasan komunikasi.

5. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Komunikasi Kecemasan komunikasi menurut Mc Croskey (dalam De Vito, 1995) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Lack of Communication Skills and Experience (kurangnya keterampilan dan pengalaman komunikasi) Kurangnya keterampilan dan pengalaman dalam komunikasi dapat membuat seseorang mengalami kecemasan komunikasi. b. Degree of Evaluation (derajat penilaian) Penilaian dari lingkungan yang menekan akan mengakibatkan munculnya kecemasan komunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Subordinate Status (status yang lebih rendah) Status orang lain yang dianggap lebih baik sebagai komunikator juga dapat menyebabkan kecemasan komunikasi. Berpikir positif terhadap diri sendiri dan penguatan terhadap keterampilan sendiri dapat menolong seseorang untuk berpikir secara lebih seimbang. d. Degree of Conspicuousness (derajat kemencolokkan) Situasi yang membuat seseorang mencolok atau menyorot dapat menyebabkan kecemasan komunikasi. Orang menjadi lebih cemas ketika berbicara di hadapan banyak orang dibandingkan ketika berhadapan dengan kelompok kecil. e. Degree of Unpredictability (derajat ketakterprediksian) Situasi yang tidak bisa diprediksi, seperti situasi yang kabur dan situasi yang baru dapat memunculkan kecemasan komunikasi. f. Degree of Dissimilarity (derajat ketidaksamaan) Merasa tidak sama dengan lawan komunikasi dapat memunculkan perasaan cemas. Perbedaan yang dirasakan terhadap lawan komunikasi merupakan suatu pengalaman yang menakutkan dalam komunikasi. g. Prior Successes and Failures (prioritas terhadap kesuksesan dan kegagalan) Pengalaman dalam situasi yang sama berpengaruh besar terhadap cara merespon. Pengalaman yang lebih berprioritas terhadap kesuksesan pada umumnya akan menurunkan kecemasan komunikasi dan pengalaman yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berprioritas

terhadap

kegagalan

akan

meningkatkan

kecemasan

komunikasi. Berdasarkan paparan di atas, maka dapat dilihat bahwa keterampilan dan pengalaman komunikasi, penilaian lingkungan, anggapan bahwa orang lain lebih baik dalam komunikasi, anggapan bahwa orang lain tidak sama dalam komunikasi, situasi yang mencolok atau menyorot, situasi yang baru dan kegagalan atau keberhasilan pengalaman komunikasi merupakan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi timbulnya kecemasan komunikasi terhadap orang lain.

E. Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis Remaja dalam kehidupan sosialnya, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya dan mulai berpacaran. Dalam kelompok jenis kelamin lain mereka belajar untuk menguasai keterampilan sosial, misalnya kemahiran berbicara atau berkomunikasi, mengorganisasi kegiatan sosial dan sebagainya. Keberhasilan individu melaksanakan tugas perkembangan ini akan membawa penyesuaian sosial yang lebih baik sepanjang hidupnya (Zulkifli, 1995). Banyak remaja yang ingin memiliki teman. Mereka mau berkorban, hormat terhadap orang lain dan sebagainya. Tetapi sayang mereka tidak tahu bagaimana caranya berkomunikasi dengan orang lain (Kelly, 2004). Komunikasi dengan orang lain menurut Rakhmat (2001) dapat mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut salah satunya disebabkan oleh faktor kecemasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kecemasan untuk berkomunikasi sering terjadi pada remaja dalam hubungannya dengan lawan jenis. Kanuyoso (1986) menyatakan bahwa tidak sedikit mudamudi atau remaja yang mengalami kecemasan ketika berhadapan dengan lawan jenisnya. Remaja mulai memiliki hasrat untuk mengenal lawan jenisnya, namun tidak tahu harus menentukan sikap yang tepat ketika berhadapan dengan lawan jenis, sehingga terkadang seorang remaja putri hanya menjawab satu dua kata saja ketika diajak ngobrol oleh teman laki-lakinya dan remaja putra terkadang sama sekali tidak bisa bicara ketika diajak ngobrol oleh teman perempuannya. Kecemasan komunikasi tersebut menurut kesimpulan dari beberapa pendapat ahli yang telah dibahas sebelumnya dinyatakan sebagai reaksi negarif terhadap interaksi komunikasi dengan orang lain, yang ditandai dengan perasaan malu, perasaan takut dan keengganan untuk berkomunikasi ketika dihadapkan pada situasi komunikasi dengan orang lain. Orang yang pencemas dalam komunikasi cendrung menarik diri dalam pergaulan, berusaha untuk sekecil mungkin untuk terlibat komunikasi dan berbicara apabila terdesak saja. Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis adalah kecemasan yang sering dialami remaja ketika dihadapkan pada situasi komunikasi dengan lawan jenisnya. Hal tersebut merupakan reaksi negatif terhadap interaksi komunikasi dengan orang lain sebagai lawan jenisnya, yang ditandai dengan perasaan malu, perasaan takut dan keengganan untuk berkomunikasi, ketika dihadapkan pada situasi komunikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan lawan jenis, yang dapat mengakibatkan terganggunya hubungan interpersonal atau penyesuaian individu terhadap lawan jenisnya.

F. Perbedaan Tingkat Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis antara Remaja Putra dan Remaja Putri Slaman Yogyakarta Ariani, dkk. (2002) menyatakan dalam penelitiannya bahwa sebagian besar masyarakat Sleman mengakui pentingnya tata karma dan norma budaya Jawa sebagai pedoman dan tuntunan berperilaku dalam masyarakat. Hal tersebut menunjukkan

bahwa

masyarakat

Sleman

masih

menjunjung

nilai-nilai

kebudayaan Jawa. Perilaku sosial dalam budaya Jawa ditentukan oleh prinsip kerukunan dan hormat. Individu selalu berada di bawah tekanan masyarakat untuk bertindak sesuai dengan prinsip tersebut (Magnis-Suseno, 2001). Tekanan dari masyarakat ini didukung pula oleh rasa sungkan dan isin yang telah ditanamkan di dalam keluarga semenjak individu masih kecil. Jadi dalam masyarakat berbudaya Jawa individu selalu berada dalam tekanan otoritas aturan-aturan yang ditanamkan oleh masyarakat dan keluarganya. Seorang anak laki-laki dan perempuan pada masyarakat Jawa sudah memiliki nilai yang berbeda semenjak kecil. Seorang anak laki-laki cendrung memiliki arti yang berhubungan dengan martabat, perlindungan dan tumpuan harapan keluarga dimasa depan, sehingga anak laki-laki mempunyai tanggung jawab yang lebih besar. Lain halnya dengan anak perempuan, mereka mempunyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

arti yang berhubungan dengan kepraktisan, kehadirannya bermanfaat untuk memperlancar kegiatan beres-beres urusan rumah tangga dan anak laki-laki dianggap tabu melakukan tugas-tugas tersebut. Masyarakat juga percaya bahwa anak perempuan dan laki-laki mempunyai pembawaan sifat yang berbeda, anak laki-laki sulit diatur, dan anak perempuan lebih mudah diatur serta memahami keinginan orangtua (Uyun, 2001). Perbedaan nilai tersebut menimbulkan penilaian atau stereotip masyarakat yang berbeda dalam memandang laki-laki dan perempuan. Menurut Uyun (2002), seorang laki-laki dalam budaya Jawa dipandang sebagai seorang yang superior, yaitu sebagai seorang yang aktif, agresif, mau berusaha dan realistik. Sedangkan seorang perempuan lebih dipandang sebagai seorang yang inferior, yaitu sebagai seorang yang penakut, pemalu, pencemas dan cenderung tergantung. Stereotip atau penilaian masyarakat yang memandang laki-laki sebagai kaum yang superior lambat laun akan membentuk perilaku remaja putra menjadi seperti yang mereka harapkan. Hal tersebut juga terjadi pada remaja putri. Stereotip atau penilaian inferioritas yang diberikan masyarakat lambat laun juga akan mereka tanamkan dalam diri mereka, sehingga mereka dapat memenuhi harapan masyarakat. Hal ini terjadi karena masyarakat dalam budaya Jawa merupakan sumber norma satu-satunya yang secara otoriter mengatur masyarakat yang ada di dalamnya (Mulder, 1986). Seorang remaja dalam budaya Jawa selain harus patuh terhadap nilai-nilai terkait dengan stereotip perbedaan peran gender laki-laki dan perempuan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ditegakkan oleh masyarakat, mereka pada umumnya juga memiliki tugas perkembangan yang harus dilakukan, yaitu menjalin hubungan yang baru dengan lawan jenis. Penyesuaian diri remaja dengan lawan jenis pada hubungan yang belum pernah ada sebelumnya tentunya tidak mudah, sehingga terkadang dapat menimbulkan ketegangan emosi atau kecemasan dan mengakibatkan kegagalan dalam penyesuaian dengan lawan jenis. Tugas perkembangan yang tidak berhasil atau yang gagal dilaksanakan oleh remaja akan menimbulkan pertimbangan sosial yang tidak menyenangkan dari masyarakat (Hurlock, 1991). Bagi remaja dalam budaya Jawa untuk mewujudkan kedua hal tersebut, yaitu harapan masyarakat terkait dengan sterotip atau penilaian laki-laki dan perempuan, serta pemenuhan tugas perkembangan mereka untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis merupakan suatu hal yang tidak mudah, khususnya bagi remaja putri. Otoritas masyarakat dalam budaya Jawa tercermin pada perbedaan penilaian atau strereotip peran gender dalam memandang laki-laki dan perempuan yang menimbulkan perbedaan aturan dalam hal pergaulan bagi laki-laki dan perempuan. Seorang remaja putra dalam budaya Jawa menurut Uyun (2002), dipandang sebagai seorang yang superior, yaitu sebagai seorang yang aktif, agresif mau berusaha dan realistik. Hal tersebut membuat mereka mendapatkan larangan dari masyarakat yang tidak begitu ketat dan cenderung lebih bebas, serta memiliki ruang gerak yang luas dalam pergaulan dengan teman-temannya, termasuk teman lawan jenisnya. Lain halnya dengan remaja putri, menurut Uyun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2002), mereka dipandang oleh masyarakat sebagai seorang yang infereior, yaitu sebagai seorang yang pemalu, pencemas, penakut dan cenderung tergantung. Hal tersebut membuat mereka memiliki larangan yang lebih banyak dalam bergaul daripada remaja putra dan memiliki ruang gerak yang terbatas, serta cenderung ditempatkan pada sektor domestik, yaitu sektor rumah tangga, yang membuat mereka kurang memiliki kesempatan untuk melihat dunia luar dan bergaul dengan teman-temannya, termasuk teman lawan jenisnya. Penilaian atau stereotip dari masyarakat tersebut menurut Hurlock (1991), dinyatakan dapat mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri. Maxwell Maltz (dalam Rakhmat, 2001) juga menambahkan bahwa konsep diri yang positif dapat meningkatkan rasa percaya diri dan rasa percaya diri sendiri menurut Rakhmat (2001), dinyatakan sebagai faktor yang menentukan adanya kecemasan komunikasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara tidak langsung stereotip dari masyarakat dapat mempemgaruhi terjadinya kecemasan komunikasi. Stereotip atau penilaian superioritas dan aturan dalam pergaulan yang tidak begitu ketat dari masyarakat bagi remaja putra akan menjadi suatu hal yang mendukung bagi tumbuhnya konsep diri yang positif dan rasa percaya diri mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain, yang akan membuat mereka menjadi seorang yang aktif, mau berusaha, agresif, pemberani dan realistik dalam interaksi komunikasi dengan teman-temannya, termasuk teman lawan jenisnya dan membuat mereka memiliki ruang gerak yang lebih luas dalam pergaulan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

teman-temannya, termasuk dengan teman lawan jenisnya, sehingga akan menekan kemungkinan terjadinya kecemasan komunikasi ketika mereka dihadapkan pada situasi komunikasi dengan lawan jenisnya. Stereotip atau penilaian inferioritas dan larangan dalam hal pergaulan yang lebih ketat dari masyarakat bagi remaja putri akan menjadi suatu hal yang kurang mendukung bagi tumbuhnya konsep diri yang positif dan rasa percaya diri untuk berkomunikasi dengan orang lain, yang membuat mereka menjadi seorang yang pemalu, penakut, pencemas dan cenderung tergantung dalam interaksi komunikasi teman-temannya, termasuk teman lawan jenisnya dan membuat mereka memiliki ruang gerak yang terbatas dalam pergaulan dengan temantemannya,

termasuk

dengan

lawan

jenisnya,

sehingga

dapat

memicu

kemungkinan terjadinya kecemasan komunikasi ketika mereka dihadapkan pada situasi komunikasi dengan lawan jenisnya. Stereotip perbedaan peran gender yang memandang kaum laki-laki sebagai sosok yang superior dan kaum perempuan sebagai sosok yang inferior seiring dengan perkembangan zaman kearah modernisasi tampaknya mulai mengalami pergeseran kearah kesetaraan. Hal ini tampak pada peran kaum perempuan yang cukup besar dalam berbagai aspek kehidupan dan ruang gerak mereka yang semakin luas (Uyun, 2002). Kaum perempuan mulai diperbolehkan mendapatkan kesempatankesempatan seperti kesempatan yang diberikan kepada kaum laki-laki, yaitu seperti bekerja di luar rumah dan memperoleh pendidikan yang setara. Uyun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2002), juga menyatakan bahwa ada perempuan yang bekerja di pabrik, di kantor, di toko ataupun bekerja sebagai tenaga kerja di negara lain. Bahkan, menurut Nurmawati (2004), dalam kegiatan yang melibatkan kedua jenis kelamin, kaum perempuan mulai diberi kesempatan menduduki posisi-posisi penting yang biasanya diberikan kepada kaum laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh Arkowitz et al (dalam Leary, !983), juga menemukan bahwa laki-laki lebih cemas terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan yang lebih akrab dengan lawan jenisnya dibandingkan perempuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan kaum perempuan sebenarnya belum tentu kalah bila dibandingkan dengan kaum laki-laki, salah satunya adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, termasuk dengan lawan jenis dalam aktivitas kehidupannya.

G. Hipotesis Berdasarkan paparan di atas maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Ada perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Budaya Jawa yang dibentuk oleh masyarakat: nilai-nilai terkait dengan stereotip perbedaan peran gender, norma, sikap hidup. Sosialisasi secara otoriter oleh masyarakat dan keluarga. Remaja putra Jawa

Remaja putri Jawa

Mendapatkan stereotip superioritas

Mendapatkan stereotip inferioritas

Pergaulan tidak dibatasi

Pergaulan dibatasi

Pengalaman dan keterampilan dalam pergaulan banyak.

Pengalaman dan keterampilan dalam pergaulan sedikit.

Mendukung tumbuhnya konsep diri yang positif dan rasa percaya diri.

Kurang mendukung tumbuhnya konsep diri yang positif dan rasa percaya diri.

Aktif, pemberani, agresif, mau berusaha dan realistik dalam pergaulan dengan lawan jenis.

Pemalu, pencemas, penakut dan tergantung dalam pergaulan dengan lawan jenis.

Menekan terjadinya kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis.

Memicu terjadinya kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis.

Gbr. 1 Skema Perbedaan Tingkat Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis antara Remaja Putra dan Remaja Putri Sleman Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti (Narbuko dan Achmadi, 2004). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah kondisi atau karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan hubungannnya dengan fenomena yang diobservasi (Narbuko dan Achmadi, 2004). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin. Remaja yang berjenis kelamin lakilaki, dalam penelitian ini disebut sebagai remaja putra dan remaja yang berjenis kelamin perempuan, dalam penelitian ini disebut sebagai remaja putri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Variabel Tergantung Variabel tergantung adalah kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintrodusi, menggubah atau menggganti variabel bebas (Narbuko dan Achmadi, 2004). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis.

C. Definisi Operasional Definisi operasional adalah spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur variabel dan memanipulasinya (Kerlinger, 2002). Berikut ini adalah definisi operasional dari jenis kelamin dan kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis: 1. Jenis kelamin Jenis kelamin adalah keseluruhan ciri atau karakteristik baik secara biologis ataupun psikologis yang membedakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan. Keterangan mengenai jenis kelamin dalam penelitian ini diperoleh dari pernyataan subjek dalam keterangan jenis kelamin di dalam skala mereka.

2. Kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis Kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis adalah kecemasan yang terjadi ketika individu dihadapkan pada situasi komunikasi dengan lawan jenisnya. Kecemasan komunikasi ini berupa reaksi negatif terhadap terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

interaksi komunikasi dengan orang lain sebagai lawan jenisnya, yang ditandai dengan perasaan malu, perasaan takut, keengganan untuk berkomunikasi ketika dihadapkan pada situasi komunikasi dengan lawan jenisnya. Komunikasi yang terjadi bisa dalam konteks verbal, yaitu dengan menggunakan bahasa atau kata-kata, seperti ditunjukkan dengan diskusi, bicara, menjawab, berdialog, berpendapat, ngobrol, serta bercakap-cakap dan konteks nonverbal, yaitu dengan menggunakan jarak, ekspresi emosi, kontak mata, serta gerak tubuh, seperti ditunjukkan dengan keguguban, ketegangan, perasaan senang, keresahan, salah tingkah, kepura-puraan, kemalasan, keengganan, menghindari pertemuan atau tempat duduk, serta menatap mata lawan bicara. Kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis di ukur dengan skala kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis yang dibuat berdasarkan ciri-ciri kecemasan komunikasi

yang dikemukakan oleh Burgoon dan Rufnner

(1978), yaitu: a. Keengganan

atau

ketidaksediaan

(Unwillingness),

yaitu

individu

cenderung enggan dan tidak bersedia dalam komunikasi. Individu enggan berkomunikasi yang disebabkan adanya rasa cemas karena adanya sifat introvert, sehingga mengakibatkan rendahnya frekuensi partisipasi dalam situasi komunikasi. b. Penghindaran (Avoiding), yaitu individu cendrung menghindar terlibat dalam komunikasi. Hal ini dapat disebabkan adanya kecemasan karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kurangnya informasi mengenai situasi komunikasi yang dihadapi yang dapat mempengaruhi intimasi dan empati terhadap orang lain. c. Uncontrol, kurangnya kontrol dalam situasi komunikasi yang diakibatkan oleh kecemasan. Hal ini dapat dikarenakan kurangnya penyesuaikan diri terhadap perbedaan individu, reaksi lawan bicara dan faktor lingkungan lainnya. Skor

skala

yang

diperoleh

menunjukkan

tingkat

kecemasan

komunikasi terhadap lawan jenis individu. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh, semakin tinggi tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis individu.

D. Subjek Penelitian Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan teknik sampel purposif, yaitu teknik sampel yang ciri-ciri dan sifat-sifatnya diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang telah diketahui sebelumnya (Narbuko dan Achmadi, 2004). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Remaja laki-laki ataupun remaja perempuan. 2. Remaja yang berada dalam masa remaja awal, yaitu antara usia 13 tahun hingga kurang lebih 17 tahun. Alasan pemilihan subjek pada usia remaja awal adalah karena pada awal usia remaja seorang individu mulai memiliki minat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk lebih mengenal lawan jenisnya. Hal ini merupakan tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh seorang remaja supaya dapat diterima oleh lingkungan sosialnya dan juga merupakan hal baru yang membutuhkan banyak penyesuaian serta proses belajar yang tidak mudah yang terkadang dapat menimbulkan kecemasan pada diri remaja. 3. Remaja yang dilahirkan, dibesarkan dan bertempat tinggal di kabupaten Sleman Yogyakarta. 4. Remaja yang merupakan keturunan dari perkawinan antar suku Jawa dan mengenal bahasa Jawa sebagai bahasa ibu.

E. Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menyusun alat ukur kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis, yaitu skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis dan melakukan uji coba. 2. Melakukan analisis statistik terhadap data hasil uji coba untuk memperoleh aitem-aitem yang baik dan skala yang reliabel. 3. Menentukan subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria dan melakukan penelitian. 4. Melakukan analisis terhadap data hasil penelitian. 5. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala, yaitu skala kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis. Skala ini termasuk jenis skala likert dan disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri kecemasan komunikasi dari Burgoon dan Ruffner dengan menggunakan metode summated rating, yaitu metode penskalaan pernyataan sikap yang kesemuanya kira-kira dipandang sama dengan nilai sikap subjek dalam menanggapi setiap butir aitem dengan mengungkap taraf kesetujuan atau ketidaksetujuan (Kerlinger, 2002). Setiap pernyataan dalam skala diberi empat alternatif jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Skala kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis ini terdiri dari dua rumusan, yaitu favorabel dan unfavorabel. Pernyataan favorabel berisi pernyataan yang mendukung, memihak atau menunjukkan ciri adanya atribut yang hendak diukur. Sedangkan pernyataan unfavorabel adalah pernyataan yang isinya tidak mendukung, tidak memihak atau tidak menunjukkan ciri adanya atribut yang hendak diukur. Berikut ini adalah penskoran skala kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis untuk setiap pernyataan favorabel dan unfavorabel:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 1 Skor Skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis Jawaban SS S TS STS

Pernyataan Favorabel Unfavorabel 4 1 3 2 2 3 1 4

Dalam pemberian skor, respon positif yang diberikan subjek pada pernyataan favorabel akan mendapat skor yang lebih tinggi daripada respon negatif dan untuk pernyataan yang unfavorabel, respon negatif akan mendapat skor yang lebih tinggi daripada respon yang positif. Berikut ini adalah blue print dan distribusi aitem pra-uji coba skala kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis: Tabel 2 Blue Print Skala Kacemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis Indikator Unwillingness Avoiding Uncontrol Total

Aitem Favorabel 10 10 10 30

Unfavorabel 10 10 10 30

Total 20 20 20 60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 3 Distribusi Aitem Pra-Uji coba Skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis Aitem

Indikator Unwillingness Avoiding Uncontrol Total

Favorabel 1, 7, 13, 19, 25, 31, 37, 43, 49, 50 3, 9, 15, 21, 27, 33, 39, 45, 51, 57 5, 6, 17, 23, 29, 35, 41, 47, 53, 59 30

Unfavorabel 2, 8, 14, 20, 26, 32, 38, 44, 55, 56 4, 10, 16, 22, 28, 34, 40, 46, 52, 58 11, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60 30

Total 20 20 20 60

G. Validitas, Seleksi Aitem dan Reliabilitas 1. Validitas Validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya. Artinya adalah sejauh mana skala itu mampu mengukur atribut yang hendak diukur (Azwar, 2000). Validitas yang digunakan oleh peneliti adalah validitas isi. Validitas isi diukur lewat pengujian terhadap isi skala dengan analisis rasional dalam proses telaah soal. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah isi skala memang layak digunakan untuk mengungkap atribut yang hendak diukur (Azwar, 2000). Pengujian terhadap isi skala dengan analisis rasional dalam proses telaah soal dilakukan oleh orang yang telah ahli, dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Seleksi Aitem Uji daya beda aitem dilakukan guna memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya sesuai dengan fungsi ukur skala (Azwar, 2000). Uji daya beda aitem dilakukan dengan menggunakan formula koefisien korelasi product-moment Pearson dengan bantuan komputer, yaitu dengan menggunakan program SPSS versi 11.0 for windows. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem-total (rix) yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem atau parameter daya diskriminasi aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total, digunakan batasan rix= 0,30. Aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30, daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2000). Dari 60 aitem yang diujicobakan pada 75 subjek uji coba yang terdiri dari 34 laki-laki dan 41 perempuan, maka didapatkan aitem yang memenuhi persyaratan, yaitu yang memiliki koefisien korelasi (rix) ≥ 0,30 adalah sebanyak 50 aitem dengan perincian sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 4 Distribusi Aitem Skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis yang Lolos Seleksi Indikator Unwillingness Avoiding Uncontrol Total

Aitem Total Favorabel Unfavorabel 1, 7, 13, 19, 25, 31, 37, 2*, 8, 14, 20, 26, 32, 38, 19 43, 49, 50 44, 55, 56 3, 9, 15, 21, 27, 33, 39, 4, 10, 16, 22, 28, 34*, 40, 18 45, 51, 57 46, 52*, 58 5, 6*, 17, 23*, 29, 35*, 11*, 12, 18, 24, 30*, 36, 13 41, 47*, 53, 59 42*, 48, 54, 60 26 24 50

Keterangan: * = aitem yang gugur Penentuan aitem yang bisa dipakai untuk melakukan penelitian selanjutnya,

selain

berdasarkan

korelasi

aitem

total

juga

perlu

memperhatikan komposisi indikator-indikator atau aspek-aspek yang dicakup oleh kawasan ukur yang harus diungkap oleh skala (Azwar, 2000). Aitem-aitem yang telah lolos seleksi tersebut kemudian diseleksi kembali untuk mendapatkan distribusi aitem yang proporsional pada setiap indikatornya, yaitu dengan menggugurkan 6 aitem pada indikator unwillingness dan 5 aitem pada indikator avoiding karena kedua indikator tersebut memiliki jumlah aitem lolos seleksi yang lebih banyak dari indikator yang lain dan diperoleh 39 aitem, sehingga distribusi aitem paska-uji coba atau format final skala Kecemasan Komunikasi Terhadap Lawan Jenis adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 5 Distribusi Aitem Paska-Uji coba Skala Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis Indikator

Aitem

Unwillingness Avoiding Uncontrol Total

Favorabel 13, 25, 31, 37, 49, 50 3, 9, 15, 21, 33, 51, 57 5, 17, 29,41, 53, 59 20

Unfavorabel 8, 14, 20, 38, 44, 55, 56 4, 10, 16, 22, 28, 46 12, 18, 24, 36, 48, 54, 60 19

Total 13 13 13 39

3. Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada taraf kepercayaan atau taraf konsistensi hasil ukur (Azwar, 2000). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’), yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00, berarti semakin tinggi taraf kepercayaan atau taraf konsistensi hasil ukurnya. Reliabilitas telah dianggap memuaskan bila koefisiennya mencapai minimal rxx’ = 0,900. Estimasi reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi taraf kepercayaan atau taraf konsistensi hasil ukur (Azwar, 2000). Estimasi reliabilitas dilakukan dengan bantuan komputer, yaitu dengan menggunakan metode koefisien α-Cronbach. Dari hasil analisis diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,9052. Hal ini menunjukkan bahwa skala tersebut memiliki taraf kepercayaan yang cukup memuaskan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

H. Metode Analisis Data Berhubung data yang didapatkan dalam penelitian ini adalah berupa angka-angka, maka metode yang digunakan adalah metode statistik. Untuk melihat perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta digunakan uji-t. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan komputer, yaitu menggunakan Independent Sample T Test, program SPSS versi 11.0 for windows.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan selama dua minggu, yaitu dari hari Minggu tanggal 28 Januari 2007 sampai dengan hari Senin tanggal 10 Februari 2007 di tempat tinggal subjek, yang berlokasi di Kelurahan Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja, baik laki-laki ataupun perempuan usia 13 tahun sampai dengan kurang lebih 17 tahun yang merupakan keturunan dari perkawinan antar suku Jawa, yang dilahirkan, dibesarkan dan bertempat tinggal di Sleman Yogyakarta serta mengenal bahasa Jawa sebagai bahasa ibu. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang remaja Sleman Yogyakarta, yang terdiri dari 50 orang remaja putra dan 50 orang remaja putri. Informasi mengenai keberadaan subjek yang memiliki karakteristik tersebut di atas didapatkan oleh peneliti dari data Kartu Keluarga (KK) penduduk yang didapatkan dari pemerintah setempat sebelum penelitian dilaksanakan. Di samping itu, untuk menjaga keakuratan informasi mengenai karakteristik subjek tersebut, peneliti juga tetap menanyakan kepada subjek yang bersangkutan, yaitu dengan menyertakan beberapa pertanyaan ataupun pernyataan yang berkaitan dengan karakteristik subjek tersebut dalam skala yang akan diedarkan kepada subjek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian Deskripasi data skor penelitian kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis yang didapatkan dengan menggunakan perhitungan statistik program SPSS versi 11.0 for windows tercantum dalam tabel berikut ini: Tabel 6 Deskripsi Data Skor Penelitian Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis Deskripsi Data Mean SD Xmax Xmin

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 72,72 82,16 10,412 10,417 91 111 48 60

2. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Sebelum melakukan uji-t, penulis melakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian mengikuti distribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji KolmogorovSmirnov. Bila p > 0,05, berarti distribusi data penelitian mengikuti distribusi normal. Sebaliknya, bila p < 0,05, berarti distribusi data penelitian tidak mengikuti distribusi normal. Dari hasil analisis didapatkan tingkat signifikasi atau nilai probabilitas untuk kedua jenis kelamin adalah sebagai berikut: nilai p laki-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

laki: 0,764 dan nilai p perempuan: 0,938. Nilai p > 0,05, ini berarti distribusi data penelitian mengikuti distribusi normal.

b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian memiliki variasi yang sama. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene’s test. Jika p > 0,05 berarti sampel-sampel mempunyai varians yang homogen atau sama. Sebaliknya, jika p < 0,05 berarti sampel-sampel mempunyai varians yang heterogen atau berbeda. Dari hasil analisis didapatkan nilai F sebesar 0,011 dengan probabilitas atau p = 0,917. Nilai p > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa sampel-sampel penelitian ini memiliki varians yang homogen atau sama.

3. Uji Perbedaan Uji perbedaan atau uji-t dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian ini, yaitu ada perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta. Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan komputer, yaitu menggunakan Independent Sample T-Test, program SPSS versi 11.0 for windows. Berikut ini adalah ringkasan hasil uji-t skor kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis yang diperoleh melalui perhitungan statistik:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 7 Ringkasan Hasil Uji-t Skor Kecemasan Komunikasi terhadap Lawan Jenis Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Ho

N 50 50

Mean 72,72

Mean dif

t

p

Ket

-9,14

-4,534

0,000

P < 0,05 Signifikan

82,16

: tidak ada perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta.

Ha

: ada perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta.

Pengujian hipotesis berdasarkan nilai probabilitas: Jika p > 0,05, maka Ho diterima Jika p < 0,05, maka Ho ditolak Dari hasil analisis didapat nilai t = -4,534 dengan probabilitas 0,000. Nilai p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain ada perbedaan tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis yang signifikan antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta. Dari hasil analisis juga didapatkan mean untuk subjek laki-laki adalah sebesar 72,72 dan mean untuk subjek perempuan sebesar 82,16, dimana mean subjek laki-laki lebih kecil daripada mean subjek perempuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Analisis Tambahan 1. Kategorisasi Kategorisasi ini dibuat untuk mengetahui tingkat kecemasan komunikasi terhadap lawan jenis antara remaja putra dan remaja putri Sleman Yogyakarta secara lebih terperinci berdasarkan kategorisasi jenjang. Tujuan dari kategorisasi ini menurut Azwar (2000) adalah untuk menempetkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang yang digunakan terbagi atas tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Norma kategorisasi skor yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 8 Norma Kategorisasi Skor Rentang Kategori X < (μ – 1,0σ) (μ – 1,0σ) ≤ X
View more...

Comments

Copyright � 2017 NANOPDF Inc.
SUPPORT NANOPDF